SUNGGUH luar biasa. Duta Besar Jerman untuk Republik Indonesia, HE Ina Lepel, berkenan memberi sambutan untuk membuka gelaran bertajuk “Learning from Mangunwijaya International Exhibition” (Pameran Internasional “Belajar dari Mangunwijaya”).
Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pameran ini dibuka tanggal 31 Juli 2024 dan berlangung hingga 18 Agustus 2024. Digelar di Langgeng Art Foundation Yogyakarta.
Pameran ini merupakan hasil workshop sepekan yang diikuti lebih dari 50 mahasiswa dari tujuh universitas yang berasal dari lima negara: India, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Plus para kurator dari Jerman dan Indonesia.
Multidimensi Romo Mangunwijaya
Bagusnya, pameran ini justru malah melibatkan orang-orang muda yang sama sekali belum mengenal siapa dan bagaimana sosok YB Mangunwijaya alias Romo Mangun. Seluruh peserta mempelajari, mendalami Romo Mangun dalam workshop selama sepekan. Juga disertai dengan kunjungan ke lokasi-lokasi karya Romo Mangun.
Dimensi-dimensi hidup dan karya Romo Mangun didalami, dinarasikan, lalu diekspresikan dalam sebuah design atau rancangan. Ada enam instalasi pameran yang masing-masing menampilkan satu dimensi dari hidup dan karya Romo Mangun.
- Instalasi Wit of Mangun: Nurturing Education with Nature menampilkan pandangan dan aksi Romo Mangun di bidang pendidikan.
- Temuwuh menampilkan rancangan Romo Mangun untuk Gereja Santo Albertus Paroki Jetis, Kota Yogyakarta.
- Pilgrimage of Soul untuk rancangan kompleks peziarahan Gua Maria Sendangsono.
- Panyandra Tepi untuk rancangan rumah-rumah di tepi Kali Code.
- Sijji untuk rancangan rumah Jl. Kuwera, Condongcatur, DIY.
- Jayeng Kandhang.
Enam instalasi yang dipamerkan itu dilengkapi dengan berlembar-lembar narasi yang menguraikan pemahaman tentang pelbagai dimensi hidup dan karya Romo Mangun. Justru di dalam narasi tersebut tergambar betapa para peserta workshop secara serius ingin memahami dan mendalami lebih intens tentang sosok pribadi Romo Mangun serta karya-karyanya.
Inilah yang mengagumkan bahwa orang-orang muda dari pelbagai negara yang sama sekali tidak mengenal Romo Mangun dapat memahami Romo Mangun. Dilakukan dengan studi dan telaah atas karya-karya mendiang imam diosesan Keuskupan Agung Semarang ini.
Semangat Romo Mangun yang mengutamakan orang-orang kecil yang dipinggirkan ditampilkan dengan konsep arsitektur yang mengutamakan material-material lokal dan pelestarian lingkungan.
Rama Mangun seolah-olah “hidup kembali” dalam diri orang-orang muda tersebut; lewat karya-karya instalasi yang dipamerkan tersebut.
Pameran internasional ini juga secara lengkap menghidupkan kembali semangat Romo Mangun dengan menampilkan buku dan karya tulis mendiang romo. Ditampilkan pula riwayat hidup Romo Mangun dalam deretan tulisan dan gambar sepanjang sekitar 10 meter.
Ada pula mozaik wajah Rama Mangun. Orang-orang penting seperti wakil dari Museum Indonesia, para kurator, inisiator dari Jerman yaitu Sally Below, dan orang-orang penting di bidang arsitektur.
Dalam konferensi pers, latar belakang dan tujuan pameran internasional tersebut disampaikan oleh Rektor UII: Fathul Wahid; Duta Besar Jerman untuk RI: Yang Mulia Ina Lepel; dan inisiator kegiatan: Sally Below dari Jerman.
Menghidupkan semangat Romo Mangun
Upaya UII untuk “menghidupkan Kembali Rama Mangun” sungguh sangat lengkap, karena diadakan pula lima seri Kuliah Umum (Pre-Lectures Learning from Mangunwijaya) Internasional secara daring. Para narasumber sungguh berkaliber “internasional” di dalam memahami dan menguraikan tema-tema yang disajikan secara komplet.
- Sesi 1 berjudul “The Life of YB Mangunwijaya” tanggal 3 Mei 2024 dengan narasumber Sergius Sutanto – seorang penulis dan pembuat film tentang Romo Mangun.
- Sesi 2 memaparkan bahasan “YB Mangunwijaya in Germany” tanggal 10 Mei 2024 dengan narasumber Dr. Eduard Kogel dari Jerman.
- Sesi 3 membahas “Architecture and Creative Process of YB Mangunwijaya” pada tanggal 31 Mei 2024 dengan narasumber Wiryono Raharjo.
- Sesi 4 membahas “The Community Engagement in Architecture Design” tanggal 14 Juni 2024 dengan narasumber R. Yuli Kusworo.
- Sesi 5 membahas “Wastu Citra – A Reflection of Architecture” tanggal 14 Juni 2024 dengan narasumber Dr. Revianto M.Arch.
Dengan lima tema dan oleh narasumber yang sungguh berkompeten, praktis Rama Mangunwijaya sungguh “hidup kembali” di UII melalui rangkaian Kuliah Umum tersebut. Apalagi universitas-universitas yang berpartisipasi dalam webinar dan workshop datang dari pelbagai negara.
Sebut saja Rangsit University Thailand, Kalasalingam Academy of Research and Education India, Universiti Malaya Malaysia, National University Singapore Singpura, University of Indonesia, Universitas Gadjah mada, Universitas Islam Indonesia.
Bertepatan dengan peringatan 25 Tahun Wafat Romo Mangunwijaya, rangkaian kegiatan yang diadakan oleh Universitas Islam Indonesia sangatlah tepat.
Romo Mangun, seorang tokoh yang ahli di pelbagai bidang sekaligus pejuang bagi kemanusiaan tersebut, pantaslah untuk dihidupkan kembali.
Semangat dan perjuangannya bagi kemanusiaan haruslah terus menerus dihidupkan, lebih-lebih oleh orang-orang muda yang menjadi “masa kini” dan “masa depan” bangsa kita.
PS: Agus Tridiatno, anggota pengurus Ikatan Alumni Filsafat Teologi Universitas Sanata Dharma; dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
uii universitas islam indonesia dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan al jami’ al islam al indonesia sebagaimana tertulis di Logo UII
uii membesarkan sosok non muslim
seolah tidak ada lagi sosok muslim yg layak mereka promosikan guna melekatkan kata islam yg nereka sandang pada Logo kampusnya
rektor uii ini bukan putera uii
rektor uii ini tidak kuliah s1 di uii
kasian dia sang rektor uii tidak paham bahwa dalam sejarah pendirian uii itu hadir tokoh tokoh islam yg juga founding father berdirinya negara
dan amat disayangkan
dibawah kepemimpinan rektor uii ini dia sudah mengarahkan uii keluar dari khittah pendiriannya
dan itu
akibat badan wakaf uii sebagai perwalian ummat islam telah dilenyapkan tupokksi sejatinya
innalillah wa inna ilaihi rojiun