Home LENTERA KEHIDUPAN “Kemarin Umur Saya 13 Tahun, Pater!” ; Berpastoral di Pedalaman Kokonao, Papua...

“Kemarin Umur Saya 13 Tahun, Pater!” ; Berpastoral di Pedalaman Kokonao, Papua (11)

0

Karena berbagai keterbatasan yang ada di pedalaman Kokonao, Papua, tidak mengherankan kalau tidak banyak masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Akibatnya banyak yang  tidak dapat membaca. Ini makin diperparah oleh tidakdisiplinnya beberapa guru.

Mereka hanya ingin memperoleh haknya tapi tidak bersedia menjalankan kewajibannya sebagai guru meski tidak semua guru demikian. Tetap ada yang memiliki dedikasi yang tinggi dan sungguh loyal akan tugas yang mereka emban. Tak heran bila ada anak kelas enam SD belum dapat membaca dengan lancar.

Suatu saat saya bertanya kepada juru batu saya. Juru batu adalah orang yang berada di depan perahu yang menunjukkan arah jalannya perahu, ke kiri atau ke kanan.

“Wilhemus, berapa umurmu?”

Dia tidak menjawab, seakan berpikir sejenak agar dapat menjawab pertanyaan saya dengan benar. Dan memang betul akhirnya dia menjawab dengan penuh keyakinan. “Kemarin umur saya  13 tahun, Pater”.

Tentu saja saya keget bukang kepalang akan jawabannya, karena dia sudah mempunyai empat anak. Dan lagi dia memakai kata, “kemarin”. Itu artinya dalam satu hari usianya bertambah satu tahun ??!!

Refleksi
Terisolirnya suatu daerah mau tidak mau memang memengaruhi kondisi masyarakat setempat. Mereka yang ada di pedalaman tidak memiliki akses untuk mendapat pendidikan yang layak. Bukan hanya daerahnya yang sulit terjangkau, tetapi juga karena mahalnya transportasi sehingga perkembangan berjalan amat lambat.

Sebuah sentilan bagi kita semua yang ada di tempat dimana segala sarana dan prasarana tersedia atau setidaknya dapat mengaksses berbagai hal dengan mudah. Sejauh manakah kita mengembangkan hidup kita seturut dengan segala fasilitas yang ada. Ataukah kita malah diperbudak dengan berbagai sarana yang ada sehingga melupakan Dia yang memberi hidup.

Apakah kita lebih bisa mengembangkan diri kita dengan segala prasarana yang ada? Atau haruskah merasa tertekan karena adanya penolakan akan situasi dan tanggung jawab yang dipercayakan pada kita.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version