Home BERITA 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Seksualitas dan Dunia Luar (17)

70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Seksualitas dan Dunia Luar (17)

0
Ilustrasi (Ist)

Senin, 7-8 November 2016

MULAI  hari ini materi tentang seksualitas yang diberikan oleh Br. Anton Sumardi FIC. Materi ini diberikan kepada kami dengan beberapa alasan, antara lain: akhir-akhir ini kaum imam dan religius sedang diguncang kasus sexual abuse.

Di Eropa hampir tidak ada lagi calon untuk hidup religius karena kehidupan yang makin berorientasi pada kenikmatan duniawi. Banyak religius ‘terpaksa’  mengundurkan diri karena kesulitan dalam penghayatan kaul selibat.

Permasalahan di sekitar seksualitas

Ini antara lain menyangkut pemahaman yang kurang tepat mengenai seksualitas kaum religius. Pengembangan seksualitas yang kurang sehat dan dampak negatifnya. Kurang terintegrasikannya seksualitas dan spiritualitas. Kurang terintegrasikannya seksualitas dalam doa, karya, hubungan dengan sesama.

Seksualitas dan spiritualitas itu seperti dua sisi dari satu keping mata uang. Satu dengan yang lain saling memengaruhi dan saling bergantung. Jika keduanya terintegrasi: energi hidup yang luar biasa.

Baca juga:   70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Melihat Dunia Dalam dan Luar (16)

Tidak ada seksualitas yang sehat tanpa spiritualitas yang sehat dan sebaliknya. Hidup religius dapat berkembang subur dan sangat membahagiakan jika kita dapat mewujudkan seksualitas kita dengan benar, dengan membangun relasi yang sehat, hangat, mesra dan akrab, tanpa mengarah pada hubungan seksual, yang merupakan wilayah pernikahan.

Dalam kelompok komunitas kecil, kami membahas tentang persahabatan dalam hidup selibat. Pada sore hari diputarkan film tentang seorang istri yang berselingkuh selama 16 tahun, yang akhirnya bertobat.

Rabu, 9 November 2016

Pagi ini tidak ada olah raga, tetapi diganti dengan meditasi terpimpin. Kali ini dipimpin oleh Br. Redemptus FIC. Karena ada pemilihan ‘Pak Lurah’ dan ‘Bu Lurah’ baru, maka kami berkumpul pkl. 07.40. Terpilihlah dengan suara terbanyak Br. Willy MSC sebagai Pak Lurah dan Sr. Yohana DSY sebagai Bu Lurah.

Materi hari ini dan besok adalah kemurnian yang diberikan oleh Br. Redemptus FIC yang berusia hampir 77 tahun. Sesungguhnya saya sempat berpikir, pastilah akan banyak teman yang mengantuk bila Beliau nanti mengajar kami. Ternyata salah sama sekali perkiraan saya ini.

Sejak awal pelajaran, kami selalu dibuat tertawa karena sikapnya yang begitu lucu. Ada saja yang beliau perlihatkan dalam mimik wajahnya dan gesture tubuhnya. Tak ada seorang pun yang mengantuk. Suasana begitu hidup dan ramai dengan senyum dan tawa.

Bruder ini tampil dengan amat sederhananya, padahal beliau mantan Provinsial FIC. Beginilah pribadi yang sudah matang dalam hidup rohaninya, bagaikan padi berisi yang semakin merunduk. Pantas untuk menjadi teladan bagi kami yang masih muda.

Kamis, 10 November 2016

Misa harian yang biasanya pada sore hari, khusus untuk hari ini diadakan pada pagi hari pkl 06.00 karena sore hari nanti akan dibagi kelompok kecil, sekitar 3 orang untuk sharing tentang Kemurnian.

Teman sharing saya adalah kolega dua biarawari  dari tarekat lain. Kami bertiga merasa saling cocok. Ada hal sangat pribadi yang diceritakan oleh salah seorang teman saya ini.

Masalah ini tidak pernah diceritakan dalam komunitasnya. Ia banyak bercerita tentang masalah keluarganya.

Dari penampilannya yang selau ceria dan bersemangat, saya tidak percaya kalau ternyata dia menyimpan masalah yang lumayan berat baginya. Memang penampilan luar dipakai untuk menutupi masalah yang sebenarnya. Kami saling menguatkan dalam doa. Berulang-ulang dia mohon bantuan doa dari kami berdua.

Jumat, 11 November 2016

Hari hening setengah hari yang biasanya pada hari Sabtu, kali ini pada hari Jumat karena mulai nanti sore kami sudah libur. Kami mendapat libur panjang (long weekend) sampai hari Minggu. Saya bersama dengan sembilan teman menuju ke Yogyakarta dengan travel.

Ada yang ke komunitas mereka yang berada di sekitar Yogyakarta atau ke tempat Saudaranya. Saya berlibur ke tempat kakak sepupu yang tinggal di Yogyakarta, yang rumahnya berdekatan dengan Kampus III Sanatha Dharma.

Saya diturunkan di Mall Casa Grande, lalu dijemput oleh kakak sepupu saya. Begitu saya tiba di rumahnya, saya agak terkejut dengan lantainya yang tidak umum, yang biasanya lantai keramik, tetapi di sini dilapisi kayu. Di kamar tamu dan kamar tidur, lantainya dari kayu. Jadi, terasa lebih nyaman dan sejuk duduk di bawah daripada di kursi tamu.

Letak rumahnya di ujung, dengan beberapa pohonan yang rimbun daunnya dan banyak pot aneka tanaman/bunga yang menampakkan keasriannya. Kami berbicara macam-macam karena sudah cukup lama tidak pernah berjumpa. Saya menolak ketika malam itu diajak untuk makan di luar. Saya minta makan di rumah saja sambil ngobrol.

Beberapa hari sebelumnya, saya ditanya apakah mau bila diajak untuk nonton konser, karena anak dan suaminya akan ikut tampil memainkan alat musik. Tentu saja saya menyatakan senang sekali mendapat kesempatan nonton konser.

Sabtu, 12 November 2016

Hari masih pagi, tetapi dari kamar saya mendengar dentingan piano dan bunyi saksofon. Ternyata kakak saya menemani suaminya berlatih saksofon dengan memainkan piano. Pagi ini akan ada tamu, Ibu Aike Agus dan suaminya (bule) dari Amerika. Ibu Aike Agus adalah pianis terkenal. Mereka akan berlatih bersama. Nanti malam mereka akan mengadakan konser bersama Club Rotary di Fakultas Kedokteran UGM untuk mencari dana bagi mereka yang memerlukan operasi katarak.

Hari ini saya boleh menggunakan mobil dengan supirnya untuk mengunjungi mantan murid, Nani, di Kaliurang. Keluarga Nani ikut merasakan dampak dari meletusnya Gunung Merapi. Nani mempunyai home industri, handmade, aneka patung kudus dan aksesori macam-macam.

Saya dibawa ke gudang, tempat penyimpanan aneka jualannya. Semuanya dibuat berdasarkan idenya. Diam-diam saya merasa kagum, begitu kreatifnya dia. Berhubung rumahnya sangat berdekatan dengan Biara Romo-romo OCD, maka saya minta diantar ke biara ini. Kami berjalan kaki cuma lima menit dari rumahnya.

Di sini saya disambut oleh beberapa romo dan Rm. Oris OCD (pimpinan biara) serta beberapa frater yang baru selesai cuci piring bersama. Tampaknya mereka baru selesai makan siang. Sekitar satu jam kami berada di sini. Nani mengajak Rm. Oris untuk ikut menemani makan siang di luar, karena sebelumnya dia sudah bilang akan mengajak saya makan siang.

Akhirnya, kami menuju ke Rumah Makan Ruminten, yang pelayannya menggunakan pakaian khas Yogyakarta. Semua pengunjungnya duduk lesehan dengan kursi menjalin tanpa kaki.

Menjelang sore saya baru kembali ke rumah kakak sepupu saya. Mereka sudah menanti saya, karena pkl. 18.00 kami akan berangkat untuk melihat konser. Akhirnya, kami berangkat menuju ke kampus Fakultas Kedokteran UGM.

Bagus juga gedungnya, semua lantainya dilapisi kayu yang indah dengan posisi duduk agak setengah melingkar dengan beberapa trap (undakan). Karena suami kakak sepupu saya dan keponakan saya akan tampil, maka kami mendapat tempat duduk paling depan. Ada dua MC yang membawakan acara konser ini, salah satunya dokter mata yang datang sedikit terlambat karena baru mengoperasi mata. Cukup kocak dokter ini, sehingga suasana tampak menggembirakan disertai derai tawa dari penonton.

Ibu Aike Agus mempunyai beberapa murid yang belajar piano dan biola. Mereka masing-masing ditampilkan, sebagian masih kecil, masih SD. Ada beberapa yang sudah SMU dan kuliah. Keponakan saya, Melati Arumsari, memainkan flute. Dengan gayanya yang lemah gemulai bermain flte bersama iringan piano dari Ibu Aike.

Kalau melihat dari penampilannya, orang tak akan percaya kalau pekerjaannya sebagai pilot perempuan di Garuda. Acara puncaknya adalah permainan saksofon dari suami kakak sepupu saya. Dia memainkan dua lagu. Tampaknya sudah banyak dikenal, ketika saksofon mulai ditiup, terdengarlah tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Saya pun baru pertama kali ini mendengarkan permainannya.

Memang bagus, dimainkan dengan penuh perasaan, sehingga menghanyutkan mereka yang mendengarkannya.

Minggu, 13 November 2016

Hari ini saya mengikuti misa pkl. 08.00 di Gereja St. Antonius Padua, Kotabaru. Saya diantar oleh supir dan ditunggu sampai selesai misa. Sudah lama saya merasa penasaran dengan gereja ini yang cukup dikenal dengan banyaknya perubahan yang dilakukan dalam misa, sehingga menarik umat dari paroki lain.

Ternyata benar, saya melihat ada dua kelompok anak muda di tempat yang berbeda, di pintu masuk menuju Gereja menyanyi dengan diiringi gitar. Ada beberapa di antara mereka yang membawa kotak untuk minta sumbangan dari umat yang datang. Begitu di dalam gereja, tampak penuh dan sebagian besar mereka adalah anak-anak muda. Ada beberapa hal yang berbeda dalam teks misa mereka. Umat dilibatkan. Saya sempat menghitung ada 16 prodiakon yang membagikan komuni di beberapa tempat. Begitu banyaknya.

Sesudah misa, saya sempat mengunjungi Rm. GP Sindhunata SJ yang tinggal di Kolsani, bersebelahan dengan gereja. Beliau berasal dari Batu, rumahnya berdekatan dengan biara saya. Sebelum pulang ke rumah kakak sepupu, saya berkunjung ke Biara DSY, bertemu dengan Sr. Yohana DSY, teman kursus.  Ternyata di sini juga sudah menunggu Br. Petrus MSC.

Ketika saya berangkat ke Yogyakarta, kami bertiga bersama. Kini saya diajak bersama mereka untuk kembali ke Roncalli. Akhirnya menjelang petang, kami bertiga sampailah ke Roncalli. Liburan panjang yang membawa banyak kenangan dan cerita.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version