Home BERITA Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Puasa Orang Niniwe (Yun 3:1-10)

Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Puasa Orang Niniwe (Yun 3:1-10)

0
Ilustrasi

“40 hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.”

Demikian pesan Tuhan pada Yunus mengenai nasib Kota Niniwe. Pesan ini dibawa oleh Yunus pada warga kota Niniwe dan sesegera itu, sampai pula berita murka ini ke telinga Raja.

Semua warga kota dari tingkat pemimpin dan warga biasa yang sudah terbiasa dengan hura-hura dengan kesenangan duniawi berubah menjadi huru-hara ketakutan. Orang mulai gamang dengan situasi yang tidak lagi memberi mereka efek rasa aman dan kepastian.

Dalam suasana kegamangan itu,raja bersama pegawai kerajaan dan warganya mendadak melakukan mogok dari berpikir tentang duniawi, dari pekerjaan yang menunjang kebutuhan jasmani, dari makan dan minum yang menunjang kebutuhan tubuh, dari diskusi politik, ekonomi, dan infestasi yang mendukung kemajuan kota, dari dugem yang memberi sensasi sesaat kepada tubuh, dari fiksi dan imaginasi apapun yang menunjang rasionalitas dan retorika di ranah publik secara total. Semua aktivitas kemanusiaan “dimatikan”secara total.

Aktivitas mogok ini rupanya tidak hanya diperuntukkan bagi manusia Niniwe, tetapi oleh dan atas perintah serta inisiatif raja supaya semua binatang peliharaan manusia turut berpuasa dan diajak berkabung.

Manusia dan binatang diajak puasa total. Mereka semua bersama memohon rahmat pengampunan dosa atas kesalahan mereka kepada Tuhan.

Menurut hemat saya, tindakan raja ini sangat bijak dan pandai. Dimana letak kepandaiannya?

Upayanya melibatkan binatang turut ikut berpuasa, berdoa dan berkabung bersama manusia. Dia sangat paham~pandai bahwa “puasa, doa dan perkabungan yang dilakukan oleh semua binatang peliharaan manusia yang tidak tahu soal apa itu moral, baik, benar dan salah akan lebih mudah meredakan tensi amarah Tuhan kepada manusia Niniwe. Binatang peliharaan ini adalah bukan pihak yang salah. Yang salah adalah majikannya. Hukum berupa murka Tuhan itu, mesti diarahkan pada majikannya. Majikannyalah yang harus dihukum oleh Tuhan dan bukan binatang peliharaan mereka.

Melibatkan binatang peliharaan manusia sebagai pihak yang benar adalah “senjata” yang dipakai oleh raja untuk menjadi bahan “refleksi” dan pertimbangan bagi Tuhan dalam memberi keputusan-Nya menjungkirbalikan warga kota Niniwe sebagai pihak yang bersalah.

Setidaknya dalam imaginasi saya, ada pertanyaan tersembunyi di hati raja seperti ini: Mungkin enggak Tuhan itu, memurkakan atau membunuh pihak yang benar bersamaan dengan pihak yang bersalah?

Bukankah dengan membunuh pihak yang benar bersama dengan pihak yang salah merupakan tindakan melawan hukum keadilan?

Dan apabila Tuhan tetap nekat bertindak, maka oleh publik Dia disandera sebagai pihak yang tidak adil. Dan oleh publik Dia akan dituduh sebagai pembunuh tak bernalar adil.

Maka, stigma agama yang melabeli Dia sebagai Hakim yang paling adil akan mendapat imbalan ketidakpercayaan dari publik beragama. Toh yang nama-Nya Tuhan itu, selalu kangen membutuhkan pengakuan dari publik. Di titik inilah, “Tuhan mengalami dilema”.

Dan memang dugaan “jenaka” saya benar, Tuhan mengakui kepandaian si Raja Niniwe. Berbalik dari kejahatan bersama dengan pihak yang benar akan menyelamatkan mereka sebagai pihak yang bersalah.

Rasul Yakobus berkata: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16).

Binatang peliharaan mereka ini, telah mengisahkan pada kita bahwa dalam ziarah iman manusia Niniwe, mereka adalah pihak yang benar yang telah berjasa menyelamatkan tuannya dari murka Allah. Doa, puasa dan perkabungan mereka sebagai pihak yang benar, akan tetap dikenang dalam hidup iman manusia dulu dan sekarang.

Setidaknya, dalam sejarah iman, mereka sebagai pihak yang benar telah berhasil menyeret Tuhan “kekamar untuk membuat discerment dan refleksi Pribadi”. Sangat mungkin, barangkali gara² kisah mereka ini, St. Franciskus dari Asisi sangat mencintai semua binatang.

Renungan: Apakah Puasaku bisa memberi nilai-nilai rohani terhadap semua ciptaan Allah?

Tuhan memberkati

Apau Kayan, 13-3-2019

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version