Home BERITA Berani Meninggalkan Zona Nyaman

Berani Meninggalkan Zona Nyaman

0
Keluar dari zona nyaman

Bacaan 1: 1Kor 3:1-9

Injil: Luk 4:38-44

Saat seseorang berada dalam situasi yang mapan dan sudah dijalani beberapa waktu yang lama maka itulah yang disebut “zona nyaman”. Bisa berupa pekerjaan, relasi dengan teman atau kehidupan sehari-hari.

Zona nyaman sering menjadi tujuan hidup orang banyak. Namun ada kalanya seseorang ditantang untuk berani keluar dari zona itu.

Saat berada di zona nyaman, kadang seseorang takut untuk memasuki dunia baru. Cenderung tidak terlalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru. 

Tuhan Yesus adalah “Sang Pemberi Harapan” bagi siapa saja. Ia bukan milik golongan atau agama tertentu saja.

Di Kapernaum, Ia banyak menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan. Sehingga banyak orang mendapatkan kembali harapan hidupnya. Ibu mertua Simon kembali bisa melayani Tuhan dan orang banyak, setelah disembuhkan-Nya.

Orang-orang Kapernaum merasa nyaman dan aman dengan keberadaan Yesus, mereka berusaha menahan Dia agar tetap tinggal disana. Bagi Yesus, Kapernaum mungkin kota yang nyaman dan menyenangkan hati-Nya, setelah Ia ditolak di Nazareth.

Namun Yesus diutus bukan hanya kepada orang-orang Kapernaum saja.

“Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”

Jemaat Korintus terpecah-pecah karena banyaknya pengajar iman Kristen. Paulus mengkritik dan menasihati mereka agar kembali bersatu.

Beberapa pengajar itu, diantaranya Paulus, Apolos, Petrus, dan lainnya. Jemaat dalam kelompok pengajar tertentu saling membanggakan “gurunya”.

Mungkin dibandingkan guru lain, Paulus dianggap kurang “joss” (kurang berhikmat) dalam berbicara saat mengajar.

Paulus sangat memaklumi karena mereka masih belum dewasa secara iman. Mereka dianggap masih “bayi dalam iman”, sehingga apa yang diajarkan oleh Paulus pun disesuaikan dengan level keimanan mereka.

“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.“

Demikian kata Paulus.

Mereka seolah merasa nyaman dan aman bersama guru mereka. Dalam belajar iman, maka bukan pengajarlah yang menjadi fokus namun Allah.

Paulus mengajak mereka meninggalkan “zona nyaman” tersebut dan fokus kepada Allah.

“Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”

Pesan hari ini

Saat kamu memutuskan ingin tetap berada di “zona nyaman”, mungkin hidupmu tidak akan berkembang. Beranikah kamu meninggalkan zona itu?

Yesus dan Paulus telah memberi teladan untuk itu.

“Hidup dimulai pada akhir zona nyamanmu.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version