Home BERITA Henk Ngantung: Dari Pelukis hingga Gubernur DKI Jakarta 1964-1965

Henk Ngantung: Dari Pelukis hingga Gubernur DKI Jakarta 1964-1965

0
Gubermur DKI Jakarta Henk Ngantung (Ist)

SIAPA yang belum mengenal Henk Ngantung? Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau biasa disebut Henk Ngantung ii lahir pada 1 Maret 1921 di Manado, Sulawesi Utara, putra Arnold Rori Ngantung dan Maria Magdalena Kalsun.

Ia adalah seorang pelukis sekaligus orang Katolik pertama etnis Tionghoa yang menjadi Gubernur Jakarta periode 1964-1965.

Di usia nya yang masih belia, yaitu 5 tahun, Henk sudah terjun ke dalam bidang seni rupa, sehingga orang-orang disekitarnya saat itu menyebutnya sebagai “Tukang Gambar”.

Dengan ketekunannya inilah yang mengantarkannya dirinya untuk bisa sampai ke Jakarta. Tahun 1943, Henk membuat satu karya yang bertema Saksi Revolusi Indonesia Karya. Karya tersebut terbuat dari  tripleks berukuran 152 cm x 152 cm, dengan judul “Memanah”.

Karya inilah yang menghantarkan Henk kepada Presiden RI Ir. Soekarno.

Sebelum diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta, Henk juga menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Selama menjabat, Beliau merancang monumen yang saat ini menjadi ciri khas DKI Jakarta, yaitu Tugu Selamat Datang.

Monumen itu dibangun di depan Hotel Indonesia (sekarang berubah nama menjadi Hotel Kempinski) dalam rangka menyambut Asian Games 1962, yang mana Jakarta menjadi tuan rumahnya.

Namun, perjalanan Henk sebagai Gubernur DKI Jakarta tidaklah semulus itu. Ia diberhentikan paksa dari jabatannya pada bulan Juli 1965, setelah terjadinya Gerakan 30SPKI karena dianggap telah menjadi bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Henk mau tidak mau dicap sebagai komunis karena keterlibatannya secara aktif di Lekra (Obed Bima Wicandra, 2018).

Di tengah masa jabatannya yang singkat itu, Henk juga ada campur tangan dalam bidang-bidang pembangunan kota, antara lain melakukan pembangunan serta pembenahan untuk kawasan kumuh, membangun rumah-rumah untuk ditempati oleh masyarakat yang kurang mampu, membangun Masjid Istiqal, serta kantor-kantor administrasi negara, seperti Kantor Pencatatan Sipil, Kantor Perekonomian, dan masih banyak lagi.

Henk juga merapikan dan menghiasi Jalan Thamrin dengan pot-pot lebar di pinggir jalan untuk memperindahnya.

Teladan Henk Ngantung

Teladan yang dapat dipetik dari Henk Ngantung adalah bagaimana seorang seniman atau pelukis bisa menarik orang penting, seperti Soekarno, untuk dibawa ke ranah politik. Semuanya berawal dari ketekunan dan keseriusannya menekuni bidang yang disukai sehingga dapat menghasilkan karya yang sedemikian rupa dapat menarik orang banyak atau bahkan orang penting sekalipun.

Juga, kita harus sabar dalam menghadapi cobaan, seperti Henk yang tidak pernah di sidang dan diberi kesempatan untuk membela diri dari cap sebagai PKI.

Henk Ngantung memiliki pemikiran bahwa siapa pun, dengan latar belakang apa pun, tidak mengenal agama, suku, atau pun ras, selama mempunyai kapasitas dan kemampuan pasti bisa menjadi pemimpin.

Dapat dibuktikan dengan Henk sendiri menjadi orang dengan etnis Tionghoa dan orang Katolik pertama yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ya, walaupun perjalannya menjabat menjadi Gubernur hanyalah setahun dan tidak semulus itu.

Di akhir hidupnya, Henk hidup di sebuah rumah kecil yang bertempatan di gang Cawang, Jakarta Timur, hingga akhirnya beliau menghembuskan napas terakhir pada 12 Desember 1991.

Henk Ngantung terus aktif dalam melukis walaupun kondisinya saat itu terus sakit-sakitan bahkan hampir mengalami kebutaan buta. Henk wafat pada usia 70 tahun.

Pengalaman hidup Henk Ngantung ini dapat menjadi cerminan kepada kita bahwa dengan peduli terhadap sesama, terutama untuk saudara-saudara kita yang berkekurangan, serta memiliki jiwa ketekunan dan tanggungjawab yang dapat dimaknai dalam diri masing-masing, maka itu akan menjadikan kita sebagai seseorang yang berguna untuk diri sendiri, orang sekitar, dan Tuhan.

Kuncinya adalah sabar, tidak egois, dan memahami peran kita dengan baik, khususnya di masa sulit seperti sekarang ini, maka pandemi dapat berangsur-angsur menurun dan Indonesia bisa kembali seperti sedia kala.

PS:

  1. Rimbawana, AS. 2018. Sejarah Hidup Henk Ngantung: Gubernur Jakarta, Seniman Lekra. https://tirto.id/sejarah-hidup-henk-ngantung-gubernur-jakarta-seniman-lekra-dbJs
  2. Mantalean, Vitorio. 2019. Henk Ngantung, Gubernur DKI Etnis Tionghoa Pertama yang Kemudian Menderita karena Dicap PKI https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/28/11415191/henk-ngantung-gubernur-dki-etnis-tionghoa-pertama-yang-kemudian-menderita?page=all.
  3. Matanasi, Petrik. 2018, Henk Ngantung: Pelukis yang Jadi Wakil Gubernur Jakarta Pertama. https://tirto.id/henk-ngantung-pelukis-yang-jadi-wakil-gubernur-jakarta-pertama-cZDy . Diakses pada 2 Oktober 2020.
  4. Wicandra, Obed Bima. 2018. [Sorotan Pustaka] Henk Ngantung, Saya Bukan Gubernurnya PKI. https://ivaa-online.org/2018/04/sorotan-pustaka-henk-ngantung-saya-bukan-gubernur-pki/
  5. https://id.wikipedia.org/wiki/Henk_Ngantung

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version