- Bacaan 1: Ibr. 5:7-9
- Injil: Yoh. 19:25-27
Konsekuensi adalah akibat atau hasil yang harus diterima dari suatu perbuatan, pendirian, atau keputusan, yang bisa bersifat positif maupun negatif. Pada saat calon baptis ditanya romo apakah sanggup melawan segala kejahatan dan hanya menyembah serta mengabdi kepada Allah, calon baptis harus menjawab “ya” agar bisa menerima baptisan.
Dengan jawaban “ya” tersebut, baptisan menjadi sukacita karena telah menjadi keluarga Allah serta ahli waris-Nya. Namun jawaban “ya” tersebut membawa konsekuensi, yaitu sanggup menderita, memikul salib pribadi bersama Tuhan Yesus Kristus saat di dunia.
Konsekuensi sama juga diterima Bunda Maria, yang hari ini diperingati Gereja Katolik sebagai “Santa Perawan Maria Berduka”.
Maria telah bersedia menjawab “ya” saat dijumpai Malaikat Gabriel, untuk turut serta dalam rencana Keselamatan Allah dengan mengandung Anak-Nya melalui Roh Kudus. Sukacitanya menjadi penuh dan ia disebut sebagai “Wanita Berbahagia” (Luk 1:48). Namun tidak berhenti disitu, Maria juga harus sanggup memanggul derita karena menjadi ibu dari Anak yang harus menjalani Kisah Sengsara-Nya. Gereja mencatat ada tujuh dukacita Maria.
Ibu mana yang tidak sedih menyaksikan anaknya akan meninggal dengan cara tragis, digantung di kayu salib. Inilah dukacita Maria yang kelima saat menyaksikan Puteranya wafat di puncak Golgota. Sebelumnya, Tuhan Yesus sempat bersabda:
“Ibu, inilah, anakmu!”
Serta kepada murid yang dikasihi-Nya, “Inilah ibumu.”
Tuhan Yesus meski Ia adalah Anak Allah namun taat melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Ia berinkarnasi menjadi Manusia yang rendah, menjalani Kisah Sengsara dan wafat di kayu salib. Sebuah cara mati yang sangat hina dan terkutuk dalam tradisi Yahudi.
Dengan ketaatan-Nya itu, Ia menjadi Imam Besar yang sempurna dan Juruselamat yang kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Penulis Kitab Ibrani menyatakan:
“Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,…”
Pesan hari ini
Saat dibaptis, kita mengalami sukacita penuh karena mendapatkan pencurahan Roh Kudus, menjadi Keluarga Allah serta ahli waris-Nya. Namun sebagai umat Katolik, juga harus sanggup dan taat memikul salib pribadi.
Itulah sebuah konsekuensi jawaban “ya” saat pembaptisan.
“Kita bebas memilih jalan kita, tetapi tidak dapat memilih konsekuensi yang menyertainya.”