Jumat, 8 Agustus 2025
Ul. 4:32-40.
Mzm. 77:12-13,14-15,16,21.
Mat. 16:24-28
ADA banyak orang yang merasa tidak layak, tidak mampu, atau terlalu lemah untuk melayani Tuhan.
Mereka mundur selangkah, berkata dalam hati: “Saya belum siap.” Tetapi hari ini Tuhan mengajak kita untuk melangkah dengan iman, bukan dengan rasa takut.
Yesus memang tidak pernah menawarkan jalan yang bebas dari salib. Bahkan dalam Injil yang kita dengar hari ini, Yesus berkata dengan sangat jelas, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diri, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku.”
Ini adalah panggilan yang serius, tapi juga indah kepada kita yang sering ragu-ragu, banyak pertimbangan duniawi, dan pemikiran dangkal akan masa depan hidup ini.
Tuhan tidak memanggil karena kita sudah sempurna. Dia memanggil kita karena kasih-Nya. Ketika Tuhan memanggil Musa, Musa berkata, “Aku tidak pandai bicara.” Tapi Tuhan berkata,” Bukankah Aku yang menjadikan lidah manusia?”
Ketika Tuhan memanggil Maria, Ia memanggil seorang gadis muda sederhana dari Nazaret, bukan seorang perempuan terpelajar atau terkenal. Tuhan tidak melihat kemampuan kita, Dia melihat kesediaan hati kita.
Pelayanan bukan panggung untuk menonjolkan diri. Ini adalah tempat untuk merendahkan diri dan membiarkan Tuhan yang bertambah dalam hidup kita. Menyangkal diri berarti membiarkan ego dikalahkan oleh kasih, membiarkan kehendak Tuhan mengalahkan ambisi pribadi.
Ini bukan hal mudah. Tapi ketika kita belajar menundukkan hati, di sanalah berkat Tuhan mengalir, sebab kita sedang berada di jalan yang benar, jalan Yesus.
Salib adalah bagian tak terpisahkan dari pelayanan. Tidak semua orang akan memahami kita. Kadang kita akan kecewa, terluka, bahkan ingin berhenti.
Salib bukan kutuk. Salib adalah sarana pemurnian, tempat di mana kasih dan kesetiaan diuji, dan di situlah kemuliaan Tuhan dinyatakan.
Mengikuti Yesus berarti berjalan di jalan yang pernah Dia lalui, jalan pelayanan, pengorbanan, dan kasih. Tapi juga jalan yang penuh pengharapan, karena di ujung salib selalu ada kebangkitan.
Ketika kita melayani, kita tidak sendiri. Dia yang memanggil kita juga berjalan di samping kita. Maka pelayanan bukan beban, tetapi berkat yang mengalir dalam hidup kita dan hidup banyak orang.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku masih ragu atau takut untuk melangkah dalam pelayanan? Mengapa?