Yohanes Codik, Pejuang Militan dan Perintis Evangelisasi di Balai Semandang, Keuskupan Ketapang (1)

0
577 views
Yohanes Codik dan isterinya (Dok. Markus Mardius)

SEBUAH bangunan Gereja Katolik di Balai Semandang, Keuskupan Ketapang, Kalbar, sekarang ini telah berdiri tegak dan indah.

Namun, barangkali belum banyak orang  yang tahu asal usul nama pelindung Gereja Balai Semandang yang kelak nanti akan menjadi paroki mandiri.

Atas kesepakatan bulat para tokoh yang dimotori oleh guru HB Rikah dan telah mendapatkan izin Bapak Yohanes Codik, maka tanggal 30 Juni 1997 gereja megah tersebut akhirnya diresmikan oleh Uskup Keuskupan Ketapang waktu itu: Mgr Blasius Pujaraharjo Pr.

Gereja yang megah dan penuh bernuansa Dayak itu pun diberi nama Gereja Paroki St. Yohanes Rasul Paroki Balai Semandang.

Yohanes Codik setelah dibaptismerupakan aktor perintis pertama yang menyebarkan ajaran agama Katolik; baik di kampung Pergung maupun di beberapa kampung di sekitarnya selama kurang lebih 30 tahun.

Ia lahir di Kampung Muapiling (Belantek) tanggal 4 Maret 1931 – sekitar 20 km sebelah selatan Balai Semandang. Nama orangtuanya Bangkas dan Donek.

Orangtuanya buta huruf dan tidak pernah tahu dunia pendidikan; apalagi agama sama sekali. Ia anak bungsu dari enam bersaudara. Agama tradisi waktu itu adalah animisme.

Ia mengenyam pendidikan selama tiga tahun di Sekolah Rakyat Banjur- Karab hingga  tahun 1947, dan dilanjutkan di Sekolah Partikuler di kampung Kaum Ketapang hingga tahun 1949.

Selama mengenyam pendidikan di Ketapang, ia tinggal di Pastoran pasionis (CP). Saat tinggal di pastoran itu pula, ia mendapatkan pelajaran agama Katolik secara langsung dan intensif dari para pastor pasionis (CP).

Waktu itu, ia belum dibaptis.

Gereja St. Yohanes Paroki Balai Semandang, Keuskupan Ketapang, Kalbar tampak dari samping. (Dok. Paroki Balai Semandang)

Parate viam Domini

Jiwa visioner dan intuisinya pun muncul. Ia sudah berpikir puluhan tahun ke depan. Kelak, setelah pulang dari Ketapang dan selain mengajar di sekolah pendidikan formal, ia bercita-cita ingin menyebarkan ajaran agama Katolik di kampung.

Dalam buku catatan hariannya yang sangat sederhana ada motto berbunyi ”Parate Viam Domini – Mempersiapkan Jalan bagi Tuhan” (Markus 1: 3).

Sepulang dari Ketapang, ia tidak langsung menyebarkan agama Katolik di kampungnya. Namun sebaliknya, tahun 1952, ia dipanggil oleh abang kandungnya bernama Miun untuk bekerja di Bantor Camat Balai Berkuak selama dua tahun.

Salah satu tugasnya adalah mengelola Koperasi Simpan Pinjam di kecamatan.

Sambil masih bekerja di kantor camat, guru HB Rikah mengajaknya mendirikan Sekolah Partikuler pada bulan April 1953 di Pergung.

Ia bahkan sempat mengajar sekitar dua tahun. Guru-guru waktu itu -selain HB Rikah- adalah guru Itang dan guru Sunang.

Tak lama kemudian Sekolah Partikuler tersebut ditutup oleh pemerintah, karena jumlah siswanya sedikit. Waktu itu hanya 10 siswa.

Bekerja di kantor camat pun berakhir dan karena itu pun kembali ke kampung Pergung. Ia bekerja sebagai petani karet dan peladang biasa.

Waktu itu, orangtua dan saudara-saudaranya sudah pindah dari Kampung Muapiling ke Kampung Pergung.

Ia mempunyai cici-ciri berperawakan kurus, tingginya sekitar 165 cm, suara bas, warna kulit cenderung kuning.

Jika berbicara sangat tegas dan cenderung blak-blakan, karena target harus dicapai. Suka  memimpin dan berani mengambil risiko juga merupakan karakter pribadinya yang kuat.

Tampil selalu percaya diri.

Gereja Santo Yohanes Paroki Balai Semandang, Keuskupan Ketapang, Kalbar tampak dari depan. (Dok. Panitia Pembangunan Gereja Paroki Semandang)

Mengajari berdoa

Selama tinggal di Kampung Pergung dari tahun 1953- 1958, ia mulai mengajarkan pelajaran agama Katolik untuk keluarga-keluarga dan saudara sepupunya.

Pelajaran agama diadakan dua kali sepekan pada malam hari. Media pembelajaran menggunakan corong yang terbuat dari seng atau belek.

Corong tsb bermanfaat untuk menyampaikan materi pelajaran agama. Kadang juga membantu mengajarkan baca dan tulis—pemberantasan buta huruf.

Tahap pengenalan awal dalam pelajaran agama Katolik yaitu memperkenalkan bagaimana membuat tanda salib, dan maknanya.

Kemudian, mulai belajar berdoa Salam Maria, Bapa Kami, Kemuliaan, dan doa-doa devosi lainnya. Sering kali dibacakan Kitab Suci dan dilanjutkan dengan homili, kadang kotbah dengan cara yang sangat sederhana.

Tidak hanya memberi pelajaran agama Katolik di Pergung saja, tetapi juga Kampung Pantong, Deraman, Kek Sabah, Ngkabakng (Balai Semandang), Tolus, Setutuh, Kelipor, dan bahkan paling jauh Sungai Nibong dan Kenanga.

Di kampung lain, ia selalu hadir dalam pesta nikah adat.

Tujuannya untuk memperkenalkan ajaran agama Katolik. Sebelum menyantap hidangan makan beradat (makan bersama), ia selalu minta waktu kepada hadirin yang hadir.

Di situlah dia mulai mengenalkan dan mengajarkan agama Katolik. Ia mulai melatih membuat Tanda Salib, doa Salam Maria, Bapa Kami, dan Kemuliaan, dst.

Jangan jadi Katolik, bila…

Banyak tantangan dan penolakan waktu itu. Karena masuknya ajaran agama Katolik dapat merusak sendi-sendi agama tradisi animisme.

Penolakan dari beberapa warga yang selalu muncul: ”Mepm manyadi Katolik golak minu podi obu. Lalu odop me buleh podi bokah.”

Artinya: ”Jangan masuk agama Katolik khawatir rezeki mendapatkan padi berlimpah hilang. Nanti kita tidak akan mendapatkan banyak panen padi.”

Awal tahun 1959, ia dipanggil oleh Guru Dayol, mantan gurunya waktu sekolah di Banjur Karab, untuk mengajar di Sekolah Rakyat Gerai hingga tahun 1961.

Selama tinggal di Kampung Gerai ia mendapatkan jodoh bernama Maria Lime. Mereka memiliki delapan orang anak.

Berkat Pastor Plechelmus Dullaert CP

Adalah Pastor Plechelmus Daullaert CP (Pastor Dollar) yang mempunyai peranan sangat penting dalam hidupnya. Pastor Dollar berhasil membuka wawasannya. Dia pun dibaptis oleh Pastor Dollar.

Nama baptis yang dipilih adalah nama Yohanes.

Waktu itu, Pastor Dollar mendapat tugas di Simpang Dua. Wilayah turnenya sampai Gerai, Banjur Karab dan beberapa kampung lainnya.

Yohanes Codik merupakan orang yang beragama Katolik pertama yang berasal dari Pergung.

Tahun 1961, bersama isterinya, ia memutuskan pulang dan kemudian menetap seterusnya di Pergung. Selain kembali menjadi petani karet dan peladang, ia tetap terus memberikan pelajaran agama Katolik kembali yang sempat ditinggalkan.

Dia selalu mendampingi Pastor Vitalis Frumau CP saat berkunjung ke Pergung. Waktu itu, Pastor Vitalis Frumau CP bertugas di Paroki St. Martinus, Balai Berkuak.

Tahun 1965 bersama Guru HB Rikah mengajukan permohonan kepada Yayasan Usaba Ketapang agar berkenan mendirikan SD Partikuler. P

ermohonan untuk mendirikan SD Partikluer pun dikabulkan.

Gedung sekolah tersebut berdiri di Mungguk Nibung. Kepala sekolahnya adalah Guru HB Rikah.

Tahun 1973/1974, SD Partikuler Balai Semandang mengikuti ujian negara untuk pertama kalinya dengan jumlah 10 orang.

Pada tahun yang sama, pula Yohanes Codik berinisiatif membentuk KOSIP (Koperasi Simpan Pinjam). Setorannya dalam bentuk padi.

Penyetorannya dengan sistem gantang. Munculnya KOSIP ini karena banyak keluarga yang paceklik (biutn— seturut bahasa lokal).

Selain pernah menjadi guru dan katekis otodidak, Yohanes Codik pernah menjadi domong (lurah) selama satu kali periode. Dia pernah memiliki sanggar seni.

Delapan tiang

Semasa hidupnya dia sering dipanggil Kek Dancel atau Kek Iyus. Tapi kemudian, setelah punya cucu pertama yang lahir tahun 1983 bernama Fransisca Yenita, dia dipanggil Kek Yeni.

Tanggal 1 Februari 2002, Yohanes Codik meninggal dunia. Karena jasa-jasanya yang luar biasa dan sebagai penghormatan maka ada 10 buah tiang yang ditancapkan mengitari makamnya. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here