
KETUA Panitia Peringatan 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si” Keuskupan Bogor, Agustinus Harsono, sama sekali tidak mengira akan satu hal ini. Yakni, kalau sekali waktu ia benar-benar mengalami “ketiban sampur” (mendadak mendapat tugas) menjadi Ketua Pelaksana Panitia Perayaan Nasional Peringatan 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si” oleh Keuskupan Bogor yang di tahun 2025 ini menjadi tuan rumah dan panitia pelaksananya.
Padahal, sejatinya ia umat Keuskupan Agung Jakarta. Karena ia memang tinggal di wilayah reksa pastoral Gereja Santo Yakobus Paroki Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dan itu sudah berlangsung selama beberapa dekade ini.
Eco Spirit Center “Puspanita” Ciawi
Namun dalam dua tahun terakhir ini, Agustinus Harsono dipasrahi tugas dan tanggungjawab oleh Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (CB) Provinsi Indonesia mengelola fasilitas dan kegiatan di Eco Spirit Center “Puspanita” (ESC Pusat Pelatihan Tarakanita) yang berlokasi di kawasan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Nah, dalam kapasitasnya sebagai penanggungjawab pengelolalaan ESC Puspanita milik Kongregasi Suster-suster CB itulah, ketika manajemen ESC Puspanita mendadak mendapat tawaran menjadi “pelaksana tugas” tuan rumah acara dan kegiatan Perayaan Nasional Peringatan 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si”, maka Agustinus Harsono lalu “dijawil” mesra agar menerima tugas tambahan ini.
Kepadanya ditanyakan, apakah bersedia didapuk Keuskupan Bogor mau menjadi pelaksana kegiatan dan acara Perayaan Nasional Peringatan 10 Tahun Ensiklik “Laudato Si” yang gagasan awalnya dibesut oleh Gerakan Laudato Si Indonesia?
Tentu saja, ketika tawaran dan tantangan baru itu datang menyapanya, Harsono tidak langsung menjawab ya dan tidak. Ia masih menimbang-nimbang diri apakah dirinya mampu memikul tanggungjawab besar mengelola sebuah hajatan nasional.
Apalagi para pesertanya datang dari para pemimpin Kongregasi suster-suster berbagai lintas tarekat religius, para imam penggiat konservasi alam dan lingkungan, para animator Gerakan Laudato Si Indonesia. Juga tentu saja akan dihadiri oleh sejumlah uskup darimana gagasan acara dan kegiatan tahunan ini pernah diselenggarakan dan keuskupan-keuskupan tersebut menjadi tuan rumahnya.

Keuskupan Bogor menjadi tuan rumah
Kebetulan, setiap tahun Gerakan Laudato Si Indonesia yang dimotori oleh Lilik Krismantoro ini selalu mendesain acara dan kegiatan untuk menganimasi siapa saja untuk semakin mencintai alam semesta dan merawat planet bumi – rumah kita bersama di dunia ini.
Kalau di tahun 2024 lalu, Keuskupan Tanjungkarang menjadi tuan rumah kegiatan tersebut, maka di tahun 2025 Keuskupan Bogor sudah didapuk menjadi tuan rumahnya. Hingga akhirnya Agustinus Harsono, sosok pensiunan karyawan Grasindo Gramedia ini, “sampur” itu pun akhirnya jatuh di atas pundaknya.
- Apakah hal itu menjadi beban bagi dia?
- Bagaimana sebagai mantan Jesuit, Agustinus Harsono memaknai pengalamannya harus “berdinamika” dengan banyak pihak di Keuskupan Bogor dan Gerakan Laudato Si Indonesia?
- Juga bagaimana setelah mengikuti kursus-kursus bersertifikat dan “bertemakan” Ensiklik “Laudato Si” ini membawa dirinya kepada hal-hal baru yang selama ini nyaris tidak pernah bersinggungan dengan pekerjaannya dulu sebagai karyawan pemasaran Grasindo-Gramedia?
Temukan jawabannya dalam paparan wawancara singkat Agustinus Harsono bersama Titch TV di balik keriuhan acara di Graha Bina Humaniora milik Paroki “Santa Maria Fatima” Sentul, Kabupaten Bogor, berikut ini. (Berlanjut)