Perayaan Paskah Inkulturasi Jawa Dekanat Pontianak Raya 2024

0
83 views
Perayaan Paskah inkulturasi se Dekenat Pontianak Raya. (Br. Dinus Kasta MTB)

Hidup sebagai Alat Kebenaran-Nya”. Demikian tema Perayaan Paskah Inkulturasi Jawa se-Dekanat Pontianak Raya. Perayaan meriah ini dilaksanakan hari Minggu, 21 April 2024, di Gereja Keluarga Kudus, Kota Baru, Pontianak.

Perayaan Ekaristi Kudus dimulai pada pukul 10.00 pagi. Diawali dengan perarakan dari depan gereja. Ria dengan pakaian penari Jawa mendahului perarakan, diikuti enam puteri penari cilik menuju altar. Selanjutnya disusul, misdinar, petugas liturgi, prodiakon dan para imam.

Perayaan Paskah Inkulturasi Jawa ini diadakan setiap tahun. Kali ini, perayaan ekaristi dipimpin selebran utama: Romo Yohanes Thomas Maria Puji Nurcahyo CM, Pastor Kepala Paroki Keluarga Kudus, Kota Baru, Pontianak.

Pastor lainnya adalah Romo Gregorius Kukuh Nugroho CM, Romo Fransiskus Joko Umbara Pr, dan Romo Laurensius Prasetyo CDD. Seluruh rangkaian perayaan Paskah Inkulturasi Jawa ini diiringi dengan musik gamelan dari Kerawitan Wijoyo Laras Pontianak.

Kelompok penari dari etnik Dayak. (Br. Dinus Kasta MTB)

Paguyuban Jawa

Perayaan Paskah Inkulturasi Jawa di Pontianak, minimal sudah dilaksanakan sebanyak 25 kali. Itu berarti sudah dimulai sejak 25 tahun yang lalu. Aris Supratman selaku seksi acara pada perayaan Paskah kali ini menceritakan, kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang sudah berlangsung kurang lebih 25 tahun.

Gereja mengakomodir inkulturasi budaya menjadi sarana pelayanan dan pastoral. Dijelaskan juga bahwa paguyuban Jawa di Dekanat Pontianak Raya terdapat kurang lebih 1.500-an orang.

Tempat perayaan berganti setiap tahun. Di Dekanat Pontianak Raya ada sepuluh paroki. Jadi umat yang hadir maupun petugas liturgi ini lintas paroki. Disebutkan juga bahwa, beberapa sesepuh sebagai inisiator Paskah Inkulturasi Jawa adalah antara lain Bpk. FX Sukasbi, Bpk. Yustinus Mardi, Bpk. Imam Santoso, dan Bpk. Aris Mawardi.

Kelompok Kerawitan Wijoyo Laras Pontianak. (Br. Dinus Kasta MTB)

Pesta persaudaraan

Meskipun disebut sebagai Inkulturasi Jawa, namun pelaksana dan umat yang hadir dalam pesta ini terdiri dari berbagai etnis, suku dan agama: Jawa, Dayak, Flores, Batak, Tionghoa. Dengan demikian, selain merupakan upaya melestarikan budaya, pesta ini menjadi sarana mengakrabkan persaudaraan antar etnis, agama dan umat di Dekanat Pontianak Raya.

Firminus Tikun, sekretaris panitia perayaan ini mengatakan bahwa penabuh gamelan atau pengrawit terdiri dari umat Katolik dan Muslim. Demikian pula koor dari berbagai etnis, lintas paroki. Sedangkan penari, seluruhnya anak-anak etnis Dayak.

Berubah dan bertobat

Kotbah diawali dengan lantunan tembang Titi Kolo Mongso dari Sujiwo Tejo oleh Pastor Vikaris Paroki Romo Gregorius Kukuh Nugroho CM. Tembang itu secara garis besar berarti bahwa pada saatnya dur angkoro -angkara murka- akan musnah, dibutuhkan waktu. Perlu kesabaran dan kepercayaan.

Dalam kotbahnya, Pastor Paroki Romo Yohanes Thomas Maria Puji Nurcahyo CM menekankan bahwa pesta meriah ini akan lebih bermakna dan berarti bagi diri sendiri dan sesama, apabila kita semua berani berubah. “Persiapan yang relatif lama, aksesoris lebih dari biasa, koor semarak, tidak akan bermanfaat, kalau kita tidak bersedia berubah,” demikian tuturnya.

Disampaikan bahwa, kita semua harus berubah menjadi manusia yang mampu mencintai sesama, tidak cukup hanya memikirkan diri sendiri. Kita harus meneladani Yesus yang wafat dan kemudian bangkit, untuk keselamatan manusia. Kita mempunyai tugas mewartakan kebangkitan Kristus. Dengan demikian, kita menjadi saksi Kristus dan sebagai alat kebenaran-Nya.

Para imam dan petugas liturgi. (Br. Dinus Kasta MTB)

“Mewartakan kebangkitan Kristus artinya berani keluar dari diri sendiri, tidak egois dan mampu, mau dan berani melayani sesama,” tambahnya. Saat itulah kita  mengakhiri dur angkoro – demikian istilah tembangnya Sujiwo Tejo. Yaitu berakhirnya masa-masa manusia hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Untuk itu perlu perjuangan, ketekunan dan kesabaran.

Mengakhiri kotbahnya, Romo Puji, demikian umat memanggilnya, mengucapkan banyak terimakasih kepada panitia dan semua yang terlibat dalam acara sehingga acara pesta berjalan lancar dan meriah.

Tidak lupa pastor paroki yang baru bertugas selama satu setengah tahun di Paroki Keluarga Kudus, Kota Baru Pontianak ini memohon doa umat semua untuk para pastor dan kaum biarawan pada umumnya.

“Doakan kami para romo dan kaum biarawan-biarawati pada umumnya agar dapat menjadi gembala yang baik  dan mampu mencintai,” demikian harapnya.

Selain itu, Romo Puji mengajak kaum muda untuk tidak takut menjadi imam. “Menjadi imam itu bahagia,” pungkasnya.

Santap siang bersama

Perayaan Paskah Inkulturasi Jawa ini diakhiri dengan ucapan terimakasih Ketua Panitia Florensius Sutami. Dilanjutkan dengan santap siang bersama sambil menikmati musik campursari. Pihak panitia menjelaskan penyediaan konsumsi lintas paroki.

Paroki Keluarga Kudus menyediakan konsumsi nasi dan lauk pauk. Dibagi lagi per wilayah. Wilayah Nasaret masak nasi gudeg krecek. Wilayah Yerusalem masak nasi rawon. Wilayah Efesus masak nasi pecel. Wilayah Tesalonika menyediakan bakso.

Sementara, Paroki MRPD menyediakan berbagai jenis minuman, sedangkan Paroki Rasau Jaya menyediakan cemilan kacang tanah, ubi rambat, ubi kayu, jagung, dan lemper. Mayoritas warga Rasau Jaya yang sebagian besar dari Jawa adalah petani.

Pontianak, 25 April 2024

Br. Bernardinus Sukasta MTB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here