BERIKUT ini kerangka Acuan Kerja (TOR) Perayaan Nasional 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si”.
Perayaan 10 Tahun Laudato Si Indonesia – Connect, Learn & Celebrate di Sentul City, 5-7 September 2025
Perayaan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’ tahun 2025 ini bertepatan dengan Perayaan Tahun Yubileum dan 800 tahun Gita Sang Surya.
Ketiganya memberi inspirasi yang sangat mendalam, sekaligus dapat menjadi momentum untuk melihat sejauh mana kita telah menjaga rumah kita bersama serta menjawab panggilan untuk memulihkan kembali rusaknya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam ciptaan.

Restorasi hubungan vertikal-horizontal
Berakar pada iman Perjanjian Lama (Bdk Kitab Imamat 25: 8-55), Perayaan Yubileum (Yobel) dimaksudkan sebagai momen untuk membangun kembali hubungan yang benar antara manusia dengan Tuhan, hubungan satu sama lain serta hubungan manusia dengan semua ciptaan.
Tema Tahun Yubileum 2025 adalah Peziarah Pengharapan. Paus Fransiskus mengharapkan agar setiap saat dalam tahun 2025 menjadi saat pengharapan di tengah dunia yang masih tercabik-cabik akibat perang, dampak pandemi Covid-19 yang terus berlanjut serta krisis bumi.
Gita Sang Surya atau Pujian Segala Makhluk yang diciptakan oleh Santo Fransiskus Assisi sendiri telah berusia 800 tahun pada 2025 ini dan terus menjadi inspirasi rohani untuk menjaga dan mencintai karya ciptaan Tuhan.
Santo Fransiskus dalam kidung ini menyampaikan pujian kepada Allah yang Maha tinggi karena dan bersama bumi dan segala makhluk ciptaan sebagai saudara dan saudarinya:
“Saudara Matahari yang memberikan terang di siang hari; Saudari Bulan dan Bintang yang memberikan sinar indah gemerlapan di malam hari; Saudara Angin, Saudari Air, Saudara Api; dan Saudari Ibu Pertiwi yang memberi makan, mengasuh kita dan menumbuhkan aneka ragam buah-buahan, bunga dan reremputan.”
Ensiklik Bapa Paus Fransiskus Laudato Si’ yang diterbitkan pada bulan Mei 2015, mengambil judulnya dari ungkapan yang berulang kali digunakan oleh Santo Fransiskus dalam Gita Sang Surya, yaitu Laudato Si’, mi Signore atau dalam bahasa Indonesia ”Terpujilah Engkau, Tuhanku”.
Tidak hanya menggunakan ungkapan yang sama, ajaran Ensiklik Laudato Si’ juga diilhami oleh perhatian dan cinta Santo Fransiskus kepada keluarga universal segala makhluk, yang tercermin pada sub-judul Ensiklik Laudato Si, yaitu Perawatan rumah kita bersama: Planit Bumi,
Melihat krisis yang mengancam keselamatan planet bumi dan kehidupan manusia sendiri, dalam Laudato Si’ Paus Fransiskus menyerukan kepada umat beriman dan semua yang berkehendak baik untuk segera bersatu dan menanggapi jeritan bumi dan jeritan kaum miskin.
Laudato Si’ mengundang kepedulian untuk menjaga keselamatan alam lingkungan, tetapi dengan tidak terpisahkan dari kepedulian terhadap sesama manusia, serta menanggapi permasalahan yang lebih mendasar, yakni mengenai hubungan kita dengan Tuhan Pencipta, sesama manusia serta alam ciptaan.
Ensiklik Laudato Si’ telah menginsipirasi gerakan kepedulian terhadap krisis bumi dan jeritan kaum miskin di antara umat Katolik sendiri, bersama seluruh umat beriman dan semua yang berkendak baik.
Gerakan Laudato Si
Pada tingkat global telah terbentuk Laudato Si Movement sejak diterbitkannya Laudato Si’ pada 2015.
Gerakan ini telah berkembang menjadi banyak gerakan nasional di tingkat negara masing-masing. Di tingkat keuskupan terbentuk gerakan yang lebih kecil berupa chapter dan di komunitas-kominitas berupa circle.
Pertanyaannya, 10 Tahun setelah Ensiklik Laudato Si’ diterbitkan, sejauh mana umat Katolik sendiri telah mengenal dan menerapkan ajaran yang disampaikan oleh Paus Fransiskus ini?
Banyak hal yang telah dilakukan umat beriman atas nama Laudato Si‘, baik menyangkut kegiatan rohani, seperti Doa Rosario Laudato Si’ dan misa alam; kegiatan-kegiatan edukasi dan kampanye untuk merawat bumi; aksi-aksi pelestarian lingkungan dengan pembersihan sampah atau menanam pohon; serta kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif yang menghasilkan produk-produk ramah lingkungan, dst.
Namun demikian, 10 tahun setelah Ensiklik Laudato Si diterbitkan, masih banyak umat yang belum tahu mengenai ajaran Laudato Si’.
Dari umat yang telah mengetahui Laudato Si atau bahkan mengikuti Gerakan Laudato Si, masih ada pertanyaan: sejauh mana Laudato Si telah dihayati secara konkret melalui pertobatan dan aksi-aksi positif nyata untuk mencintai dan merawat bumi dan seluruh alam ciptaan sebagai perwujudan iman sebagaimana telah diwariskan oleh St. Fransiskus Assisi.

Agenda peristiwa
Dalam kesadaran dan terang iman di atas, Gerakan Laudato Si Indonesia akan menyelenggarakan Perayaan 10 Tahun Laudato Si dengan tema ”Connect, Learn & Celebrate”.
Panitia Pelaksana berasal dari Animator Laudato Si Chapter Bogor. Perayaan itu akan diadakan tanggak 5–7 September 2026 di Padepokan Volly (PaVo) dan Graha Bina Humaniora (GBH) Sentul City, Kabupaten Bogor.
Connect: Rangkaian kegiatan selama tiga hari pertemuan nasional yang akan terdiri dari doa, diskusi, refleksi, silaturahmi dan keakraban, pentas budaya, bazar dengan puncak perayaan ekaristi, diharapkan dapat menjadi momentum untuk saling terhubung di antara para penggerak Laudato Si, terhubung juga dengan penggerak pelestarian lingkungan (ekologi) lainnya serta terhubung dengan umat beriman pada umumnya, terutama dalam lingkup Keuskupan Bogor.
Mereka semua ini diharapan bisa nyambung (connect) lagi dengan ajaran Laudato Si dan pada Tahun Yubileum 2025 ini dapat connect kembali dalam kasih dan pengharapan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan seluruh alam ciptaan.
Learn: Perayaan 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’ dapat menjadi momentum untuk belajar yang satu dari yang lain mengenai apa yang telah dilakukan, tetapi juga apa yang belum dilakukan serta belajar apa yang perlu dilakukan agar pesan Laudato Si’ semakin diketahui dan dihayati oleh semakin banyak orang dan menciptakan dampak yang nyata berupa kepedulian terhadap jeritan ibu bumi dan orang miskin.
Celebrate: 10 Tahun Ensiklik Laudato Si’ yang bertepatan dengan Tahun Yubileum 2025 serta 800 Tahun Gita Sang Surya perlu dirayakan dengan penuh rasa syukur dan kegembiraan. Tantangan yang dihadapi dalam menjaga bumi, rumah kita bersama, akan semakin banyak dan kompleks, apalagi dengan krisis perubahan iklim yang telah menimbulkan banyak penderitaan dan kekawatiran.
Namun, sebagaimana ditekankan oleh Bapa Paus Fransiskus dalam Tahun Yubileum 2025 yang bertema Peziarahan Pengharapan, setiap saat pada tahun 2025 harus menjadi saat pengharapan.
Kepedulian terhadap lingkungan alam dalam Laudato Si bukanlah semata-mata gerakan aktivisme manusiawi belaka tetapi dilandasi oleh iman akan Tuhan Pencipta yang akan selalu menganurahkan rahmat penyelenggaraan ilahi-Nya. Peziarah Pengharapan selalu melihat cahaya dan dalam ziarah kita berserah pada-Nya.
Tujuan
Merayakan 10 Tahun Laudato Si’ dan 800 Gita Sang Surya dalam bulan Season of Creation 2025, dan Tahun Yubileum 2025, sebagai momentum untuk mengungkapkan rasa syukur dan mencari penyegaran rohani atas panggilan untuk merawat dan mencintai planet bumi sebagai anugerah Sang Pencipta.
Melakukan refleksi, saling bertukar pengalaman dan diskusi mengenai perkembangan 10 tahun Gerakan Laudato Si di Indonesia serta menyusun rencana aksi dan kolaborasi ke depan
Meningkatkan kerja sama antar Penggerak Laudato Si (Animator Laudato Si) serta memperluas jejaring dengan penggerak/aktifis pelestarian lingkungan, terutama di lingkup Gereja Katolik, termasuk di tingkatan paroki.
Memperkenalkan Laudato Si serta berbagai praktik baik, keterampilan dan produk ramah lingkungan yang merupakan aplikasi nyata ajaran Laudato Si di lapangan. (Berlanjut)