Home BERITA Artikel Politik: Kairo 2012-2013

Artikel Politik: Kairo 2012-2013

0
Morsi jatuh dari kekuasan by Yallasafa.

COSTA Caffee, tak jauh dari istana. Kafe itu terletak sekitar 200 meter dari Ittihadiya (h) atau Kasr al-Ittihadiya, yang dikenal dengan sebutan Istana Arabia.

Ittihadiya (h) dan Istana Arabia sama-sama memangku Jal El-Marghany. Tetapi, di tengah-tengah antara kafe dan istana dibangun tembok beton darurat setinggi dua meteran, dan pagar kawat berduri untuk mencegah para demonstran mendekati istana.

Para demonstran menentang rancangan baru yang mereka sebut sebagai konstitusinya Ikhwanul Muslimin. Karena, merekalah yang mendominasi Dewan Konstituante, yang beranggotakan 100 orang.

Dewan ini bertugas menyusun konstitusi baru.Para demonstran juga menentang rencana referendum.

Rancangan konstitusi baru itu mereka anggap mengurangi kebebasan rakyat yang telah diperjuangkan lewat revolusi yang berakhir dengan tumbangnya Hosni Mubarak.

Inilah awal dari jatuhnya Presiden Mohammad Morsi, 3 Juli 2013, presiden pertama setelah Revolusi Musim Semi, oleh militer. Meskipun, Morsi memenangi referendum. Pada hari Rabu malam, 3 Juli, setelah berakhirnya tenggat waktu ultimatum 48 jam yang diberikan kepada  Morsi, Menteri Pertahanan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, mengumumkan penggulingan Morsi.

Tiga revolusi di Mesir

Thomas L. Friedman, dalam Egypt’s Three Revolutions (dalam koran beken The New York Times, 23 Juli 2013), menulis antara 2011 dan 2013, Mesir mengalami tiga revolusi.

Revolusi pertama terjadi karena sejumlah besar pemuda Mesir semakin muak terhadap pembatasan (termasuk kebebasan) mencekik era Hosni Mubarak.

Para jenderal yang menggantikan Mubarak terbukti sangat tidak kompeten dalam memerintah sehingga banyak orang Mesir liberal lebih memilih Mohammad Morsi dari Ikhwanul Muslimin ketimbang seorang mantan jenderal dari era Mubarak dalam Pemilu Juni 2012. Ini revolusi kedua.

Akan tetapi, setelah menjadi presiden, Morsi terbukti lebih tertarik untuk mengkonsolidasikan cengkeraman Ikhwanul Muslimin atas kekuasaan dari pada agendanya sendiri sebagai presiden, yang berpuncak pada turunnya jutaan orang ke jalan pada 30 Juni 2013 “meminta militer untuk menggulingkan Morsi.

Inilah yang oleh Friedman disebut sebagai revolusi ketiga.

Itulah akhir revolusi ketiga, yang sebenarnya “baunya” sudah mulai tercium di antara harum bau kopi di Costa Caffee. Namun, bagi mereka yang sedang berkuasa ketika itu, bau kekuasaan jauh lebih kuat ketimbang teriakan rakyat dan bau harum kopi.

Ketika tengah mengenang peristiwa enam tahun silam, tiba-tiba muncul pertanyaan: Musim apa di negeri ini, sekarang?

Sebenarnya musim semi.

Hanya saja, ternyata kuasa kegelapan berusaha menutupi seluruh bunga yang sedang bermekaran di segala penjuru, dengan segala macam cara.

Tetapi, “Bukroh hatitla’ el-Syams binuriha el-gamil (semoga mentari akan bersinar lebih terang lagi), Pak,” tulis Kadarisman, teman lama di Cairo, lewat WA semalam dari Malang.   

PS: Artikel lebih lengkap ada di https://triaskun.id/2019/05/12/kairo-2012-2013/‎
artikel sama juga sudah tayang di Kompas.id pd tgl 8/5/2019.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version