Home BERITA Hikmat di Bulan Maria

Hikmat di Bulan Maria

2
Ilustrasi - Yesus dan Maria. (Ist)

DI bulan Mei, Bulan Maria ini, apa yang terlintas di benak kita saat membayangkan Bunda Maria mendidik Yesus saat masa kanak-kanak-Nya?

Saya teringat film lawas Passion of Christ. Ada yang terpatri kuat dalam ingatan, saat melihat kilas balik Yesus terjatuh memikul salib.

Saat itu dimunculkan ‘flash back’ Bunda Maria yang teringat masa kanak-kanak Yesus yang terjatuh, kala bermain-main di depan Maria.

Meski secara historis tidak ada cerita tentang masa kecil Yesus, namun saya yakin kalau selama dalam asuhan dan didikan iman -baik Santo Yusuf dan Bunda Maria- sekali waktu Yesus juga pernah jatuh.

Dari orangtua-Nya, Yesus pertama kali mengenal ajaran kerendahan hati, kesederhanaan, ketekunan, kesetiaan, kerja, dan doa.

Santo Yohanes Paulus II menyebut Yesus  teladan utama tentang ketaatan kepada orang tua.

Pendidikan karakter

Pendidikan karakter nampak mulai terkikis dan menguap karena dampak produk budaya serba instan. Terbiasa segalanya diselesaikan dan memperoleh hasil cepat, tanpa peduli pada hasil akhirnya.

Sisi lain penggunaan gadget kerap membuat anak-anak lupa waktu dan sulit terpisahkan dengan gadget-nya.

Di sinilah peran orangtua sangat diperlukan dalam proses pembentukkan karakter anak.

Perlunya ketegasan orangtua membuat peraturan dalam keluarga. Seperti kesepakatan bersama: kapan gadget boleh digunakan dan harus dinonaktifkan.

Ini demi mengaktifkan syaraf motorik mereka. Dengan cara menyediakan waktu khusus bisa bercengkerama bersama keluarga, bermain, berolahraga, dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya. Dengan demikian, mereka bisa menikmati kebahagiaan dalam hidupnya.

Bunda Maria sempat cemas, saat ia berkelana mencari Yesus yang hilang dari keramaian. Namun akhirnya Dia ditemukan masih “tertinggal” di dalam bait Allah. Puteranya malah asyik bersoal jawab dengan para tua-tua Yahudi.

Sebagian orangtua mungkin bangga, ketika anaknya lebih cerdas dari kawan seumurnya. Namun di sisi lain, kegelisahan para orangtua mulai dirasakan saat anaknya harus kehilangan keceriaan bermain bersama kawan-kawannya sebagai penyeimbang.

Injil Lukas 2: 45-52 melukiskan kegalauan Maria sebagai orangtua yang telah kehilangan anaknya.

Hasil pengasuhan penuh cinta kasih Santo Yusuf dan Bunda Maria menghasilkan sosok Yesus yang kuat dalam iman dan penuh hikmat.

Mari kita haturkan kepada Allah melalui perantara Bunda Maria. Doa mohon hikmat kebijaksanaan sebagai orangtua dan pengajar bagi anak-anak yang Tuhan percayakan kepada kita.

Ave Maria.

2 COMMENTS

  1. Terima kasih, teladan keluarga Nazareth yang perlu kita renungkan.
    Gambaran yang mungkin diluar perenungan kita tentang posisi Bunda Maria yang sebagai Bunda Yesus sebagai putra Allah sekaligus sebagai putra manusia, Berkah dalem

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version