Lectio Divina 16.8.2025 – Bergantung pada Allah

0
12 views
Yesus memberkati anak-anak, by Lucas Cranach the Elder

Sabtu. Minggu Biasa XIX, Hari Biasa (H)  

  • Yos. 24:14-29
  • Mzm. 16:1-2a.5.7-8.11
  • Mat. 19:13-15
  • Lectio

13  Orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya di atas mereka dan mendoakan mereka, tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

14 Tetapi, Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, jangan halang-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Surga.”

15 Ia meletakkan tangan-Nya di atas mereka, lalu berangkat dari situ.

Meditatio-Exegese

Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan

“Pilihlah: beribadah pada Tuhan atau pada para ilah?” seru Yosua pada orang-orang kepercayaannya. Seruannya selalu bergema sepanjang masa, tanpa pernah dapat dibungkam.

Kitab Yosua mengisahkan pemenuhan janji Allah akan pembebasan dari perbudakan dan pemberian tanah yang dijanjikan-Nya (bdk. Kej. 15:13-21; Kel. 3:17; Kel. 23:23-33; Yos. 1:2-4; Yos. 21:43-45; Yos. 23:14). Karena Allah selalu setia pada janji-Nya dan umat-Nya, Ia memanggil setiap insan untuk tetap setia dan patuh pada-Nya (Yos. 1:6-9; Yos 1:16-18; Yos. 6:18; 10:40; Yos 11:15).

Setiap orang yang terikat perjanjian dengan-Nya tidak berjalan serong dan menyimpang. Ia bersabda, ”Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, untuk bertindak dengan saksama sesuai dengan segenap hukum yang diperintahkan Musa, hamba-Ku, kepadamu. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau jaya dalam setiap langkahmu.”  (Yos. 1:7).

Ketika rencana-Nya dibelokkan, pembelokan itu selalu berasal dari manusia yang lebih suka berbuat dosa dan tidak setia kepada-Nya. Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, misalnya, lebih tertarik menyembunyikan barang rampasan untuk dirinya sendiri daripada memusnahkannya sesuai dengan perintah Allah (Yos. 6:18-7:5). 

Yosua mengumpulkan para tua-tua, kepala, hakim dan pemimpin pasukan dari semua suku Israel di Sikhem. Mereka berdiri di hadapan Allah untuk melakukan ibadat pembaharuan perjanjian dengan-Nya.

Karena bangsa itu mudah jatuh pada ketidak setiaan pada Allah (bdk. Yos. 22), pembaharuan itu bertujuan supaya bangsa itu bersatu, setia pada Allah dan mengasihi sesama, walau akan diam di tempat yang telah ditentukan untuk masing-masing suku  (bdk. Yos. 24:25-27; Yos. 1:12-16; Bil. 32:1-32).  

Sejak sebelum kedatangan bangsa Israel, Sikhem merupakan tempat yang disucikan atau digunakan sebagai tempat untuk memuja dewa. Oleh Abraham tempat itu dipersembahkan kepada Allah dan disucikan dengan mendirikan mezbah bagi Allah di dekat pohon tarbantin di More (Kej. 12:6) saat ia memperbaharui perjanjian dengan-Nya ketika tiba di tanah yang dijanjikan.  

Di Sikhem, Yakub, yang diberi nama Israel, berkemah (Kej. 33:18) saat ia meminta seluruh keluarganya meninggalkan dewa-dewa asing sebelum meneruskan perjalanan ke Betel (Kej. 35:1-4).  Sikhem selalu mengingatkan akan pembaharuan perjanjian untuk selalu setia pada Allah, yang selalu memegang dan memenuhi janji-Nya.

Ungkapan ‘beribadah kepada Tuhan’ digunakan sebagai padanan dari kata Ibrani  ‛âbad. Ungkapan beribadat menyingkapkan sikap batin dan perilaku hormat, bakti dan melayani. Kitab Suci resmi Gereja Katolik, Latin Vulgata, menggunakan kata servire, melayani.  

Di samping digunakan untuk peribadatan pada dewa palsu (bdk. Kel. 20:5; Ul. 30:17), kata ini bermakna melayani sebagai budak seperti yang dilakukan bangsa Israel kepada Firaun dan bangsa Mesir (bdk. Kel. 1:13-14; 5:18; 6:5; 14:5; 14:12; dst).

Maka, ketika Allah membebaskan bangsa itu dari Mesir, seluruh bangsa dibebaskan dari belenggu pelayanan ini, agar mereka bisa dengan bebas melayani Allah (bdk. Kel. 3:12; 4:23; 7:16; 8:1, dst.).

Sekarang Yosua menantang seluruh bangsa untuk membaharui kesetiaan bangsa itu pada Allah (Yos. 24:14-16). Dan Yosua telah memilih (Yos 24:15), “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan.”, ego autem et domus mea serviemus Domino.

Ia menantang setiap orang dari umat pilihan itu untuk memilih: melayani Allah atau melayani ilah nenek moyang mereka di seberang Sungai Efrat atau ilah orang Amori. Ungkapan ‘seberang Sungai Efrat’ (Yos. 24:2) dan Laut Teberau bermakna batas tegas antara mereka yang melayani dewa asing dan yang melayani Allah, seperti Abraham.

Maka, ungkapan ‘iman Yosua’ bermakna bahwa ia mewarisi iman Abraham, karena “tetap mengikuti jalan n Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan; juga supaya Tuhan memberi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.” (Kej. 18:19).

Keluarga Yosua menjadi teladan akan pada Siapa hidup keluarga dilandaskan dan kepada Siapa keluarga harus mengabdi.

Jangan halang-halangi mereka

Banyak ibu membawa anak-anak mereka pada Yesus. Mereka memohon agar Yesus memberkati dan mendoakan mereka. Tetapi, para murid menghalang-halangi.

Barangkali dalam benak mereka bergolak pikiran tentang kenajisan. Perempuan yang sedang datang bulan dianggap najis dan segala sesuatu yang tersentuh perempuan itu, termasuk anak-anak, dianggap najis.

Maka anak-anak yang datang pada Yesus termasuk najis. Konsekuensinya, Yesus pun menjadi najis pula (bdk. Im. 15:19-27).

Bagi mereka, Yesus harus tetap tahir. Para murid pernah mengalami penolakan terhadap Yesus untuk masuk kota, karena Ia dianggap najis setelah menyentuh orang yang menderita sakit kulit yang menajiskan dan Ia harus tinggal di tempat yang jauh (Mrk. 1:40-45).

Namun, pada para murid Ia berseru (Mat 19:14), “Biarkanlah anak-anak itu, jangan halang-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Surga.”, Sinite parvulos et nolite eos prohibere ad me venire; talium est enim regnum caelorum.

Praktek memberkati anak-anak sebenarnya telah berakar lama dalam tradisi bangsa Israel. Yesus menggemakan dengan lebih keras apa yang dilakukan Yakub, Israel, bapa leluhurnya, yang memberkati Efraim dan Manasye, kedua cucu dari Yusuf (Kej. 48:8-16).  

Orang-orang seperti inilah yang menjadi anggota umat Allah

Yesus menerima anak-anak kecil dan menjadikan mereka sebagai model cara beriman bagi para murid-Nya. Maka, Kerajaan Allah menjadi hak milik mereka, bukan karena apa yang mereka dianggap masih polos, belum kenal dosa, murni.

Anak-anak berhak menjadi warga Kerajaan Allah, karena keselamatan yang dianugerahkan diterima dengan rendah hati dan tanpa bertanya-tanya. Mereka bergantung pada kebaikan hati kaum dewasa. Dan kaum dewasa haru mampu menjaga mereka tetap aman.

Sikap batin yang benar di hadapan Allah dilambangkan seperti sikap batin anak-anak pada kaum dewasa. Kaum beriman menggantungkan seluruh hidup pada Allah dan percaya yang berasal dari Allah pasti baik dan menyelamatkan.

Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu

Ayat ini dan yang serupa  dipahami Gereja Katolik sebagai perintah untuk membaptis anak-anak dan bayi. Yesus ambil bagian dalam perjanjian dengan Allah, seturut dengan Hukum Tuhan yang ditetapkan sejak Abraham, pada hari kedelapan setelah kelahiran-Nya (Luk. 2:21; Kej. 17:10; Im. 12:3), seperti dilakukan juga oleh Yohanes Pembaptis (Luk. 1:59).

Bagi jemaat yang dibina Santo Matius, yang berasal dari bangsa Yahudi, pasti mereka memikirkan kepatuhan pada hukum sunat ini dan meneyesuaikan dengan hukum baru: ambil bagian dalam Perjanjian dengan Yesus Kristus.

Maka, kewajiban orangtua adalah mengantarkan anak untuk menjadi anggota jemaat dan ambil bagian dalam perjanjian yang ditetapkan itu.  

Perintah untuk dibaptis bersifat mutlak, bila seseorang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh. 3:3-5). Yesus juga memerintahkan para murid untuk pergi ke seluruh penjuru dunia untuk membaptis agar semua menjadi anggota dan ambil bagian dalam Perjanjian Baru dalam nama-Nya (Mat. 28:19-20).

Yesus tidak membuat batasan tentang umur seseorang untuk dibaptis. Kitab Suci juga memberi bukti praktik baptis bayi dan anak-anak. Petrus dan Paulus membaptis seluruh keluarga Kornelius dan Lidia (Kis. 10:24, 48; 16:14-15).

 Katekese

Bayi diijinkan menerima Sakramen Baptis. Santo Irenius, Uskup Lyon, martir pada 202:

“Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang melalui diri-Nya. Ya, semua, yang dilahirkan kembali dalam Allah: bayi, anak-anak, yang muda dan orangtua. 

Maka, Ia mengatasi setiap umur, karena Ia menjadi bayi untuk para bayi. Anak untuk anak-anak, dengan menguduskan mereka pada usia itu. Pada saat yang sama Ia menjadi teladan akan kesucian, kebenaran dan penyerahan diri.

Ia juga menjadi pemuda untuk kaum muda, agar menjadi teladan bagi kaum muda dan menguduskan mereka demi Tuhan…” (Against Heresies, 2.22.2).

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku tidak pernah menghalangi kaum muda dan anak-anak kami datang kepada-Mu untuk menerima berkat, pengajaran dan kuasa penyembuhan dari-Mu. Buatlah kaum muda dan anak-anak kuat dalam iman dan sikap, agar mereka mampu mengikuti-Mu dengan giat.

Dan ketika tumbuh dalam usia kedewasaan, semoga aku tidak kehilangan kesederhanaan dan kerendahan hati seperti anak kecil yang menjadikan diriku selalu dekat dengan-Mu. Amin.            

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengantar anak-anak dan siapa pun pada Kristus?

Sinite parvulos et nolite eos prohibere ad me venire; talium est enim regnum caelorum – Matthaeum 19:14

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here