Hukum yang Hidup dalam Kasih

0
0 views
Ilustrasi - Compliance atau Kepatuhan pada aturan. (GRC Indonesia)

Senin, 27 Oktober 2025

Rm. 8:12-17
Mzm 68:2.4,6-7ab,20-21
Lukas 13:10-17

PERATURAN dalam kehidupan menggereja memang sangat penting.

Peraturan itu, bagaikan pagar yang menjaga taman agar tetap rapi dan indah. Tanpa aturan, ketertiban dan kenyamanan dalam persekutuan umat akan mudah rusak.

Namun, bahaya muncul ketika manusia mulai lebih mencintai “pagar” daripada “taman” itu sendiri. Artinya, ketika aturan menjadi tujuan, bukan sarana untuk menghadirkan kasih Allah.

Gereja membutuhkan keteraturan, tetapi lebih dari itu, Gereja dipanggil untuk menjadi tanda kasih Allah di dunia. Peraturan haruslah menuntun kita pada pewartaan Injil, bukan menghambatnya.

Dalam situasi tertentu, kita perlu menyesuaikan bentuk pelaksanaan aturan tanpa mengubah makna dan kebenaran iman.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada Hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada Hari Sabat.”

Reaksi kepala rumah ibadat ini mencerminkan kecenderungan manusia: mudah terjebak pada aturan dan bentuk luar, tetapi lupa pada isi dan maksud hati Allah.

Sabat diciptakan bukan untuk mengekang manusia, melainkan untuk memberikan waktu istirahat dan kesempatan merasakan damai Allah.

Maka ketika Yesus menyembuhkan pada Hari Sabat, Ia tidak melanggar hukum, Ia justru mengembalikan makna sejati Sabat itu sendiri.

Sering kali kita juga bersikap seperti kepala rumah ibadat itu. Kita sibuk menilai siapa yang tidak mengikuti aturan liturgi dengan sempurna, siapa yang tidak berdoa “dengan cara yang benar”, atau siapa yang “tidak pantas” menerima berkat.

Padahal Tuhan melihat lebih dalam dari sekadar tata cara. Ia melihat hati yang menderita, hati yang haus akan kasih dan pemulihan.

Yesus mengingatkan kita bahwa kasih selalu lebih besar daripada aturan. Aturan ada untuk menuntun manusia kepada kasih Allah, bukan untuk menjauhkan mereka dari-Nya.

Maka, dalam setiap tindakan dan pelayanan, marilah kita menempatkan kasih di atas segalanya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku lebih sibuk mempertahankan aturan daripada menghadirkan kasih?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here