Dukacita Menjadi Sukacita

0
Kasih

Jumat, 10 Mei 2024

Kis 18:9-18;
Mzm 47:2-3.4-5.6-7;
Yoh 16:20-23a

SETIAP orang ingin merasakan sukacita. Tak ada orang yang ingin merasakan dukacita. Namun, sukacita merupakan sebuah keputusan, sebuah pilihan.

Layaknya kebahagiaan, kita bisa merasa bahagia jika kita memang memilih atau memutuskan bahagia. Sukacita maupun kebahagiaan dalam hidup ini akan kita peroleh seiring cara kita memandang kehidupan dengan segala isinya.

Kebahagiaan dan sukacita tidak perlu kita kejar mati-matian karena itu ada di dalam diri kita sendiri, dalam pikiran dan hati kita.

“Tuhan mempunyai banyak cara untuk mengubah dukacita menjadi sukacita,” kata seorang bapak.

“Baru-baru ini, saya tertipu, oleh salah satu perusahaan asuransi. Uang yang saya harapkan bisa membantu untuk usaha dan persiapan hari tua, lenyap.

Jika memikirkan itu, rasanya sangat sedih hingga sulit tidur. Ada rasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri mengapa tidak hati-hati. Dan mengapa saya tergiur bunga dan iming-iming yang tidak masuk akal, hingga menempatkan uang di perusahaan keuangan itu.

Namun kemudian, ketika saya sadari bahwa penyesalan dan kemararahan serta kekecewaan tidak akan mengembalikan uang saya, maka saya berusaha ikhlas.

Saya tidak mau menjadi stres karena memikirkan kehilangan itu. Selanjutnya saya mulai membangun usaha kecil-kecilan dengan modal yang ada.

Kini setelah tiga tahun berlalu, saya sungguh bersyukur bahwa Tuhan memberikan jalan yang baik, dan hati yang terbuka hingga saya tidak terjebak dalam penyesalan. Uang yang hilang belum kembali dan mungkin tidak pernah kembali tetapi Tuhan memberikan rezeki lain yang jauh lebih banyak,” papar bapak itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”

Yesus mengingatkan kita bahwa nasib kita akan serupa dengan nasib Yesus. Yesus mengingatkan kita bahwa perlakuan tidak adil yang dialami-Nya selama hidup bakal kita dialami juga.

Banyak tindakan yang menyudutkan kita, meneror bahkan penganiayaan mungkin saja kita alami sebagai pengikut Yesus. Akan banyak duka dan air mata di jalan kemuridan Tuhan, namun yang setia sampai akhir akan mendapat karunia kebahagiaan, sukacita.

Hidup iman kita ini, selalu dibingkai oleh pengalaman suka-duka. Semoga dengan kekuatan Roh Kudus, kita disanggupkan untuk menerima berbagai cobaan hidup iman kita. Kita percaya bahwa hanya Rahmat Tuhan yang bisa membawa kita kepada kesetiaan untuk menerima segala keadaan suka-duka dalam hidup kita.

Bagaiamana dengan diriku?

Apakah aku tetap setia pada Tuhan pada saat kesulitan dan permasalahan mendera hidupku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version