Zaman Now, Masih Saja Mau Berjubah? Kisah Asyik dari Empat Orang Berjubah di Pontianak (2)

0
2,181 views
Empat frater calon imam diosesan ikut berpartisipasi dalam Aksi Panggilan di Paroki Keluarga Kudus Kota Baru, Pontianak, Minggu (22/4/18)

INI sesi seru di acara malam talk show panggilan yang digelar oleh Seksi Kerasulan Keluarga dan Panggilan Paroki Keluarga Kudus Kota Baru Pontianak. Sesi acara ini digelar dalam rangka merayakan Hari Minggu Doa Panggilan Sedunia yang ke-55, dan ternyata mendapat sambutan luar biasa dari umat katolik.

Ribuan umat terdiri dari orangtua, anak-anak dan OMK memadati halaman Gereja Keluarga Kudus pada malam itu. Mereka datang untuk menyaksikan bincang-bincang santai kaum berjubah ini tentang kisah hidup membiara yang telah mereka lakoni selama ini.

Layaknya sebuah strategi promosi di dunia marketing yang mempromosikan produknya agar diketahui dan diminati oleh konsumen, hidup membiara untuk zaman now ini juga mau tidak mau harus melakukan promosi panggilan supaya dikenal oleh umat.

Intinya kaum berjubah ini ingin meningkatkan kesadaran sosial di kalangan umat Katolik bahwa ternyata ada panggilan hidup lain dan khusus, selain hidup berkeluarga. Meretas tumbuhnya kesadaran soasial ini yang mereka lakukan agar dengan demikian berkat dorongan dan bisikan Roh Kudus masih terus ada muda-mudi katolik yang tergerak hatinya untuk menjawab panggilan Tuhan.

Masih mau jadi religius?

Temanya adalah “Zaman Now, Masih Saja Mau Berjubah?”.

Ini  menjadi pertanyaan yang menggelitik hati kaum muda-mudi di zaman millenial ini. Mereka bertanya mengapa masih saja ada ‘orang-orang aneh’ yang bersedia memberi ruang, waktu serta perhatian khusus dan kemudian berani menjadi pekerja di ‘ladang’ Tuhan.

Panitia mengelar acara malam talk show panggilan di halaman Gereja Paroki Keluarga Kudus. Acara talk show panggilan ini dikemas oleh panitia dengan menarik dan melibatkan seluruh OMK sebagai partisipan.

Keluar dari Zona Nyaman, 60 Religius Beramai-ramai Tinggalkan Biara

Suasana talk show malam itu terlihat sangat akrab. Dengan duduk melantai ratusan kaum berjubah ini membaur bersama umat dan OMK. Mereka bernyanyi bersama, berjoget bersama dan menikmati makanan ringan yang telah disediakan oleh panitia. “Semoga dengan kebersamaan malam ini, relasi umat dan kaum berjubah semakin akrab, sehingga dengan saling mengenal, tumbuh benih panggilan di hati kaum muda kita,” ungkap Sr. Yohana SFIC.

Antusiasme umat mengunjungi stan panggilan.

Ada sesi tanya jawab dan hiburan selingan di sela-sela talk show. Selain itu seluruh umat yang hadir diajak untuk melihat stan-stan panggilan dimana masing-masing ordo/kongregasi memajang atribut yang menjadi kekhasan mereka masing-masing, seperti banner, leaflet, foto, brosur, hasil karya, dll.

Didaulat menjadi MC talk show panggilan adalah Romo Kebry CM dan Frater Iko Pr. Mereka lalu mengundang naik ke atas pentas empat bintang tamu yang akan berbagi kisah panggilan hidup membiara di hadapan seluruh umat dan OMK yang hadir.

Kisah para berjubah

Adapun nara sumber yang akan mengisi acara talk show panggilan datang dari representan berbagai ordo/kongregasi. Mereka adalah Romo John Wahyudi OFMCap, Frater Pio CSE, Sr. Erika SDC, dan Sr. Margareta OSA.

Romo John Wahyudi OFMCap

Ia berkisah tentang ketertarikannya menjadi imam Kapusin adalah karena melihat jubah cokelat dan persaudaraan yang begitu kental di kalangan Ordo Fransiskan pengikut St. Fransiskus Assisi ini.

“Panggilan itu misteri dan tidak ada kata terlambat untuk menjawab panggilan-Nya,” ungkap imam yang kini bertugas di Paroki St. Sesilia Pontianak.

Sr. Erika SDC

Ia  mengatakan, ketertarikannya menjadi seorang biarawati sangat sederhana yaitu berawal dari sebuah pertanyaan. “Satu pertanyaan yang mengelitik saya saat itu adalah Who  Am I?.  Berangkat dari pertanyaan itu saya berani memutuskan untuk tidak menikah. Padahal waktu itu saya sudah hampir bertunangan,” kenangnya.

Frater Pio CSE

Ia berkisah tentang ketertarikannya menjadi biarawan sudah tertanam sejak kecil. Pilihannya jatuh ke Kongregasi CSE karena suka dengan cara hidup para rahib Benediktin, Trappist yang kisah mereka dibacanya ketika sebagai anak asrama Pastoran Bengkayang.

Arti sebuah panggilan bagi frater kelahiran 1978 ini yaitu “Ketika aku memeluk Dia, aku tidak menginginkan yang lain,”ujarnya mantap.   

Sr. Margareta OSA

Ia berkisah awal panggilannya menjadi biarawati Kongregasi OSA, karena pernah diasuh oleh para suster OSA di asrama. Suster kelahiran 1993 ini juga mengatakan bahwa panggilannya untuk menjadi biarawati sempat pudar,  namun keinginan itu muncul lagi karena melihat bahwa di kampungnya belum ada yang menjadi imam, bruder dan suster.

“Saya tersentuh karena di kampung saya belum ada satu pun yang menjadi imam, bruder dan suster,” ungkap biarawati yang kini bertugas di sebuah lembaa playgroup asuhan para suster OSA di Pontianak.

Acara talk show ditutup dengan doa  dan berkat, kemudian seluruh biarawan/biarawati yang hadir diundang oleh MC untuk naik ke pentas. Mereka mau merangkum seluruh kegiatan sepanjang hari itu dalam sebuah lagu yang berjudul Panggilan Hidupku. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here