Home BERITA Lebih Jauh Kenal Paroki Hepuba, Dekenat Papua Pegunungan di Lembah Balim Wamena...

Lebih Jauh Kenal Paroki Hepuba, Dekenat Papua Pegunungan di Lembah Balim Wamena (2)

0
Gereja Katolik Maria Pikhe, Dekenat Pegunungan Tengah, Keuskupan Jayapura, Papua. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)

KEUSKUPAN Jayapura adalah salah satu keuskupan di Papua; selain Keuskupan Sorong Manokwari, Keuskupan Merauke, Keuskupan Agats-Asmat, dan Keuskupan Timika yang sebelumnya menjadi bagian Keuskupan Jayapura.

Jumlah umat Keuskupan Jayapura ada 100 ribu umat. Tinggal menyebar di empat dekanat; meliputi 28 paroki; dilayani 38 imam diosesan lokal.

Masih ada tarekat-tarekat religius yakni OFM, OFMCap, SVD, OSA, dan MSC. Juga ada para suster dari berbagai tarekat religius: FSGM, SJMJ, KSFL, PRR, OSU, dan SSpS.

Saat ini Uskup Keuskupan Jayapura adalah Mgr Yanuarius Matopai You. Ia ditahbiskan menjadi uskup tanggal 2 Februari 2023; menggantikan Mgr. Leo Laba Ladjar OFM yang memasuki masa pensiun.

Searah jarum jam: Gereja St. Maria Pikhe; Penampakan ruang dalam gereja; Pastor Dekan Pegunungan Tengah Keuskupan Jayapura Romo Korneles Basa Kopon Tukan Pr; Bapak Yairus Asso, bendahara Paroki Welesi. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)

Empat dekenat

Keuskupan Jayapura dibagi empat dekanat yaitu Jayapura, Keerom, Pegunungan Tengah, dan Pegunungan Bintang.

Deken Pegunungan Tengah di Lembah Balim Wamena adalah Romo Korneles Basa Kopon Tukan Pr. Ia kelahiran tahun 1972 di Pulau Adonara, Flores Timur; menerima Sakramen Imamat dan tahbisan menjadi imam tahun 2009.

Sekarang, ia memimpin sembilan paroki yaitu Wamena, Hepuba, Welesi, Pikhei, Pugima, Jiwika, Elagaima, Kimbim, dan Musatfak. Jumlah total umat sekitar 34 ribu umat.

Sebagian besar umat ada di berbagai stasi di desa desa. Harus ditempuh dengan sepeda motor.

Searah jarum jam: Menjadi tamu di Wamena Papua dan mengalami sambutan hangat dan keramahan masyarakat Papua; Romo Yeremias Lado OFM di Paroki Pikhe; Pastor Petrus Hampi di Paroki Pugima yang suka pelihara ayam, babi dan lele; menerima kehangatan dari para imam yang berkarya di Papua. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)

Ke Paroki Pugima

Saya sempat diajak mampir ke Paroki Pugima dengan 3.800 jiwa di 11 stasi yang dipimpin Romo Petrus Hamsi asal Manggarai, Flores. Imam diosesan ini kelahiran tahun 1964 dan tahbisan 2002.

Romo harus diantar naik sepeda motor untuk misa di kapela dan stasi yang jaraknya jauh-jauh.

Gereja Paroki Pugima dibangun tujuh tahun dengan biaya empat milyar. Tukang bangunannya berasal dari Tasikmalaya.

Harga barang-barang kebutuhan pokok di sebuah warung di Wamena, Papua. Inilah hewan peliharaan pastor. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)
Pastor tebar makanan di kolam untuk ikan-ikan yang dipelihara. (Romo Ferry SW)

Pelihara hewan

Romo Petrus Hamsi memelihara 6 ekor babi, 45 ekor ayam dan 3.000 ekor lele. Harga seekor babi asli sekitar Rp 25-40 juta. Menjadi mahal, karena ada nilai adat.

Babi hasil silang lebih murah.

Harga seekor ayam sekitar Rp 50 ribu. Lele 1kg Rp 120 ribu. Sebentar lagi, Romo Petrus akan jual lele sesudah dipelihara 6 bulan.

Paroki Pikhe

Saya juga mampir di Paroki Pikhe yang dipimpin Romo Yeremias Lado OFM asal Nagekeo. Ia kelahiran tahun 1985 dan ditahbiskan menjadi imam tahun 2016.

Umat Pikhe berjumlah 4.000 jiwa. Saat saya datang mampir, Romo Yeremias OFM masih melayani pengakuan dosa.

Romo Yeremias OFM adalah anggota OFM Provinsi Fransiskus Duta Damai yang dipimpin Pater Gabriel Ngga OFM sebagai Provinsial; dengan 60 imam OFM yang harus melayani empat keuskupan di Papua, kecuali Keuskupan Manokwari-Sorong.

Wajah anak-anak ceria Papua, juga aktivis paroki, dan para imam yang berkarya di Wamena, Keuskupan Jayapura, Papua. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)

Paroki Welesi

Di Paroki Welesi mempunyai 4.000 umat, 7 kapela dan 2 stasi.

Saya jumpai bendahara paroki yaitu Bapak Yairus Asso. Selain membantu paroki, ia juga bekerja sebagai penyuluh Depag. Pak Yairus berkeluarga dengan tiga anak.

Romo Paroki Welesi yaitu Romo Aloysius Hubi. Sebentar lagi, ia akan pindah ke Pegunungan Bintang dan akan diganti Romo Korneles Kopon yang hingga kin masih merangkap Romo Deken.

Selama perjalanan, saya melihat antrian panjang berjam-jam utk beli bensin harga resmi. Di luar antrian, harga bensin Rp 20 ribu per liter. Zaman dulu, harganya bisa sampai Rp 50-200 ribu per liter ketika persediaan bensin terbatas.

Di Wamena ada banyak toko menjual berbagai keperluan rumah tangga. Juga ada mama mama yang berjualan hasil bumi.

Harga barang kebutuhan pokok di Wamena

Di warung di dekat Paroki Hepuba harga mie instan Rp 5 ribu, 2 saset kopi instan Rp 5 ribu, 1 kg beras Rp 25 ribu, 900 ml minyak goreng Rp 40 ribu, pop mie Rp 10 ribu, 1 kaleng Coca Cola Sprite Fanta Rp 10 ribu, teh kotak Rp 10 ribu, Susu Ultra Rp 10 ribu, 12 bt rokok GG Surya Rp 27 ribu, 20 bt rokok LA Bold Rp 33 ribu, 160 gr Kopi Kapal Api Rp 20 ribu, 2 buah biji pinang dengan sirih Rp 5 ribu.

Di dekat Paroki Hepuba tidak ada pasar. Warung yang saya kunjungi milik Bapak Hipolitus Laya Tokan. Ia masih sepupuan dengan Romo Korneles Hopon Tukan.

Bapak Hipolitus asal Pulau Adonara; pindah ke Papua tahun 1987 sebagai guru SD. Usianya 62 tahun dengan 3 orang anak. Sesudah pensiun dari guru, ia membuka warung yang cukup laku.

Karena arus Sungai Balim sangat deras, saya tak berani nyemplung mandi. Akhirnya saya mandi di bawah pancuran air alami yang bersih dan jernih. (Romo Ferry SW)

Sungai Balim di belakang Pastoran Hepuba

Sore hari diantar Buce Sius Asso dan Dani Lokobal, saya melihat Sungai Balim yang lebar di belakang Paroki Hepuba. Saya tidak berani mandi, karena arusnya deras dan dalam. Saya akhirnya mandi dua kali di pancuran sungai dari mata air hutan yang airnya sangat jernih dan bersih; bisa langsung diminum.

Sungai Balim di Wamena, Papua. (Romo Ferry SW)

Sius alumni FE Universitas dan sudah menikah dengan tiga anak; bekerja di Kantor Kemenag di Wamena. Dani baru lulus FKIP Uncen jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Para orang muda Papua yang sudah sarjana ini diharapkan mengisi kebutuhan tenaga kerja untuk membangun Papua.

Di jalan saya sempat mampir di rumah Ibu Sonya Wetipo yang masih saudara dekat Wamendagri Bapak Wempi Wetipo. Di rumah Bu Sonya saya mencicipi nasi hangat dengan sayur bayam hutan. Saya juga diberi sebuah ubi untuk direbus.

Sesudah mandi di air mancur, saya pulang ke pastoran untuk menikmati alpokat yang sangat enak yang pohonnya ada di sebelah pastoran. Juga menikmati buah markisa yang enak dan manis asli Papua.

Paroki Hepuba

Paroki Hepuba dipimpin pastor vikaris Romo Yohanes Anis Mangguwo asal Boven Digul. Ia lahir tahun 1989 dan tahbisan imam 2020. Juga ada Frater Alan Romario Lalin yang lahir di Papua tahun 1993, tapi orang tuanya berasal dari Tanimbar di Maluku Tenggara. Ia sedang menjalani Tahun Orientasi Kerasulan sesudah lulus S1 dari STFT Fajar Timur.

Romo Anis selama Pekan Suci melayani di Stasi Samenage dengan naik pesawat. Kalau jalan kaki harus investasi waktu selama dua hari.

Stasi Samenage akan jadi paroki sendiri dipisah dari Paroki Hepuba. Jadilah saya sendirian melayani di Hepuba dibantu Fr Alan dan umat lainnya.

Saya juga berjumpa Bapak Yano Asso dan Pak Stanislaus Asso dari DPP Paroki Hepuba. Pak Stanis juga Kepala Kampung Hesatum dengan 700 jiwa. Dari pemerintah pusat, tiap kampung menerima dana setiap tahun yang sebagian dibagikan untuk warga sebagai bantuan kehidupan.

Aneka buah-buahan asli khas Papua yang enak dan segar. Warung yang menjual segala aneka kebutuhan pokok. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja)

Udara bersih, air alami super jernih, makanan sehat khas Papua

Tinggal sehari di Paroki Hepuba, saya sudah mulai merasakan udara yang bersih, air yang jernih, buah buahan dan makanan yang sehat dari alam Papua.

Memang pernah ada konflik di Wamena dengan korban jiwa. Namun konflik itu disulut berita bohong dari provokator.

Merasakan dan mengalami keramahan masyarakat lokal di Wamena, Papua, di honai. Antara lain dengan makan bersama ala adat Bakar Batu. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr)

Keramahan masyarakat Papua

Namun hari pertama di Hepuba saya boleh mengalami keramahan orang asli Papua dan pendatang yang sudah menjadi bagian masyarakat Papua.

Saya merasakan dekat dengan alam, merasa aman dan diterima masyarakat sambil berdoa agar Papua akan semakin damai dan bahagia masyarakatnya.

Orang asli Papua dan pendatang yang saya jumpai kalau berjumpa menatap mata dan menggenggam erat sambil tersenyum tulus.

Rasa damai dan bahagia mengalir begitu saja. (Berlanjut)

Salam dari Hepuba, 4 April 2023

Romo Ferry Sutrisna Widjaja dari Keuskupan Bandung

Baca juga: Lebih Jauh Kenal Paroki Hepuba, Dekenat Papua Pegunungan di Lembah Balim Wamena (2)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version