Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Kebohongan Melelahkan dan Menyiksa Diri

Kebohongan Melelahkan dan Menyiksa Diri

0
Ilustrasi - Berita bohong melalui medsos. (Ist)

Rabu 7 Februari 2024.

  • 1Raj. 10:1-10;
  • Mzm. 37:5-6,30-31,39-40;
  • Mrk. 7:14-23.

JUJUR merupakan salah satu sifat utama manusia yang harus dimiliki, ini adalah kebajikan yang menarik kepercayaan dan simpati pihak lain. Sifat ini akan menciptakan kehidupan di masyarakat yang damai, terus berkembang dalam “jalan kejujuran”.

Dalam kondisi kehidupan saat ini, menemukan “orang jujur” tidaklah mudah. Situasi ini memaksa beberapa orang “terintimidasi” untuk bersikap jujur.

Pasar kebohongan dan pasar kemunafikan tumbuh subur di setiap sendi kehidupan. Banyak orang yang tidak bisa jujur karena tersandera kepentingan dan menjaga “dosa” masa lalu jangan sampai terbongkar.

Kebohongan seperti menjadi hal yang lumrah, padahal kebohongan ini merupakan himpunan semua keburukan. Kebohongan akan menghasilkan fitnah, yang ujungnya akan menghasilkan permusuhan antar pihak.

“Untuk menutupi kegagalan dalam studi, anakku mengaku bahwa laptop tempat dia mengerjakan skripsi dicuri orang,” kata seorang ayah. “Dia bilang bahwa semua dokumen ikut dicuri termasuk external hard disk-nya,” lanjutnya.

“Dia membuat drama seakan-akan peristiwa itu benar-benar terjadi, hingga saya pun hanya bisa pasrah dan mencoba menghibur dia serta menguatkan dia untuk melangkah ke depan,” urainya.

“Namun, saya mulai meragukan kisah itu, ketika beberapa hari di rumah, saya melihat sikapnya yang tidak seperti orang yang kecurian, bahkan ketika saya menawarkan untuk membeli laptop baru untuk mengerjakan skripsi, dia mulai banyak alasan yang tidak masuk akal,” katanya.

“Saya curiga bahwa ada sesuatu yang tidak dia katakan dengan jujur, hingga suatu malam saya minta ibunya bicara dari hati-hati,” sambungnya.

“Dia semakin dikejar untuk melanjutkan studi semakin dia banyak mengarang cerita untuk menutupi kebohongannya,” tegasnya.

“Hingga malam itu, ketika bicara dengan ibunya, karena sudah tidak bisa berbohong lagi, maka anakku memberi tahu kami bahwa selama ini dia tidak lagi kuliah, dia sudah di drop out, semester yang lalu,” ujarnya.

“Selama ini, dia bohong dan hanya main-main di perantauan,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”

Dalam injil hari ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut.

Prinsip ini hanya berhenti pada hal-hal dunia yang profan. Prinsip ini sama sekali tidak menunjukan sebuah kedalaman. Tuhan Yesus pada hari ini mengajak kita untuk masuk lebih dalam ke lubuk terdalam dari hati kita.

Ia mengajak kita untuk mampu mengelola/mengolah hati kita. Sehingga hati kita menjadi hati yang jernih dan murni. Hati kita bebas dari ketidakjujuran, kebohongan, iri hati, dendam, cemburu dan hal-hal negatif lainnya.

Hidup dalam kebohongan itu melelahkan dan menyiksa diri.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku telah menyucikan hatiku ataukah hatiku masih terbelenggu oleh ketidakjujuran atau kebohongan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version