BERIKUT ini catatan ringan tulisan almarhum Th. Sarjana Harja Utama tentang “berkat-bakat” yang dia terima sebagai aktor penyembuh penyakit dan gangguan non fisik.
Catatan ini dibagikan kepada sesama alumnus Seminari Mertoyudan: Yustoro. Dan kemudian muncul di WAG Ikatan Alumni Seminari Mertoyudan (IASM).
Kami merilis catatan ini agar tidak “hilang” musnah ditelan perjalanan waktu.
Catatan
Untuk membaca tulisan kecil ini, dibutuhkan pengendapan dan peresapan. Mengendapkan apa yang tertulis, dan meresapkan apa yang mau dipesankan. Sehingga pesan yang mau disampaikan akan dapat diterima oleh hati.
Oleh karena itu, tulisan ini dianjurkan untuk dibaca tidak dalam suasana ramai. Malah lebih baik dengan suasana yang tenang, penuh doa dan refleksi. Biarlah Tuhan berbicara juga kepada Anda semua yang membaca hasil refleksi tentang karya Tuhan ini.
Di akhir tulisan saya ini, saya masukkan suatu doa, yang merupakan resume dari refleksi dan permenungan tentang isi tulisan ini. Silahkan doa itu dipakai untuk membersihkan kuasa iblis dari jiwa dan batin Anda.
Saya berharap, Anda bersedia menjadi alat Tuhan, sebagai alter Christi (“Kristus” yang lain) supaya semakin banyak orang diselamatkan dari cengkeraman kuasa setan. Dengan demikian juga semakin banyak orang bisa memuliakan Tuhan dalam hidup mereka, karena tidak dihambat oleh kuasa iblis.
Semoga Tuhan semakin dimuliakan dengan bacaan dari tulisan sederhana ini.
Siapakah Aku ini?
Hamba Tuhan yang Tidak Pantas
Mengapa saya menulis pengalaman pribadi ini?
Saya membuat tulisan ini pertama-tama untuk memberikan kesaksian atas karya Tuhan yang saya alami. Selain itu, saya ingin berbagi apa yang saya alami secara pribadi dalam perjalanan panjang melakukan penyembuhan bagi orang sakit; terutama yang disebabkan oleh gangguan kuasa iblis.
Di samping itu, tulisan ini tentu saja merupakan ungkapan syukur dan terimakasih saya karena Tuhan begitu baik dan mengasihi diri saya.
Dengan paparan pengalaman ini dan meresapkannya dalam bentuk tulisan, saya berharap akan semakin banyak orang akan diselamatkan dari kuasa iblis. Diharapkan orang akan menjadi semakin dekat kepada Tuhan yang bekerja secara misteri dan tak terpahami.
Buah-buah dari pengalaman rohani saya tidak bisa dibendung untuk ditulis. Dengan menulis pengalaman rohani ini, tidak ada maksud untuk menyombongkan diri bahwa saya diberi “karunia” ini. Tetapi sebagai suatu kesaksian bahwa Tuhan berkarya luar biasa dalam hidup saya, dan tentu saja dalam hidup para pembaca tulisan sederhana ini.
Melalui tangan
Sejak tahun 1986 -sampai sekarang saat tulisan ini dikerjakan, Tuhan telah menyembuhkan puluhan ribu; bahkan mungkin ratusan ribu orang sakit melalui doa dan jamahan Tuhan melalui tangan saya.
Waktu itu, saya masih frater Yesuit dan bertugas belajar sejarah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Justru saat sedang mengerjakan tugas skripsi, saat saya sedang serius mencari data, saya menemukan pengobatan alternatif. Yaitu pengobatan bukan secara medis, tetapi melalui doa dan terapi.
Penyakit-penyakit aneh yang tidak gampang sembuh dengan obat yang diberikan oleh dokter, bisa sembuh dengan doa dan jamahan kuasa Tuhan; melalui diri saya. Saya tidak memakai istilah “pengobatan”, karena saya tidak memakai obat atau bahkan jamu dan ramuan.
Yang sangat istimewa, kuasa iblis, yang dikenal orang sebagai santhet, kesambet, guna-guna dalam segala bentuknya, bisa disembuhkan. Seorang dokter pernah membuka rahasia. Yaitu bahwa orang yang sakit di rumah sakit itu 30 prosen disebabkan oleh kuasa iblis.
Dan kata-kata yang mujarab saya pakai dalam penyembuan itu adalah: “Atas nama Yesus dari Nasaret, saya menghacurkan kuasa iblis-kuasa setan, dan segala penyakit dalam diri orang ini (disebut namanya), dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.”
Setelah keluar dari calon pastor Jesuit pada th 1988, saya bekerja untuk mencari dasar dan kekuatan ekonomi masa depan saya. Oleh karena itu, penyembuhan hanya saya lakukan pada saat libur kerja; yaitu hari Sabtu atau Minggu, sesuai janji.
Tidak perlu semua diceritakan di sini secara rinci, jenis penyakit apa dan pengusiran setan seperti apa yang telah saya lakukan, karena terlalu banyak. Di sini hanya akan saya tulis beberapa kasus penyembuhan yang sangat mencolok.
Kesurupan
Suatu yang ajaib terjadi tahun 2001. Seorang pastor memperkenalkan saya dengan seorang ibu, yang sering kesurupan, karena dikuasai banyak roh jahat. Dalam perjalanan di dalam kendaraan, ibu itu sering ngobrol sendiri, juga di tengah-tengah rapat tiba-tiba menggumam sendiri.
Begitu bersalaman dengan saya, ibu ini langsung ‘trans’. Kemudian kami membuat appointment untuk penanganan lebih lanjut. Dan disepakatilah hari Minggu berikutnya; untuk bertemu di rumah saya.
Hari Minggu siang dia datang ke rumah saya, dan ibu ini bergumam sendiri. Terjadi percakapan antara roh-roh dalam tubuh ibu itu. Saya tidak menunda untuk memulai menyembuhkan. Kuku saya tekan dan muncullah suara yang bukan suara ibu itu.
- Saya bertanya, “Berapa jumlahmu?”
- Dijawab: ”Kami 300.”
Ini berarti lebih dari dua peleton Setan. Saya cukup bergetar melawan pasukan “jin” yang sangat banyak itu. Namun saya harus hadapi, karena bersama Yesus, saya pasti akan berhasil.
Kemudian saya lumpuhkan satu per satu. Dan sampai jumlah 30, saya mulai lelah, kecapekan. Saya berhenti dulu dan saya tawarkan kepada ibu itu untuk datang sepekan kemudian.
Hari Minggu berikutnya, dilanjutkan lagi penyembuhan itu. Dan saya tekan kuku lagi. Muncullah suara yang sama seperti sepekan sebelumnya.
- Saya bertanya: “Berapa jumlahmu?”
- Dijawab, “Kami 270.”
- Kemudian saya lawan: “Saya tidak mau bertemu sama kamu. Saya sekarang mau bertemu dengan bosmu, pemimpinmu.”
- Dan muncullah pengakuan, “Ya, saya Sosro Kusumo”.
- Saya bertanya, “Mengapa kamu tinggal di dalam jiwa ibu ini?”
- Ia menjawab: “Dia sudah jadi milik saya luar dan dalam.”
- Saya gertak dia dengan suara keras, “Keluar dari jiwa ibu ini.”
- Ia menjawab, “Saya sangat senang tinggal di dalam dia.”
- Saya bilang, “Lihat ke atas, dan lihatlah Tuhan Alla.!”.
- Dia tertunduk gemetaran dan ketakutan.
- Saya bilang lagi, “Saya beri kamu kesempatan untuk bertobat, makanya keluar dari ibu ini.”
- Dia menjawab, “Saya tidak bisa keluar.”
Saya tekan kuku ibu ini, dan roh jahat itu teriak-teriak ketakutan. Saya paksa untuk menirukan Doa Bapa Kami yang saya ucapkan. Selesai Doa Bapa Kami, roh jahat yang bernama “Sosrokusumo” itu, menundukkan kepala.
Dia sudah lumpuh dan mati. Dan dengan lumpuh dan matinya kepala kelompok atau gerombolan ini, roh jahat yang berjumlah 270 itu juga turut lumpuh.
Sejak saat ini, ibu ini tidak lagi bergumam. Ia tidak lagi diganggu saat bekerja. Dan menurut pengakuannya, berdoa pun lancar, tidak ada gangguan seperti dahulu sebelum saya sembuhkan.
Salah satu tanda
Salah satu tanda, apakah kita kena gangguan kuasa iblis atau tidak adalah: saat kita berdoa. Kalau kita mendoakan Doa Bapa Kami lancar sampai akhir, itu artinya badan kita bersih, tidak ada gangguan setan.
Tetapi kalau terhenti di tengah-tengah dan diulang dari awal lagi, berkali-kali, ini adalah tanda bahwa badan kita kotor. Demikian juga kalau kita meditasi atau pun berdoa dengan doa lain.
Itulah pengakuan dari para pasien yang mengalami serangan dari setan dan antek-anteknya.
Ibu ini pernah disembuhkan oleh suatu kelompok grup pendoa Katolik. Waktu didoakan, setan di dalam tubuh ibu ini malah membantingkan tubuh ibu ini ke tembok yang satu ke tembok yang lain. Dan terkadang melompat ke plafon.
Sejak saat ini, saya mendapatkan peneguhan bahwa Doa Bapa Kami memiliki daya dan kekuatan yang luar biasa. Sangat manjur untuk menundukkan kuasa iblis. Tentu saja asal yakin dan penuh iman.
Kesurupan
Tahun 2006, saya diminta untuk menyembuhkan pembantu warung kopi di dekat rumah saya. Menurut cerita tetangga dekatnya, ia sering kesurupan roh jahat dari rumah yang disewa sebuah gerai toko yang bangunannya sedang direnovasi.
Saya datang ke warung itu. Dan begitu saya doakan dan saya tekan kukunya, pembantu itu langsung kesurupan. Lalu saya lumpuhkan.
Saya berpesan kepada pemilik warung kopi itu, agar bertemu lagi dalam beberapa hari untuk mengecek apakah sudah tuntas atau belum. Maka datanglah mereka ke rumah saya. Dan saya lakukan hal yang sama seperti waktu di warung kopi.
Orang itu ‘kesurupan’ lagi. Saya marah mengapa masih ada roh jahat dalam diri orang itu.
- Saya menggertaknya, “Kamu tahu siapa saya?”
- Setan itu menjawab: “Saya tahu, bapak yang sering membunuh setan.”
- Dan setan itu, saya gertak lagi: “Kamu juga harus saya bunuh.”
Saya berkesimpulam bahwa ternyata roh jahat itu tahu apa yang selama ini saya lakukan. Mungkin antara para setan pun juga saling berkomunikasi. Barangkali mereka melihat saya melumpuhkan setan yang mengganggu orang.
Pensiun
Tahun 2009, bulan Maret, saya sudah pensiun. Saya harus mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada 3 peluang, yang terbuka bagi saya. Yaitu, membuka dealer oli di Bekasi, menangani pembangunan ‘cluster’, dan menjadi karyawan suatu perusahaan.
Supaya tidak salah pilih, maka saya berpuasa dan berdoa selama tiga hari.
Pada hari ke-3, Jumat malam, pukul 00.00, saya berdoa Rosario di depan Gua Maria di rumah saya. Kemudian saya tidur dan saya bermimpi. Dalam mimpi itu, tampak suasana penyembuhan.
Giliran pertama, teman sekelas di SMP Promasan, Kulon Progo, DIY. Ia menyembuhkan orang dengan kata-kata: “Atas nama Tuhan Allah, saya menyembuhkan engkau, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin”.
Kemudian giliran berikutnya adalah saya. Tampak dalam mimpi itu ada orang lumpuh yang lewat di depan saya. Saya berkata kepada orang itu, “Atas nama Yesus dari Nasaret, saya menyembuhkan engkau, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.”
Orang itu berjalan dan sembuh.
Saya teringat akan penyembuhan Santo Petrus dalam Kisah Para Rasul:1-9.
“Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah.
Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. Mereka menatap dia dan Petrus berkata: “Lihatlah kepada kami.”
Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah.”
Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah.”
Saat saya bangun, waktu menunjukkan pukul 03,30. Saya bertanya-tanya apa arti mimpi itu bagi saya. Saya masuk kamar tidur, sambil terus mengingat-ingat mimpi itu. Saya ingat bahwa saya bertanya tentang mana dari tiga aternatif tersebut di atas ditunjukkan Tuhan untuk saya pilih.
Pemberitahuan melalui mimpi itu, menyadarkan saya bahwa Tuhan menunjukkan apa yang harus saya kerjakan setelah pensiun. Saya harus full time untuk penyembuhan dan saya tidak boleh bekerja.
Hari Senin pekan berikutnya, datanglah delapan orang dari Bandung minta untuk disembuhkan. Demikian dan seterusnya, makin banyak orang minta ketemu untuk disembuhkan. Tanpa iklan dan promosi dengan brosur, berita berkembang dari mulut ke mulut. Banyak terjadi mukjizat, tidak perlu semua dipaparkan di sini secara rinci; karena terlalu banyak.
Dalam perjalanan penyembuhan saya sejak tahun 2009, saya membantu banyak sekali orang yang sakit dan bermasalah karena kuasa setan. Di antaranya juga karena di-‘santet’ dengan alasan iri hati, masalah perebutan warisan, perebutan pacar, perebutan jabatan, gagal mencintai orang, kurban karena pesugihan mencari kekayaan baik dilakukan sendiri maupun oleh orang lain, perselingkuhan, persaingan usaha, dll.
Dari kenyataan ini, saya disadarkan bahwa Tuhan memberikan kepada saya misi untuk membersihkan manusia dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain dari cengkeraman setan
Misi ini bagi saya terasa membahagiakan. Saya menjadi semakin kuat dan berani, makin beriman dan yakin Tuhan menyertai saya. Ini idak berarti bahwa saya menjalaninya tanpa kesulitan. Namun setiap masalah dan tantangan pada akhirnya dapat diselesaikan. Dan hasilnya Tuhan sunguh dimuliakan oleh mereka yang mengalami telah disembuhkan dan diselamatkan oleh Tuhan. Bagi saya sendiri, pengalaman menjalankan misi ini, mengikis dengan pelan tetapi pasti, kekhawatiran saya dalam menjalani hidup ini.
Dahulu saya bekerja penuh waktu, dan secara ekonomi tidak berlebihan. Dan sejak tahun 2009, saya tidak bekerja dan waktu sepenuhnya untuk menjalankan missi ini. Akan tetapi semua kebutuhan hidup saya yang dahulu saya khawatirkan, dicukupi oleh Tuhan. Tuhan menjamin seluruh kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan pendidikan anak, tidak kapiran; bahkan melimpah dan berlebih untuk ukuran saya.
Saya menyadari kata-kata “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6,33). Ini terjadi pada diri saya sejak saat saya berdoa dan berpuasa untuk memilih pekerjaan yang harus saya lakukan.
Doa: “Syukur dan terimakasih tak terhingga kami persembahkan kepada-Mu, Tuhan Bapa kami. Engkau selalu menyertai kami, dalam setiap langkah dan setiap nafas hidup kami. Kami mohon, bimbinglah Gereja-Mu agar tidak hanyut dalam kuasa setan.
Peristiwa Pertama, 14 Oktober 2014: Bunda Maria Menampakkan Diri kepada Saya
Lagu-lagu tentang Bunda Maria dalam bahasa Jawa mengiringi perjalanan saya dari Jakarta menuju Bandung pada tanggal 14 Oktober 2014. Seperti biasanya, saya mengambil waktu sejenak untuk beristirahat di Rest Area, supaya badan sukup prima untuk melanjutkan perjalanan. Dan kali ini saya berhenti di Rest Area Km88, untuk bebersih diri dan sarapan seperlunya.
Lagu-lagu pujian terhadap Bunda Maria diputar kembali dan perjalanan dilanjutkan. Pada Km 100 di Jalan Tol Cipularang: Suatu “Pemandangan” mengejutkan saya. Sosok “Bunda Maria” memegang mobil kijang Innova yang saya kendarai. Saya melihat, Bunda Maria memegang mobil bagian atas sampai kaca depan bagian atas, tepat di atas saya. Jubah birunya menjuntai berkibar-kibar, karena terpaan angin kencang.
Saya tidak kuat menahan airmata. Dan makin kuat tangisan saya, kalau saya melihat Bunda yang ada di atas saya. Saya tidak banyak bicara dan berkata. Airmata keluar tanpa bisa ditahan. Satu kalimat keluar dari hati dan mulut saya: “Bunda, saya akan sowan ke Lourdes apabila nanti ada kesempatan. Mohon doanya, Bunda”
Hati saya bahagia dan damai sekali. Tidak ada rasa takut sama sekali. Apa yang sedang terjadi dengan peristiwa ini, saya tidak memahaminya.
Mobil melaju menuju ke arah Bandung, tidak seperti biasanya. Mobil seakan terangkat dan terbang. Kemudian saya tidak sadar kapan sosok “Bunda Maria” itu hilang dari pemandangan mata saya. Tidak terasa perjalanan sudah keluar gerbang Tol Buah Batu, Bandung. Kemudian menuju tempat saya menyembuhkan orang, di rumah Bpk A, Komplek Batununggal Asri, Batununggal.
Saya bicara kepada beliau dan beberapa orang yang sudah menunggu: “Mohon maaf, airmata saya masih belum habis, karena terharu mengalami penampakan ‘Bunda Maria’ di atas mobil dalam perjalanan ke sini”.
Proyek pengadaan air bersih untuk Dlingseng Promasan
Hari ini, saya membawa proposal perbaikan proyek air minum untuk daerah Dlingseng, Kembang, dan beberapa rumah di Promasan, Sendangsono, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Proposal diajukan oleh panitia Paguyuban Tirto Aji untuk pembelian pompa submersible yang andal, dan perlatan yang diperlukan.
Selama ini, proyek yang diprakarsai oleh Universitas Atmajaya Yogyakarta ini memakai pompa biasa, sehingga untuk mengangkat air dari sumber diperlukan tampungan tiga kali. Ini berarti juga diperlukan tiga pompa, karena ketinggiannya mencapai 130 an meter. Selain karena mahalnya listrik untuk tiga tahap menaikkan air, kualitas pompa yang dipakai juga kurang bagus.
Sudah sekian lama, sering terjadi kerusakan, dan pasokan air sering terganggu.
Proposal saya sampaikan kepada para pasien. Dalam sehari, terkumpul dana 24 juta; dari 50 juta yang diajukan. Menurut saya, jumlah ini tidak gampang didapat. Dan dalam waktu satu pekan terkumpul Rp 49,5 juta, cukup untuk segera melakukan perbaikan proyek air minum.
Pompa dan peralatan yang diperlukan seperti pompa, kabel, automatic switch dll, saya beli di bandung. Segalanya dimudahkan, harga didiskon, dan barang cepat diperoleh.
Semua pembelian saya laporkan kepada panitia paguyuban; disertai dengan kwitansinya. Begitu pula rincian para penyumbang, untuk disampaikan ucapan terimakasih yang ditandatangani oleh panitia.
Saya membawa pompa dan perlengkapan itu, bersama kakak saya Mas Antonius Sudjana dari Bekasi ke Dlingseng. Penyerahan barang kepada Paguyuban Tirta Aji dilakukan. Saya berkoordinasi kepada mereka; diberikan pengarahan seperlunya agar anggaran tidak melonjak melewati batas dan kualitas tetap bisa dipertahankan.
Perbaikan dilaksanakan dengan cukup cepat; dengan cara gotong royong oleh seluruh warga. Proyek perbaikan selesai dan air melimpah untuk setiap keluarga yang membutuhkan. Tidak saja untuk air minum, tetapi juga untuk mencuci, dan keperluan lain. Dengan demikian sumber air yang bagus dari Gayam dapat dimanfaatkan oleh warga daerah itu.
Selain air melimpah, paguyuban juga bisa menabung, sehingga apabila pompa rusak ada biaya untuk memperbaiki. Pengurus juga mulai diberi imbalan-upah merawat dan mengurus seluruh peralatan; dari iuran dan biaya pemakaian air oleh tiap keluarga setiap bulannya.
Inikah suatu yang dikehendaki Bunda Maria, sehingga “Bunda Maria” menampakkan diri kepada saya di dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung?
Saya tidak tahu apa hubungannnya. Tetapi biarlah Tuhan berkarya terus melalui hambanya yang tidak pantas ini. Dan Tuhan semakin dimuliakan. Jawaban Bunda Maria terhadap tawaran Tuhan untuk melahirkan Yesus, “Sesungguhnya Aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu.” (Luk 1, 38), mesti saya endapkan dalam permenungan saya.
Doa: “Bunda Maria, doakanlah kami agar mampu menjawab kehendak Tuhan, dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa dalam hidup ini.”

Peristiwa Kedua, 13 Februari 2016: Bunda Maria Memberi Pesan kepada Saya
Panggilan datang dari Subang untuk membantu orang yang kesulitan menjual rumah tinggal dan rumah makan yang sudah 7 tahun belum laku. Orang tersebut beragama Katolik yang kuat dan taat. Devosinya kepada Bunda Maria tampak sekali. Tiap pukul 12 malam, ia mendaraskan Doa Rosario.
Saya mengelilingi rumah miliknya, yang terdiri dari empat bagian: rumah makan, dapur untuk memasak, dan dua rumah tinggal. Dari empat bagian rumah itu, saya temukan, dengan “penglihatan batin” ada lima makam kuno.
Saya sampaikan kepada bapak pemilik rumah itu suatu ritus untuk memindahkan makam satu per satu. Makam yang ada di rumah makan, dipindahkan dengan cara tertentu. Kemudian begitu juga yang di depan dapur.
Saat saya bicara, “begitu juga yang di depan dapur”, bapak tersebut mengalami ‘trans’, suatu kondisi di mana dia “kesurupan”. Demikian selanjutnya terjadi komunikasi antara saya dengan “arwah” yang masuk ke pemilik rumah itu.
- Tanya: Bapak Siapa?
- Jawab: “Saya sudah dipanggil Tuhan 400 tahun yang lalu”
- Tanya: “Apakah Anda sudah masuk surga?”
- Jawab: “Belum”
- Tanya: “Apakah mau saya doakan supaya segera masuk surga?”
- Jawab: “Saya mau”
- Tanya: “Kalau begitu, silahkan tirukan saya.”
Dia saya ajak untuk berdoa Bapa Kami. Dan setelah selesai berdoa Bapa Kami, dia bilang: “Terimakasih, terimakasih, Saya sudah dipanggil Tuhan untuk masuk ke surga”. Bapak itu kemudian sadar dari ‘trans’-nya.
Hingga saat saya menulis kesaksian ini, saya sudah mendoakan kira-kira 45 arwah yang ada di dalam Api Pencucian (Pulgatorium) dan kemudian masuk surga.
Saya disuguhi minuman dan makanan kecil. Selagi saya menikmati makanan itu, saya menoleh ke rumah makan yang ada di bagian depan. Maka tampaklah kepada saya suatu ‘adegan’ yang mengagetkan. Pemilik rumah ini berdiri di tengah. Tangannya terkatup seperti menyembah, mata tertutup dan seperti ‘trans’. Karena rasa ingin tahu makin kuat, maka saya berdiri mendekat dan bertanya kepadanya:
- “Mohon maaf, Siapa Engkau?”.
- Kemudian dia menjawab: “Saya Bunda Maria. Ada pesan untukmu, Sarjono”.
- Saya menjawab: “Ya Bunda.”
- Bunda Maria berkata: “Kalau menyembuhkan orang jangan pilih-pilih. Agama apa pun, suku apa pun, bangsa apa pun, ras apa pun. Semua orang harus disembuhkan”.
- Saya menjawab: “Baik Bunda.”
- Bunda Maria: “Sarjono membawa Rosario?”
- Saya menjawab: “Ya, saya membawa, Bunda”.
Lalu saya mengambil Rosario saya yang berwarna biru dari saku, dan menunjukkannya kepada Bunda Maria. Rosario itu dipegangnya dan diberkati.
Rosario itu diberikan kembali kepada saya, sambil berkata: “Sarjono, pakailah ini untuk berdoa”.
Saya bertanya kepada Bunda Maria: “Doa manakah yang lebih baik, Rosario atau Koronka?”.
Bunda Maria menjawab: “Doa apapun baik asalkan dilakukan dengan rendah hati”.
Saya malu-malu membalas pernyataan Bunda Maria: “Baik Bunda”.
Selama ini, saya merasa tidak punya devosi doa Koronka, sehingga saya bertanya tentang manakah doa yang lebih baik. Saya tidak hafal doa Koronka. Saya malu kepada kakak-kakak saya yng sangat hafal dan sangat devotif dengan doa Koronka ini.
Kerendahan hati itu masalah yang saya hadapi. Saya merasa sudah cukup kalau mendaraskan Doa Rosario.
Bunda Maria mengakhiri komunikasi dengan saya. Dia berkata: “Sarjono, saya tidak bisa lama-lama di sini, karena saya ada tugas di tempat lain”.
Saya menjawab: “Baik Bunda. Tetapi sebelum Bunda berangkat, saya mohon berkat dari Bunda”.
Kemudian Bunda Maria memberikan berkat kepada saya; dengan cara yang seperti dilakukan pastor memberikan berkat kepada umatnya. Tangan kanan Bunda diarahkan kepada saya dan memberikan berkat kepada saya, dengan tanda salib: “Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.”
Saya melanjutkan: “Terimakasih Bunda Maria, atas kunjungan dan pesannya yang disampaikan kepada saya, orang berdosa ini”.
Bunda Maria pergi dan pemilik rumah itu pun sadar. Setelah sadar dari ‘trans’, pemilik rumah langsung bercerita tentang apa yang terjadi. Dia melihat dalam keadaan mimpi ’trans’-nya, sosok seorang Bunda yang berpakaian kemilauan, bersinar indah.
Melihat peristiwa ini, pemilik rumah ini sangat bahagia.
- Dia bertanya: “Ada apa dengan saya, Pak?”
- Saya menjawab: “Yang ada dalam penglihatan bapak itu adalah Bunda Maria.”
Dari Subang saya menuju ke Bandung. Kesaksian saya tentang apa yang terjadi di Subang terhadap saya membuat beberapa orang di Bandung minta supaya Rosario mereka didoakan. Maka saya menjejerkan Rosario saya dengan Rosario mereka. Saya mengatupkan Rosario saya dengan Rosario mereka, sambil berdoa Salam Maria.
Apa yang terjadi?
Mengapa Rosario mereka berubah. Ada yang lebih berkilaun, cerah, mengkilap. Ada yang sedikit berubah warna, dari putih menjadi keemasan, dari biru muda menjadi biru tua, dari hijau muda menjadi hijau tua dll. Mereka bercerita dari satu teman kepada teman lain, tentang apa yang terjadi dengan Rosario saya. Dan makin banyak orang yang meminta supaya saya mendoakan Rosario mereka.
Beberapa orang kawan merasakan badannya merinding, waktu saya syering tentang peristiwa yang saya alami di Subang ini kepada mereka.
Doa: “Tuhan, Bapa kami, demi keselamatan banyak orang dan makhluk ciptaan-Mu, saya akan tekun dan setia melaksanakan misi yang Kau percayakan kepasa kami.”
Menjelang Peristiwa Ketiga: Melawan Setan Selama 2,5 Jam
Tidak pernah tergambar dalam impian dan hati saya. Bahkan berrencana pun tidak. Tetapi terbukti menjadi kenyataan, berkunjung ke Fatima, Lourdes dan Vatikan-Roma.
Mengapa demikian? Kuasa Allah telah bekerja.
Dalam pertemuan dengan Ibu L, seorang teman dari Jakarta, pada bulan Maret 2017, dia menyinggung tentang ziarah. Keinginan awal, mengunjungi gua Maria di Mexico, Gua Guadalupe. Tempat ini dikenal sebagai janji Bunda Maria melindungi semua bangsa Amerika dari segala penyakit.
Maka dilakukan persipan untuk memperpanjang passpor yang sudah habis masa berlakunya. Namun sampai bulan Juni belum juga ada usaha untuk memperpanjang paspor. Saya bertanya, ada apakah ini?
Saya terdorong untuk mefleksikan apa yang telah terjadi pada bulan-bulan sebelumnya. Saya ingat kembali bahwa dalam peristiwa pertama, dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, saya bicara dengan Bunda Maria, yang sedang menampakkan diri, “Bunda, saya akan sowan ke Lourdes apabila nanti ada kesempatan. Mohon doanya, Bunda”.
Maka dimulailah mengurus perpanjangan paspor dan segala persyaratan untuk ziarah ke Fatima, Lourdes dan Vatikan, dengan Visa Schengen.
Mendahului keberangkatan saya untuk ziarah rohani ini, iblis menganggu saya dengan sangat dahsyat. Tanggal 20 September 2017, tiga orang ibu dari Gereja denominasi tertenu datang ke rumah saya meminta saya untuk menyembuhkan dari gangguan kuasa setan.
Selama dua jam lebih saya diperdaya, ditipu dengan membohongi saya. “Kalau dipencet kuku ini, maka yang kesakitan adalah bu Y (nama ibu yang kesurupan).” Terus menerus iblis berkata begitu. Ini membut saya hampir putus asa. Anak saya Fordeus,membantu melawan, juga diperdaya. Dua ibu yang mengantar ikut berdoa dengan Doa Bapa Kami. Iblis itu mengejek sinis, “Doa apaan itu, saya gak takut.”
Akhirnya keyakinan dan kesadaran saya muncul, saya harus terus melakukan menekan kuku si ibu itu dengan kuku saya. Dan terjadilah demikian, ibu yang kesurupan iblis itu teriak-teriak kesakitan. Dan akhirnya takluklah iblis yang merasuki ibu ini.
Dibandingkan dengan banyak penyembuhan dari gangguan kuasa iblis yang saya lakukan sejak tahun 1986, kasus ini termasuk yang paling berat. Selain menyita tenaga, iblis ini sangat licik dan taktis, serta sangat kuat. Waktu yang dibutuhkan pun sangat lama, 2,5 jam, dari pukul 18.00 dan baru selesai pukul 20.30.
Dua hari sesudahnya, hari Jumat Kliwon tanggal 22 September 2017, saya jatuh di rumah dari bawah toren, tandon air, hanya dari ketinggian dua meter. Waktu itu saya mengubah saluran air, dengan memotong beberapa pipa paralon. Kepala membentur lantai. Dan kemudian saya tidak sadar, entah selama berapa lama. Dan waktu saya sadar, saya sudah berada di kamar tidur.
Dari beberapa orang yang menolong saya: Kang Dedi dan Mas Arif, dan Mas Agus. Saya dengar info bahwa saya tidak teriak. Anak saya Fordeus, yang waktu itu di rumah, bilang bahwa ada suara sesuatu yang jatuh. Dia kaget dan berteriak, “Bapak…’.
Dengan mobil saya dibawa ke RS Elizabeth Bekasi untuk periksa apakah ada gangguan di otak, karena kepala terasa putar tujuh keliling. Dilakukan pemeriksaan di UGD dan saya dirawat selama enam hari. Dokter mengizinkan saya pulang, meski badan masih melayang.
Sebetulnya masih terasa bahwa keseimbangan badan belum sepenuhnya pulih. Mas Agus BJ, warga tetangga depan rumah saya, membantu saya menunggui satu malam, karena selama beberapa hari saya tidak boleh bangun.
Keberangkatan ziarah rohani semakin dekat, tinggal dua pekan setelah keluar dari rumah sakit. Badan belum terlalu pulih. Namun rencana keberangkatan tanggal 11 Oktober 2017 tidak mungkin ditunda.
Inikah suatu cara setan menghambat rencana dan keinginan baik untuk maju di dalam bidang rohani? Setan melemahkan dari dalam jiwa dan iman, serta fisik. Setan tampak sekali ingin menggagalkan rencana zirah ini. Taktis dan sangat nyata terasa dalam hati. Namun kuasa Tuhan sungguh jauh lebih indah dan jauh lebih kuat.
Tanpa kehadiran Tuhan, saya tidak mampu melawan serangan setan. Tanpa kuasa yang dicurahkan, saya tidak bisa mengerti kelemahan dan kelicikan serta tipu daya iblis. Di luar Tuhan, setan akan berkuasa dalam hidup ini. Di dalam Tuhan, setan akan tidak berdaya diam seribu bahasa.
Doa: “Allah Tritunggal mahakudus, Bapa, Putera dan Roh Kudus, hadirlah senantiasa dalam hati dan jiwa kami, agar kami tetap tekun, kuat dan berani menghadapi kuasa setan.”
Peristiwa Ketiga 13 Oktober 2017: Stigmata Telapak Tangan Yesus yang Terpaku
Sejak dari awal direncanakan, ziarah rohani ini tidak memakai jasa travel, tetapi dilakukan secara perorangan. Dengan cara ini, kami akan lebih leluasa memakai waktu untuk keperluan pribadi; terutama untuk memilih tempat-tempat yang dikunjungi dan fokus untuk berdoa.
Kami berjumlah lima orang, tiga dari Indonesia (saya, isteri, dan Bu L), satu dari Jerman, dan seorang lagi dari Amerika. Beruntung bisa dapat teman dari Amerika, yang memiliki SIM internasional. Sehingga dari tempat penginapan menuju tempat ziarah yang akan dituju bisa menyewa mobil dengan driver sendiri.
Perjalanan dari Jakarta menuju Frankfurt, transit di Singapura, terbang denganSingapore Airline sangat lancar. Dan dari Frankfurt ke Portugis, tidak terlalu melelahkan, meski kondisi badan belum terlalu fit.
13 Oktober 2017 hari Jumat adalah 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima.
Sesampai di tempat parkir, kami mencari informasi berhubungan dengan acara peringatan peristwa besar ini. Kami mendapat informasi bahwa Jumat sore pukul 16.00 adalah Perayaan Ekaristi terakhir. Tetapi informasi ini ternyata tidak benar.
Melewati patung hitam, badan saya bergetar, dan airmata tidak tertahankan lagi. Saya menangis, dan kemudian mencari tahu mengapa di belakang patung itu, saya mengalami badan gemetar. Maju sedikit dan melihat wajah Paus Yohanes Paulus II yang tidak lama setelah wafatnya, ingin segera dinyatakan Santo oleh umat Katolik sedunia. ‘Subito’, kata mereka. Artinya ‘Segera’. Mengapa ini terjadi, saya tidak mengerti.
Suasana pesta peringatan penampakan Bunda Maria sudah mulai terasa dari kejauhan. Nyanyian dengan iringan orkestra terdengar meriah. Dan Perayaan Ekaristi sudah dimulai. Lapangan dipenuhi para peziarah; berjumlah kurang lebih 200.000 pengunjung.
Maka saya mengajak teman-teman sserombongan untuk langsung mengikuti Perayaan Ekaristi. Kami sudah terlambat karena sudah dimulai dan sampai nyanyian Tuhan Kasihanilah. Keputusan untuk ikut misa ini sungguh beruntung, karena informasi yang diterima dari bagian informasi bahwa pukul empat sore masih akan ada misa terakhir, dan ini salah. Kami langsung ambil tempat duduk di lantai, mengikuti misa dengan khidmat.
Suatu tanda aneh muncul, saat Injil dibacakan. Rosario yang saya pegang bergerak sendiri, memutar seperti pendulum. Saya stop dan saya pegang, tetapi lalu bergerak memutar sendiri lagi. Rosario ini adalah Rosario yang diberkati oleh Bunda Maria waktu saya berkunjung ke Subang tanggal 13 Februari 2016.
Tiba waktunya untuk menyambut tubuh Kristus dalam komini suci. Sejak tahun 2006, saya menyantap tubuh Kristus dalam hosti suci, dengan cara yang khusus. Hosti tidak langsung ditelan, tetapi dibiarkan di mulut. Saat itulah, saya melakukan pujian, syukur, terimakasih, refleksi, dan juga permohonan.
Beginilah cara saya menyambut tubuh Kristus waktu itu.
Saya pejamkan mata, dan berdoa dalam hati. Saya berterimakasih kepada Bunda Maria bahwa saya sudah sampai di tempat ini, dengan jalan yang tidak mudah dimengerti. Namun saya tidak mendengar jawaban sepatah kata pun dari Bunda Maria.
Kemudian saya dianugerahi penampakan dalam mata hati saya, dalam wujud
TELAPAK TANGAN YESUS YANG TERPAKU
Paku menancap di telapak tangan itu setinggi 10 cm; berbentuk balok segi empat, dan berwarna hitam. Saya terdiam dan bertanya, “Tuhan, Apa ini maksudnya?”.
Tidak lama kemudian terdengar suara, sangat dalam dan berwibawa: “Sarjono, bawalah ini ke mana pun kau pergi untuk menyembuhkan orang, untuk meringankan beban orang, dan untuk mewartakan Kabar Sukacita, kabar keselamatan.”
Saya merasakan dan mengalami suatu konsolasi batin, hiburan rohani yang sangat mendalam. Badan gemetar dan penuh dengan sukacita. Saya tidak bisa menahan rasa haru, membuat saya menangis begitu lama dan tidak bisa saya hentikan. Saya diam dan merefleksi serta merenungi apa maksudnya bagi saya dan bagi banyak orang.
Saya buka mata, ternyata lagu penutup sudah selesai. Saya berdiri dan orang-orang di sekitar saya memandang saya penuh keheranan. Mungkin karena saya menangis dan terdiam terlalu lama.
Bagaimana misteri telapak tangan Yesus itu terulang pada saat saya ikut Croxing – jalan merangkak. Saya diteguhkan lagi tentang misterinya. Ada rahasia apa, sehingga saya diberi visiun tentang telapak tangan ini.
Menjalani Croxing sepanjang 500 mter dari pinggir lapangan menuju pusat titik penampakan Bunda Maria ini sungguh tidak ringan. Meski memakai deker, pembungkus lutut, tetapi tetap saja tidak ringan. Maka untuk menguatkan diri, saya merangkak sambil mendaraskan Rosario dengan peristiwa-peristiwa sedih. Dan betul, semakin lama semakin kuat dan bisa mencapai titik pusat penampakan Bunda Maria.
Namun ada yang aneh dan perlu dicatat sewaktu mendaraskan Peristiwa-peristiwa sedih. Peristiwa Sedih ke-3, yaitu ‘Yesus dimahkotai duri’ sungguh tidak bisa diingat oleh otak ini. Maka di akhir jalan merangkak ini, waktu saya melakukan refleksi, saya bertanya kepada Tuhan, “Mengapa saya sungguh lupa akan Peristiwa ke-3 itu?
Saya diberi jawaban dari Tuhan: “Sarjono, saya telah memberikan telapak tangan sebagai gantinya.” Kemudian sambil membakar surat-surat titipan dari saudara-saudara dan pada kenalan, saya merenung apa maksud dari yng terjadi pada hari ini.
Kami menghabiskan satu malam menginap di Pusat Rohani Kongregasi OMI di En Provence, Marseille ,Perancis dan berjumpa dengan Romo Hericus Azodo OMI yang pernah bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Kalvari. Ini bagi saya merupakan kesempatan untuk mengendapkan pengalaman rohani dalam perjalanan rohani ini.
Romo Azodo memberikan peneguhan rohani. Rasa ingin semakin mendekat kepada Tuhan, dikuatkan waktu kami menyaksikan peninggalan-peninggalan rohani dari pendiri OMI: Eugenius de Mazenod.

Hari Minggu, kami diberi kesemptan merayakan Ekaristi Ekaristi secara khusus untuk kami berlima. Setelah sarapan pagi, kami melanjutkan perjalanan ke Lourdes. Perjalanan dari Marseille ke Lourdes memakai mobil sewaan cukup menyenangkan. Kiri-kanan tampak pohon yang tidak besar. Dan sebagaimana musim gugur, dedaunan mulai rontok. Tidak banyak hutan belantara. Jalan tol yang kami lewati cukup lengang, tidak sepadat jalan tol di Jakarta dan sekitarnya.
Tiba di Loudes, pemandangan awal tampak tidak sebegitu ramai, dibanding di Fatima. Suasana jauh lebih terasa modern, dipenuhi dengan hotel dan penginapan dari yang murah sampai yang mewah. Seakan daerah ini sudah penuh dengan bisnis rohani.
Pada malam pertama di Lourdes, saya masih menunda esok hari untuk masuk ke pusat peziarahan, karena badan masih lelah karena telah jatuh tanggal 22 September. Pagi-pagi pukul 9, kami berkeliling gereja dan kapel, yang dibangun dengan gaya gothik seperti gereja-gereja di Eropa pada abad 18-19 an.
Saya mengikuti arus para pengunjung untuk mandi di kolam air St. Bernadete, yang berada dekat grotto, yang artinya sumber mataair. Saya ikut antri, walau waktu masih lama 90 menit lagi. Cukup dikenal bahwa setelah mandi di kolam ini, air langsung kering dengan cepat sekali, tanpa harus menyekanya dengan handuk.
Di samping tempat saya duduk ada rombongan dari Amerika berjumlah kira-kira 10-15 orang. Pemimpin rombongan itu, setiap kali memberikan renungan dan motivasi kepada mereka. Dia adalah seorang kharismatik yang aktif.
Selesai bicara kepada rombongannya, bapak yang kepalanya botak, tinggal sedikit rambut di bagian samping kepala, menoleh kepada saya dan bertanya, “Bapak dari mana?”
Saya jawab: “Saya dari Indonesia.”
Dia melanjutkan rasa ingin tahunya, “Apakah bapak kemarin, tanggal 13 Oktober menghadiri pesta peringatan 100 tahun Penampakan Bunda Maria di Fatima?”
Saya jawab: “Ya betul.”
Dia melanjutkan pertanyaan: “Apa kesan dan pengalaman Bapak selama di Fatima?”
Kemudian saya bercerita tentang visiun, penampakan rohani dalam hati, telapak tangan Yesus yang terpaku. Dan tidak lama setelah saya mengakhiri syering pengalaman saya, dia mengatupkan kedua tangannya dan berkata: “Bapak, mohon saya didoakan.”
Lalu saya berdiri, dan telapak tangan kiri saya memegang bahu kanannya, sedangkan telapak tangan kanan saya, saya tumpangkan di kepalanya yang botak itu. Kemudian saya berdoa.
Di tengah saya berdoa, saya kaget oleh suatu kejadian yang aneh. Telapak tangan kanan saya yang menempel di kepala orang itu, terasa basah. Saya membuka mata saya, dan saya melihat ada banyak keringat yang keluar dari kepalanya -sebesar biji jagung- memenuhi seluruh kepalanya. Seluruh badan dan baju pun menjadi basah oleh banyaknya keringat yang keluar.
Saya sungguh heran, dan bertanya sedang terjadi apa dalam diri saya dan orang itu. Kemudian saya mengakhiri doa saya, “Atas nama Yesus dari Nazareth, saya menyembuhkan segala penyakit dan membebaskan engkau dari kuasa iblis dengan berkat Allah yang mahakuasa, Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.”
Saya duduk dan melihat bapak itu menangis, cukup lama. Saya bertanya kepadanya. “Mengapa anda menangis?”.
Dia menjawab: “Saya mengalami mukjijat, Pak.” Dia diam sebentar, dan masih tampak mata berlinangan airmata, dia melanjutkan. “Waktu Bapak menumpangkan tangan di ubun-ubun saya, saya merasakan ada api yang keluar dari tangan Bapak. Api itu mengalir ke kepala saya, leher, badan, perut, kaki dan sampai telapak kaki saya.”
Saya bertanya dalam hati, sedang terjadi apa dalam diri orang ini.
Dia melanjutkan pengalamannya. “Saya punya sakit darah tinggi, diabet, pencernaan akut, dan banyak lagi. Namun sekarang ini saya merasa segar, badan ringan, tanpa beban. Saya sudah merasa sembuh dari semua penyakit saya. Terimakasih Pak Sarjono”
Dan dia mengakhiri ceritanya, “Saya mohon Bapak juga menyembuhkan teman-teman saya yang sakit.” Lalu saya mendoakan mereka satu per satu.
Saya bertanya dalam hati.
- Inikah kuasa Telapak Tangan Yesus yang terpaku, yang diberikan kepada saya.
- Inikah cara Tuhan Yesus memberi saya kekuatan untuk menyembuhkan banyak orang.
- Inikah cara Tuhan menganugerahi saya iman yang baru dalam menolong banyak orang.
- Inikah wujud misteri Allah yang selama ini saya imani, dan kemudian diteguhkan dengan pernyataan baru. “Terimalah telapak tangan ini, dan bawalah ini ke mana pun engkau pergi untuk menyembuhkan orang, untuk meringankan beban orang, ataupun mewartakan kabar keselamatan.”
- Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul.

Selama peziarahan di Roma, banyak sekali pengalaman yang memberikan konsolasi, yang saya terima dari misteri telapak tangan Yesus ini, tidak perlu semuanya diungkap di sini. Satu yang paling mendalam, adalah pengalaman mendaki tangga di Scala Santa yang anak tangganya berjumlah 34 sangat terjal.
Mendaki tangga ini, merupakan salah satu bentuk ‘metanoia’, matiraga, penyangkalan diri, dan merupakan warisan Gereja pada abad 16 an.
Pada mulanya, saya bisa melewati beberapa orang yang sudah lebih dahulu naik. Tetapi tenaga mulai terkuras, dan lutut mulai sakit, karena lutut tidak memakai alas deker, yang saya pakai waktu croxing di Fatima. Sampai kira-kira separoh tangga, badan terasa berat sekali untuk melanjutkan.
Pendarasan Doa Bapa Kami memberi saya kekuatan. Pelan-pelan naik dan sampai di ketinggian anak tangga ke 30, kurang empat anak tangga lagi menuju lantai atas, saya tidak kuat lagi. Badan saya terasa loyo dan sakit semua, suatu rasa sakit yang aneh dan belum pernah saya alami. Kemudian saya berhenti dan melakukan refleksi. Mata tertutup, dan tampaklah dalam penglihatan batin, suatu lukisan yang sangat indah dan bersinar.
Saya sungguh kagum melihatnya, dan bertanya, “Tuhan, apa ini maksudnya?” Kemudian terdengar suara, “Sarjono, Aku memberi jaminan surga bagimu, karena engkau telah melakukan yang Kukehendaki.”
Mendengar suara ini, saya menangis bahagia, betapa mahamurah dan maharahimnya Tuhan terhadap saya. Saya sangat mensyukuri segalanya yang telah saya terima dalam hidup ini. Anugerah dan kemurahan Tuhan begitu melimpah dan sungguh menguatkan apa yang saya lakukan selama ini.
Mata saya buka. Luar biasa, begitu mendengar suara itu, badan yang loyo dan sakit itu, berubah menjadi segar kembali. Anak tangga yang tinggal empat buah lagi, cepat dilalui. Sampailah saya ke lantai teratas, dalam waktu 35 menit. Menurut informasi yang saya terima, dari Sr. Ermesta RVM yang menjadi pemandu ziarah kami di Roma, ada orang yang menyelesaikan pendakian tangga ini dalam waktu dua jam.
Di lantai atas, terdapat kapel, patung Maria Dolorosa, dll. Sementara saya sudah dua kali keliling lantai atas, isteri baru sampai tengah-tengah, dan satu teman lagi menyusul di bawahnya. Mereka masing-masing mendapatkan pengalaman batin sendiri. Terimakasih kepada Sr. Ermesta RVM yang mengantar kami mengunjungi tempat ini.
Tuhan tidak pernah akan melupakan dan mengkhianati janji-Nya. Tuhan menepati apa yang dijanjikan kepada anak-Nya yang mau mengakui Dia sebagai sumber hidupnya. Tuhan mahasetia, mahamurah, mahakasih, maharahim, maha segalanya, tak terpahami.
Doa: “Tuhan Yesus Kristus, terima kasih kami haturkan kepada-Mu atas hadiah mulia dan luar biasa, yakni Telapak Tangan Yesus yang Terpaku, untuk kami bawa ke mana pun, untuk menyembuhkan orang, untuk meringankan beban orang maupun mewartakan kabar gembira.”
Paska Ziarah ke Fatima, Lourdes dan Roma: Tuhan Yesus Hadir di Rumah Saya
Kembali ke tanahair, kondisi badan saya mengalami apa yang disebut ‘jetlag’, seperti layaknya orang yang bepergian ke benua lain. Ini terjadi karena perbedaan waktu yang jauh, Namun yang saya alami ini terlalu lama. Badan baru pulih setelah dua pekan.
Saya berfikir, apakah ini suatu peresapan pengalaman selama 10 hari perjalanan? Atau ini suatu pelonjakan enerji (‘booster’) dari sebelumnya? Atau apakah ini suatu proses penguatan kekuatan Telapak Tangan Yesus yang Terpaku ke dalam diri saya?
Segalanya merupakan misteri. Tetapi saya yakin bahwa ini adalah suatu karya Tuhan yang menyelamatkan saya dan banyak orang yang akan saya tolong.
Suatu ketika, saya diundang oleh suatu keluarga di Bandung untuk membersihkan rumah yang dihuni banyak “makhluk halu”s berupa jin, gendruwo, kuntilanak atau sejenisnya. Anak satu-satunya dari keluarga ini tiap malam selalu diganggu suara yang berisik dari makhluk halus yang ada di rumah itu. Makhluk halus itu juga sering menampakkan diri, sehingga anak tersebut tidak bisa cukup istirahat.
Saya datang dan mulai berdoa untuk menghancurkan setan yang menghuni rumah itu. Saya masuk ke kamar anak itu. Dan saya menggores-goreskan kuku saya ke lantai dan ke tembok. Juga saya memukul-mukul tembok kamar itu.
Anak tersebut,melihat saya melakukan pembersihan setan dari rumah itu. Dia melihat bahwa makhluk seperti gendruwo berdarah-darah sedang sekarat, berada di atas almari. Kemudian saya ambil bangku, untuk menjangkaunya. Barang yang ada di atas almari saya tekan dengan kuku. Dan anak itu bilang, makhluk yang sekarat itu terbakar.
Peristiwa lain terjadi sepulang saya dari ziarah rohani. Iman, seorang tukang urut sedang mengurut badan saya yang lelah. Sambil mengurut saya, dia melihat ke arah meja makan. Dia ditampaki sosok dengan ciri-ciri seperti ini. Wajahnya panjang, berkumis, dan berjanggut. Panjang rambutnya sampai sebahu. Jubahnya sampai ke atas mata kaki. Dia sangat berwibawa, sehingga tukang urut itu tidak berani menatap.
- Saya bertanya kepada tukang urut itu, “Apakah dia mirip Pangeran Diponegoro?”
- Dia menjawab, “Bukan, dia seperti orang Timur Tengah.”
- Saya tanya lagi, “Pernah melihat gambar Nabi Isa?”
- Dia menjawab, “Ya seperti itu.”
Siapakah saya dan kami sekeluarga ini, sehingga Tuhan Yesus berkenan hadir di rumah saya.
Dari pengakuan iman, sejak mendapat penampakan itu, dia berani memutuskan untuk keluar dari tempat kerja, dan bekerja sendiri, tidak terikat dengan orang lain. Dan income yang didapat setelah bekerja sendiri jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Dia merasa dibimbing oleh Tuhan Yesus, sehingga berani mengambil keputusan itu.
Perubahan nyata saya alami saat mendoakan orang sakit. Orang sembuh dalam waktu yang cepat.
Di samping itu, saya tidak terkuras tenaga saya. Dahulu sehabis menyembuhkan orang yang kena kuasa setan, saya perlu minum bir untuk memulihkan tenaga. Berbeda setelah pulang dari ziarah. Saya tidak harus minum bir setelah menyembuhkan orang, karena tenaga tidak terkuras. Tangan Yesus bekerja secara sempurna.

Setiap kali saya menjamah, sambil berdoa agar Telapak Tangan Yesus yang Terpaku, bekerja membersihkan dan menghancurkan kuasa setan yang berkuasa dan bersarang di tubuh orang yang saya sembuhkan. Setelah itu dia merasa ringan, sembuh dan sehat kembali. Oleh karena itu saya menulis doa di bawah ini, berjudul Doa kepada Yesus, Sang Juru Selamat sekaligus mengakhiri tulisan sederhana ini.
Seorang anggota dari Grup Sendangsono Guyub yang telah memakai doa ini menuangkan pengalamannya sebagai berikut:
“Terima kasih syer Doa kepada Yesus Sang Juru Selamat dari Pak Sarjono. Saya merasakan betul mukjizat setelah mendoakan doa ini.
Baru saja sebelum saya berangkat ke Petojo dari Pasar Minggu (padahal aras-arasen waktu mau berangkat), saya lihat-lihat WA dulu. Dan melihat doa yang bapak syer, saya langsung berdoa. Sesampainya di Underpass Kuningan Jakarta, ada mobil yang tiba-tiba berbelok arah dan saya yang tepat di belakangnya kehilangan kendali. Dan terjadilah tabrakan beruntun, banyak motor yang jatuh dan ada yang tertabrak lagi mobil belakang dan mereka luka-luka.
Saya tidak tahu bagaimana Tuhan menyelamatkan saya. Tetapi hanya saya di kejadian itu yang baik-baik saja. Saya percaya pasti Tuhan menyelamatkan saya setelah mendoakan Doa kepada Yesus Sang Juru Selamat.”
Doa: “Tuhan Yesus, kami mohon hadirlah di dalam rumah kami, di dalam keluarga kami, dan di dalam hati kami. Dengan kehadiranMu, kuasa setan tidak akan mengganggu kami dalam melaksanakan kehendak Bapa di surga.”
Doa Kepada Yesus, Sang Juru Selamat
Yesus, Juru selamat bagi kami dan bagi semua orang yang percaya. Engkau telah menderita begitu hebat dan tidak mampu kami jalani.
Perjalanan sengsara-Mu dari Taman Getsemani menuju puncak Golgota, Engkau terima tanpa mengeluh. Engkau menyelesaikannya dengan setia hingga wafat demi dosa-dosa kami.
Darah-Mu menetes ke bumi, menandakan pembersihan bumi dari kotoran dan jijiknya kuasa iblis. Dan wafat-Mu di kayu salib menunjukkan bahwa Engkau membersihkan seluruh dunia dari kuasa iblis yang menghancurkan.
Perkenankanlah kami menyentuh bilur-bilur tubuh-Mu, agar kami dibersihkan dari segala kuasa iblis. Ij\zinkanlah darah-Mu yang suci, membersihkan luka-luka jiwa kami karena dosa yang kami lakukan.
Dan kami mohon semoga telapak tangan-Mu yang terpaku menyembuhkan jiwa dan badan kami; menuntun dan membimbing langkah kami menjalan-kan kehendak Bapa sampai akhir hidup kami.
Bapa Kami; Salam Maria; Kemuliaan (3x)
7 Juli 2018
Th. Sarjana Harja Utama