Hati Seorang Anak

0
11 views
Ilustrasi - Yesus dan anak-anak kecil

Sabtu, 16 Agustus 2025

Yos. 24:14-29.
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,11.
Mat. 19:13-15

SEORANG anak kecil lahir di dunia tanpa kekuatan, tanpa harta, dan tanpa nama besar.

Ia tidak dapat membela diri, tidak mampu mencari makan sendiri, bahkan untuk sekadar berjalan pun perlu waktu belajar. Dunia bisa saja tampak begitu besar dan menakutkan baginya. Namun, di tengah keterbatasan itu, ada satu hal yang membuat matanya berbinar: sentuhan kasih.

Aneh, betapa anak kecil tidak menuntut banyak. Ia tidak peduli seberapa mahal hadiah yang kita bawa. Terkadang, sekadar pelukan hangat, genggaman tangan, atau senyuman tulus sudah cukup membuat hatinya merasa aman.

Kasih yang sederhana, yang lahir dari ketulusan, bukan dari kemewahan, justru paling mudah ia terima.

Kasih yang demikian membuat anak kecil tersenyum lebar, matanya berbinar, dan bibir mungilnya mengucapkan terima kasih, walau mungkin tanpa kata-kata, hanya dengan tatapan.

Di sanalah kita belajar bahwa sukacita sejati bukan berasal dari besarnya pemberian, melainkan dari tulusnya hati yang memberi.

Bagi anak kecil, kasih itu seperti pelita di malam gelap: sederhana, tetapi memberi terang yang cukup untuk membuat hati merasa aman. Dan dari anak kecil, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas kasih yang kita terima, betapa pun kecil bentuknya, sebab di balik kesederhanaannya, ada kehangatan yang mampu menguatkan jiwa.

Dalam bacaan injil hari ini kita dengar demikian,” Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”

Perkataan ini sederhana, tetapi memiliki kedalaman yang luar biasa. Saat itu, murid-murid mungkin menganggap anak-anak tidak penting, terlalu kecil untuk mengerti hal-hal rohani.

Namun Yesus justru memanggil mereka, memeluk mereka, dan memberkati mereka. Ia tidak hanya menerima anak-anak secara fisik, tetapi juga mengangkat hati mereka sebagai teladan bagi semua orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Surga.

Anak-anak memiliki hati yang murni. Mereka percaya tanpa banyak pertanyaan, mengasihi tanpa perhitungan, dan bersandar penuh pada orang yang mereka percayai. Tidak ada kesombongan, tidak ada kepura-puraan, hanya kepercayaan dan kasih yang tulus.

Yesus mengingatkan kita bahwa untuk mengalami Kerajaan Surga, kita perlu kembali memiliki hati seperti anak-anak: hati yang percaya sepenuhnya kepada Bapa, hati yang sederhana, dan hati yang terbuka menerima kasih-Nya.

Kadang, kita dewasa terlalu sibuk dengan logika, terlalu kuat menegakkan harga diri, atau terlalu hati-hati untuk mempercayai. Namun di hadapan Tuhan, kekuatan terbesar justru adalah kerendahan hati untuk datang seperti anak kecil, rapuh tetapi percaya, lemah tetapi mau dipegang tangan-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apa yang menghalangi saya untuk memiliki hati yang polos, sederhana, dan percaya seperti anak kecil?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here