Home BERITA Negosiasi: Seni Mendengar Sebelum Menang

Negosiasi: Seni Mendengar Sebelum Menang

0
52 views
Ilustrasi - Negosiasi yang gagal karena sama-sama ingin menang sendiri. (CMA Consulting)

BANYAK kaum profesional terburu-buru menilai negosiasi sebagai ajang adu kuat.

  • Yang paling keras argumennya, dia menang.
  • Yang bisa memojokkan lawan bicara, dia superior.
  • Yang membuat lawannya mengalah, dia dianggap pintar.

Lalu, mereka keluar dari ruang pertemuan dengan dada membusung… Namun tanpa pemahaman yang bertambah.

Negosiasi bukan pertarungan. Itu penemuan.

Negosiasi bukan soal mematahkan pendapat lawan bicara. Itu soal menggali, menyelami, dan memahami.

  • Apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan terdalam dari pihak lain?
  • Apa yang tidak diucapkan, tapi sebenarnya sedang ditawarkan?
  • Apa yang bisa jadi jembatan, alih-alih tembok?

Yesus pernah berkata: “Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar, hendaklah ia menjadi yang melayani.” (Markus 10:43).

Dalam konteks negosiasi, pelayanan itu artinya: berhenti memaksa didengar, dan mulai belajar mendengarkan.

Negosiasi dengan nurani

Sebagai profesional Katolik, kita tak hanya membawa strategi, data, dan logika ke ruang negosiasi.

Kita juga membawa nurani, etika, dan kasih.

Nilai-nilai itulah yang membuat negosiasi kita berbeda: Kita tidak menjebak, tapi menjelaskan.

Kita tidak memaksakan kehendak, tapi membuka ruang dialog.

Kita tidak berangkat dari rasa takut kalah,

tapi dari keyakinan bahwa Tuhan bekerja dalam proses kolaboratif.

“Jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” – Matius 10:16

Negosiasi yang benar bukan membuat lawan bicara kehabisan kata, tetapi membuatnya merasa dimengerti.

Dan dari situlah kepercayaan bertumbuh.

PUKAT: Suar harapan dalam dunia profesional

Sebagai komunitas profesional dan usahawan Katolik,

PUKAT hadir bukan hanya untuk menguatkan bisnis para anggotanya,

tapi juga untuk menyemai cara berpikir dan bertindak yang lebih berbelarasa.

Di dunia yang semakin cepat dan kompetitif,

kita dipanggil bukan sekadar untuk berhasil, tapi untuk bermakna.

Dan itu dimulai dari cara kita berkomunikasi,

termasuk dalam setiap negosiasi.

“Negosiasi yang baik bukan membuatmu menang, tapi membuat semua pulang dengan damai.”

Ferry Jusuf 18.06.25

Baca juga: PUKAT Nasional: bersahabat dengan hati, bertindak dengan akal sehat

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here