Home LUMBUNG GAGASAN Yesus Sang Entrepreneur: Perbuatan Iman (3)

Yesus Sang Entrepreneur: Perbuatan Iman (3)

0
1,821 views

YESUS berbuat apa? Keselamatan semua insan. Lebih dari itu Ia punya keyakinan bahwa hal itu yang akan terjadi. 

Menurut Kitab Suci, Yesus ternyata digambarkan sebagai orang yang penuh keyakinan. Malah karena keyakinanNya itu, Ia dinilai “gila“ oleh orang dan ahli-ahli agama di zamannya. Ketika pertama kali tampil di publik, waktu Ia tertinggal di Bait Allah, Ia menerangkan nas KS dengan penuh keyakinan. Mukjizat pertama, -perubahan air menjadi anggur- pun dilakukan dengan penuh keyakinan. Bahkan seluruh hidupnya, Ia hidup dan berkarya berdasarkan keyakinannNya. Ia mengutamakan perbuatan daripada ungkapan. 

Iman, bagi Yesus lebih utama daripada ungkapannya. Maka Ia memilih berbuat, sebab iman letaknya dalam perbuatan, kata Paulus. Ia berbuat banyak, termasuk kalau melawan ungkapan iman jaman itu: menyembuhkan orang di hari sabat. Hasil perbuatannya nyata: Orang buta bisa melihat, orang lumpuh berjalan, orang mati pun dihidupkanNya. 

Sayangnya, sejarah orang Kristen, termasuk dan terutama Katolik , senada dan seirama dengan bangsa kita, Indonesia. Iman sebagai dasar hidup bernegara, diubah, atau berubah menjadi „agama“. Berketuhunan ditafsirkan sebagai beragama (dengan agama yang ada di Indonesia). Orang Kristen, meskipun Yesus, tidak pernah bicara apalagi mengajarkan tetang „agama“, tetapi pengikutNya kemudian, sampai hari ini,  sibuk dengan urusan agama. Demikian, sehingga daripada mengutamakan perbuatan nyata, orang Kristen, Katolik, memilih mengucapkan sahadat iman. Jatuhnya pada ungkapan lagi. Maka pertanyaannya sekarang, siapa yang masih berani mengikuti Yesus? Beriman berarti perbuatan lebih utama daripda ungkapan imannya. Siapa di antara Anda berani dibilang “gila“? Nyatanya tak banyak orang pengikut Yesus yang hanya karena saking „ber-iman-nya“ berani dianggap „gila“ oleh dunia. 

Itu sebabnya, judul di atas saya tuliskan: Yesus Sang Entrepreneur. 

Hanya seorang entrepreneur sejati, bertindak berdasarkan keyakinannya. Karena itulah yang mendorongnya untuk melakukan terobosan baru . Ia akan menjadi kreatif dan inovatif. Para entrepreneurlah yang memberi nilai tambah pada dunia ini. Di sisi lain, para entrepreneur yang jugalah yang pertama ditertawakan orang, alias dianggap ‘ gila’. 

Hampir semua entrepreneur, mengalami diri  ditertawakan, bahkan ditolak dan  dimusuhi. JK Rowling, penulis Harry Potter, naskahnya berkali-kali ditolak  dan ditertawakan oleh para penerbit besar. 

Manthos ketika membuat Campur Sari dimusuhi orang. Anna Avantie, ketika mulai dengan kreasi kebayanya, dihina habis-habisan oleh masyarakat. Ketika saya mengembalikan seni ke dalam Gereja, saya pun mengalami banyak permusuhan. Dan lihatlah kini, apa yang terjadi, dunia berkembang, dan orang pun senang. Tanpa terobosan, hidup ini hanya akan membosankan, karena tak ada pembaharuan. 

Terobosan

Yesus datang memang menggunakan kendaraan agama dan tradisi Yahudi. Tapi Ia tak mau terjebak pada ungkapan iman, ia mulai dengan beriman. Ia melakukan perbuatan. Ia tidak berhenti pada urusan  agama Yahudi. Aturan Hari Sabat dilanggar. Ajaran Taurat disempurnakan, -kalau tak boleh disebut diganti –  dengan ajaran kasih dan pengampunan. Orang terbuang (Zakeus) dirangkulNya. Orang berdosa (perempuan berzina) diampuniNya. 

Seluruh hidupNya adalah rangkain terobosan berdasarkan keyakinanNya.  Para murid dipilih dari kalangan orang biasa, bukan terdidik seperti ahli taurat atau pejabat agama, imam kepala dll. 

Ini juga terobosan.  Salah satu konsekuensinya,  para murid pun tak sepenuhnya menangkap terobosan Yesus. Petrus dan teman-temannya Yerusalem, yang berasal dari tradisi Yahudi, cenderung ke ‘agama’ lagi. 

Karena itu pula, kiranya Yesus memanggil Saulus mejadi muridNya. Untuk membuat balance. Paulus, yang semula bernama Saulus, berasal dari Yahudi, dan terdidik adalah murid yang dididik menjadi penjaga ajaran tentang keyakinan (baca : iman). Paulus yakin seyakin-yakinnya bahwa yang benar adalah mengejar-ngejar murid Yesus. Keyakinan itu baru berubah, ketika Saulus bertemu sang Guru  dari para murid yang dikejarnya itu. Di sinilah Yesus, sekali lagi menunjukkan dirinya sebagai seorang entrepreneur sejati : Ia mengubah persepsi dan karenanya juga mengubah mindset-nya Saulus.  (Bersambung

Photo credit: Ist (ilustrasi)

Artikel terkait:

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here