Jangan Takut dan Cemas

0
Ilustrasi: Cemas by Ist

Jumat, 26 April 2024

  • Kis,13:26-33;
  • Mzm. 2:6-7,8-9,10-11;
  • Yoh 14:1-6.

BANYAK orang mungkin takut akan kematian. Kekhawatiran tentang kematian atau kehilangan orang yang dicintai adalah bagian normal dari kehidupan, tetapi jika pikiran kita tentang kematian (atau sekarat) sangat menyusahkan, menyita waktu, atau menghalangi kita melakukan hal-hal penting, kita mungkin mengalami kecemasan akan kematian.

Bagaimana jika rasa takut kita akan kematian begitu parah sehingga membuat kita tidak bisa menikmati hidup? Ketika kekhawatiran tentang kematian dan keadaan sekarat sangat menyusahkan, menyita waktu, atau menghambat aktivitas, kita ingat bahwa mau tidak mau dunia tempat kita hidup ini akan berakhir.

Hal lain yang perlu kita yakini bahwa Allah sungguh mengasihi kita, maka meski banyak situasi yang membuat kita takut dan cemas namun ada jaminan bahwa Tuhan beserta kita.

Kecemasan dan kekuatiran juga dipicu oleh permasalahan keluarga, kondisi keuangan, pergumulan di dalam dosa dan penyakit dapat mengakibatkan kita menjadi gelisah dan khawatir.

“Saya banyak belajar dari bapak saya di usia tuanya,” kata seorang ibu. “Sejak kematian ibu, bapak hidup sendiri, karena tidak mau tinggal bersama anak-anak. Bapak tidak pernah mengeluh tentang kesendiriaannya, dia tidak pernah mengeluh tentang kehidupan kehidupan sehari-hari, meski saya tahu dia cukup kerepotan membiasakan diri menangani hal yang biasa ibu lakukan. Misalnya masak nasi, masak air, mencuci baju, membersihkan rumah dan kegiatan lainnya.

Sejak ibu meninggal, bapak berubah seratus delapan puluh derajat, bapak menjadi sabar, suka beribadah, dan bisa ngemong kami semuanya. Saya hanya nunggu waktu untuk kumpul dengan ibumu, itulah yang kadang terucap dari bibir bapak. Kematian dinantinya dengan sabar dan penuh harapan. Bapak yakin Tuhan telah menyediakan tempat baginya,” ujar ibu itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.

Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”

Janji Tuhan Yesus ini selayaknya menghibur kita; namun juga mengingatkan agar kita selalu percaya dan setia kepada-Nya.

Oleh rahmat Baptisan kita semua ini menjadi milik Allah, anak- anak angkat Allah di dalam Kristus. Sebab jika kita terus berjuang untuk hidup sesuai dengan panggilan kita ini, maka janji Tuhan ini akan digenapi di dalam kita.

Mari kita memeriksa batin kita, agar Tuhan menunjukkan pada kita, dalam hal- hal apa saja, sikap kita masih belum sesuai sebagai sikap anak- anak Allah. Dan marilah kita mohon rahmat Tuhan, agar kita dimampukan untuk memperbaikinya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah hidup sebagai anak-anak Allah?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version