Home BERITA Cer-dik (Cerita Dikit): Cinta pada Allah

Cer-dik (Cerita Dikit): Cinta pada Allah

0
Ilustrasi - Mengatur bicara. (Ist)

PENGALAMAN waktu aku sekolah SMP di Solo, aku pernah ikut kegiatan “Jurnalis Cilik” yang diadakan Koran Solo Pos. Pengalaman itu mengusikku untuk belajar menulis lagi.
Meskipun hanya “Cer-dik” alias Cerita Dikit.

Aku membawa pulang cerita homili setelah aku mengikuti misa yang dipimpin Romo Agam SJ di Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus, Jalan Veteran Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu 4 Mei 2024.

Sering kali dalam sebuah hubungan, sepasang kekasih saling mempermasalahkan apakah dia begitu mencintai pasangannya? Kalau cinta kenapa rasanya hambar, hanya biasa-biasa saja?

Tidak ada sesuatu yang dilakukan untuk membuktikan kalau dia begitu mencintai pasangannya. Tak jarang setelah mendapat pertanyaan semacam itu muncul rasa ingin membuktikan, “Gimana ya biar dia percaya kalau saya sungguh mencintainya?”

Pertanyaan yang terbersit itu akhirnya mendorong berpikir untuk melakukan sesuatu. Tiba-tiba memberi bunga. Tiba-tiba mengirim makanan atau membelikan suatu barang sebagai tanda bahwa saya begitu mencintai kamu.

Tak bisa ucapkan lafal huruf “R”

Ada sebuah cerita kecil. Suatu saat dalam sebuah sekolah seminari ada salah seorang murid tidak bisa berkata huruf “R”.

Pastor pembimbing yang mendampingi murid tersebut berkata agar murid ini berlatih berbicara huruf “R” entah datang ke terapis, berlatih setiap saat atau bagaimanapun caranya.

Pastor tersebut berkata kepada murid nya bahwa jika pada pertemuan berikutnya dia tidak bisa menyebut kata “Pastor atau Romo” yang di dalamnya ada unsur huruf “R”, maka dia tidak diperbolehkan untuk masuk kelas dan ikut pelajaran.

Ilustrasi: Aku mencintaimu. (Ist)

Maka murid tersebut berpikir bagaimana caranya karena dia tidak ingin meninggalkan kelas. Pada suatu hari, akhirnya dia bertemu dengan pastor tersebut, tapi pastor sudah bersiap untuk menertawakannya. Namun tidak disangka begitu sang murid membuka pintu kata pertama yang dikatakan yaitu “imam”.

Itulah bukti kesungguhan dan cinta dari seorang murid yang tidak ingin meninggalkan kelasnya.

Cerita kecil tadi memberi pesan bahwa jika kita mencintai pasti kita akan menjadi kreatif.

Kita bertumbuh terutama dalam hidup keluarga maupun komunitas. Jika kita mencintai, kita pasti mencari cara-cara kreatif untuk membuktikan kecintaan itu. Memang tidak mudah, namun kecintaan tidak akan menggagalkan upaya kita dalam membuktikan cinta itu.

Refleksi cerita-dikit ini membawa pertanyaan: “Bagaimana kecintaanku pada Allah? Allah mencintai manusia begitu besarnya dibuktikan dengan anak-Nya sendiri dikirim ke dunia untuk menyelamatkan manusia”.

Sekreatif apa aku mencintai Allah?

Bernadeta PM (Ane)
Umat Gereja St. Paulus Kleco Solo; kini bekerja di Banjarmasin, Kalsel.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version