
SIDANG Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 memasuki hari keempat dengan suasana penuh refleksi dan semangat kolaborasi. Agenda utama hari ke-4 tanggal 5 November 2025 kemarin berfokus pada merumuskan rencana tindak lanjut pastoral sinodal – hasil rangkaian refleksi, diskusi, dan masukan dari berbagai narasumber sejak hari pertama.
Dalam semangat berjalan bersama, para peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan regio. Pembagian ini bertujuan agar hasil perumusan lebih kontekstual dan selaras dengan realitas sosial, ekonomi, dan pastoral di setiap wilayah Gereja. Masing-masing regio diminta mengidentifikasi tiga isu pokok paling penting dan mendesak yang perlu ditanggapi secara nyata oleh Gereja setempat.
Proses perumusan tidak hanya berhenti pada pengenalan gejala atau fenomena sosial yang muncul, tetapi mengajak peserta untuk menggali akar-akar persoalan yang mendasarinya.
Dengan cara ini, Gereja diharapkan mampu menanggapi berbagai tantangan secara lebih mendalam dan transformatif — bukan sekadar reaktif terhadap gejala di permukaan.
Evaluasi kelemahan Gereja
Peserta juga diajak untuk melakukan refleksi menyeluruh terhadap kelemahan internal Gereja, yang mungkin ikut berkontribusi pada keberlanjutan persoalan sosial tertentu. Kesadaran ini diharapkan menumbuhkan sikap bertobat secara pastoral dan meneguhkan gerak bersama berlandaskan iman, keadilan sosial, serta semangat sinodalitas.
Rencana tindak lanjut yang disusun meliputi program konkret, fondasi iman, arah transformasi, potensi dan peluang lokal, serta mitra kolaborasi yang dapat diajak berjalan bersama. Pendekatan ini juga dimaksudkan untuk mempermudah proses monitoring dan evaluasi (monev) di tingkat keuskupan, paroki, komunitas basis, hingga keluarga.
Kelompok diskusi tematik
Selain kelompok per regio, terbentuk pula beberapa kelompok diskusi tematik tambahan yang menanggapi isu-isu khusus yang belum sempat dibahas sebelumnya. Dinamika ini menjadi tanda nyata keterbukaan Gereja terhadap inspirasi Roh Kudus yang bekerja secara spontan di tengah umat.
Seluruh hasil perumusan kemudian dipresentasikan dalam sidang pleno untuk memperkaya arah pastoral Gereja Katolik Indonesia ke depan.
Melalui proses ini, Gereja Indonesia diteguhkan untuk semakin siap berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan, menghadirkan wajah yang misioner, dialogis, dan transformatifdi tengah masyarakat.
PS: Sumber KWI








































