GEREJA bersifat misioner. Demikian pula semua anggotanya. Misioner berarti diutus mewartakan kabar gembira. Tanpa menjalankan tugas itu sesungguhnya Gereja tidak ada.
Tugas menjadi utusan dan pewarta itu berasal dari Tuhan Yesus. Injil yang dibaca pada pesta Santo Lukas, pengarang injil menegaskan karakteristik seorang utusan (Lukas 10:1-9).
Apa saja karakteristik seorang utusan?
Pertama, dia berjalan ke tempat-tempat yang hendak Tuhan Yesus kunjungi (Lukas 10: 1). Artinya, mereka bertugas membuka jalan dan memperkenalkan Yesus kepada para calon pendengar Yesus.
Kedua, pergi ke tempat-tempat yang penuh tantangan tanpa membawa pundi-pundi, bekal atau kasut (Lukas 10: 3). Seorang utusan Tuhan pergi dan berkarya dengan mengandalkan Tuhan. Mereka tidak tergantung pada barang-barang duniawi belaka.
Ketiga, tugas utama seorang utusan adalah membawa damai (Lukas 10:6). Mewartakan kabar gembira dilaksanakan dengan cara damai; bukan dengan kekerasan. Pengikut dan utusan Kristus yang sejati membawa damai.
Keempat, siap beradaptasi. Seorang utusan bersedia masuk ke dalam wilayah yang baru dan berbeda. Sikap terbuka dan menerima yang baru itu menjadi syarat penting (Lukas 10: 7-8). Seorang utusan dituntut punya perut. Artinya, siap menikmati apa saja yang disajikan kepadanya. Ini tantangan terberat, tetapi pintu masuk ke dalam budaya lain.
Akhirnya, seorang utusan bertugas mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Lukas 10: 9). Kedatangan Tuhan Yesus adalah tanda hadirnya Kerajaan Allah (orang sakit disembuhkan). Ketika para utusan-Nya datang membuka jalan, kedatangan-Nya sudah dekat.
Menjadi Kristen (pengikut Tuhan Yesus) merupakan anugerah besar dan istimewa. Hanya sedikit yang dikaruniai itu. Menerima anugerah itu sekaligus berarti tugas untuk memperkenalkan Yesus kepada mereka yang belum pernah mendengar tentang Dia.
Itulah sebagian dari karakteristik seorang utusan.
Selasa, 18 Oktober 2022
Pesta Santo Lukas, pengarang injil
