PERJALANAN 18 jam dengan bus dari Yogyakarta menuju Pulau Bali sungguh melelahkan. Namun, suasana baru di Kabupaten Tabanan yang menjadi tujuan, sejenak melunturkan kelelahan itu. Wangi dupa di Pulau Dewata ini seakan menyambut langkah pertama yang menjejaknya, Kamis 19 Juni 2025 lalu.
Jadi waiter restoran mengisi liburan kenaikan kelas
Sebagaimana “tradisi” penghuni Asrama PutEri Santo Dominikus, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, setiap kali ada liburan, suster pembina menyarankan untuk menambah wawasan dan pengalaman, ketimbang pulang kampung yang menghabiskan biaya.
Para penghuni asrama ini sebagian besar berasal dari luar Pulau Jawa; seperti Nusa Tenggara Timur dan Sumatera. Saya sendiri berasal dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Seluruh menghuni asrama bersekolah di SMA Dominikus Wonosari, satu-satunya SMA Katolik di Kabupaten Gunung Kidul. Asrama dan SMA itu merupakan bagian dari karya Suster-suster Ordo Dominikan (OP).
Perjalanan saya ke Bali, tidaklah untuk sekadar liburan kenaikan kelas, menikmati keindahan Pulau Dewata. Saya dan ketiga rekan asrama, berangkat ke sini untuk menjadi waiters sebuah Resto di Tabanan selama tiga pekan.
Provinsi Bali adalah rute paling jauh untuk live in di tahun ini. Untuk sementara ini, merupakan daerah terjauh yang sudah saya jejaki. Lokasi live in lainnya adalah Wonosari, Yogyakarta, Purwokerto, Semarang, Gombong, dan Cimahi. Disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, tidak setiap kali liburan juga tempat tersebut menerima live in.

Live in dari libur ke libur
Suster asrama membuat semacam program live in bagi anak-anak asrama, sebagai kesempatan meluaskan pengalaman di dunia nyata. Ini bukan kali pertama pengalaman saya menjadi waiter resto.
Saat liburan sebelumnya, sudah pernah mengalami pekerjaan itu di sebuah resto dengan bangunan bernuansa Rumah Joglo di Wonosari. Sudah pernah juga menjadi “staf kantor notaris” saat berlangsung waktu liburan lainnya.
Pernah pula merasakan menjadi asisten babysitter di Bandung, Jawa Barat. Menemani waktu bermain dua anak yang lahir di luar negeri, masing-masing berusia tiga dan lima tahun waktu itu. Mereka fasih berbahasa Inggris, meski sesekali berbahasa Indonesia.
Pada akhirnya liburan kenaikan kelas XII di tahun 2025 ini, saya berkesempatan menapaki Pulau Dewata. Destinasi yang menjadi impian saya sejak lama.
Hari kedua di Tabanan, kami bersama Mangku –pemimpin upacara keagamaan Hindu– yang biasa disapa “Biang”, melakukan Tradisi Banten atau sembahyang di Pura yang terletak di dekat Pantai Soka.
Sesuatu yang spesial, karena ini merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi Pura, di Bali langsung. Letaknya tak jauh dari kawasan resto, ditempuh dengan berjalan kaki.
Tradisi Banten dilakukan sebagai bentuk hormat kita kepada penghuni asli, penjaga daerah ini, dan wujud “permisi” dari kami sebagai orang yang baru datang di tempat itu. Tradisi Banten dilakukan dengan niat untuk memohon berkat, menghaturkan ungkapan syukur agar dilancarkan kegiatan live in hingga selesai.
Lebih seribu tamu sehari
Lokasi kerja kami cukup strategis. Tak jauh dari Pantai Soka, Tabanan. Juga berada di tepi jalan lintas utama. Hanya menepi sebentar dan turun dari bus, tanpa harus ke terminal.
Sebuah resto besar -yang pemiliknya seorang Katolik– dengan bangunan khas Bali, seperti gapura di pintu masuk, area makan indoor dan outdoor, dan ada Pura kecil. Menu dengan bumbu khas bali menjadi favorit para pengunjung.
Tersedia juga beberapa unit bungalow di dekat pantai bagi tamu yang menginap. Wanginya dupa senantiasa tercium dari beberapa sudut, memberikan kesan tersendiri pagi pengunjung.

Resto ini menyediakan pelayanan kepada tamu rombongan (menu catering yang dipesan) dan a la carte (menu khusus untuk tamu perorangan atau keluarga kecil). Perbedaan terletak pada lokasi makan, view, menu, resep, dan harganya.
Tersedia berbagai paket catering sesuai dengan kebutuhan rombongan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, dan umum. Misalnya sate lilit, sup ares pepaya, dan ayam betutu.
Menu untuk tamu a la carte di antaranya, menu Bali (nasi bali, nasi hainan, paket ayam betutu, dan gurami nyat nyat), makanan Indonesia (nasi goreng, mi goreng ayam), dan western food (fish and chips, beef burger, dan spaghetti).
Di hari tertentu, jumlah tamu bisa mencapai lebih dari seribu orang. Tak jarang dikunjungi oleh lebih dari 10 bus sekaligus. Tamu-tamu yang datang juga tak sebatas domestik, tapi juga manca negara. Kesempatan baik bagi saya untuk mempraktikkan bahasa Inggris sederhana.
Interaksi tamu domestik dan mancanegara
Bergabung dalam departemen Food and Beverage (FB) Service, kami bertugas membagikan lauk satu per satu, clear up, membersihkan area restoran, dan mengelap meja setelah digunakan tamu rombongan.
Maka, harus siap kekuatan tangan dan lengan. Karena ketika membagikan lauk dengan capitan, akan sangat melelahkan. Rata-rata berjumlah ratusan orang sekaligus. Setelah ini, rasa-rasanya saya akan berotot alami.
Lain halnya terhadap tamu a la carte, kami mengantarkan pesanan menggunakan baki, juga merapikan meja, dan sesekali mengarahkan lokasi toilet.
Momen yang sangat mengesankan ketika bekerja adalah kesempatan mempraktikkan bahasa Inggris dengan tamu asing. Meski sekadar menunjukan toilet, ataupun memberikan makanan dan ketika clear up meja.
“Let me show you, over there,” saat mengarahkan lokasi toilet.
Meski terkadang tiba-tiba merasa grogi. Tidak dapat bicara apa pun, selain memberikan senyuman.

Macam moodboster di Resto
Selain infrastruktur nuansa Bali, view resto yang mengarah ke pantai sungguh menjadi moodbooster. Kabupaten Tabanan yang masih asri memiliki hamparan sawah hijau yang menyejukkan dan segar, terletak di kawasan resto.
Dilengkapi momen bersama tamu rombongan domestik, yang terjadi saat saya sedang clear up meja. Mereka senang sekali bercanda dan menanyakan nama meski sudah menggunakan name tag.
“Nama kamu Thea? Terus yang saya minum tadi apa?” canda seorang tamu, merujuk pada minuman teh yang dalam bahasa Inggris disebut thea.
“Nama yang unik,” sambungnya.
Cukup menghibur lelah ketika bekerja. Ada pula yang mengajak untuk mutualan di media sosial Instagram.
Saya menikmati pekerjaan sebagai pelayan. Sambil sedikit memelajari strategi marketing restaurant hingga pada service standard.
Sungguh, hadiah kenaikan kelas yang sangat berharga, kan?
KERENNN THEAAA SUKSES SELALU YAA LOVE YOU LOVE YOU 💋