Home BERITA Lectio Divina 26.02.2021 – Berdamailah dengan Sesamamu

Lectio Divina 26.02.2021 – Berdamailah dengan Sesamamu

0
Ilustrasi- Berdamailah dengan Sesamamu by scpeanutgalery.

Jumat. Pekan Prapaskah I (U)

  • Yeh. 18:21-28.
  • Mzm 130:1-2.3-4ab.4c-6.7-8.
  • Mat.5:20-26.

Lectio

20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 21  Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

22  Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23  Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

24  tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25  Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

26  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Meditatio-Exegese

Jika hidup keagamaanmu

Yesus menuntut tiap murid untuk mewujud nyatakan kebenaran, apabila ia ingin masuk dalam Kerajaan Surga. Tuntutan Yesus menjadi lebih jelas ketika teks Yunani dibaca:  λεγω γαρ υμιν οτι εαν μη περισσευση η δικαιοσυνη υμων πλειον των γραμματεων και φαρισαιων, lego gar humin hoti ean me perisseuse he dikaiosune humon pleion ton grammateon kai pharisaion, secara harafiah dialih bahasakan: Aku berkata kepadamu, bahwa kecuali kebenaranmu tidak mengatasi [keadilan] dari Ahli Taurat dan orang Farisi. 

Sedangkan, teks Latin yang diakui Gereja Katolik menulis, Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum, (Jika keadilanmu tidak lebih berlimpah daripada milik Ahli Taurat dan orang Farisi, kalian tidak akan masuk Kerajaan Surga).

Melaksanakan kebenaran, δικαιοσυνη, dikaiosune, dari akar kata dikaios, bermakna bahwa orang menjadi benar apabila ia melaksanakan kehendak Allah. Maka, bekas orang jahat pasti lebih baik dari pada bekas orang benar.

Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama menjelaskan, “Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.” (Yeh. 18:21).

Jika engkau mempersembahkan persembahanmu

Lima kali Yesus mengulangi sabda ini, Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita.” (Mat. 5: 21,27,33,38,43). Sebelumnya Ia bersabda, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat. 5:17).

Allah menghendaki ibadat sejati. Ia menerima ibadat manusia, bila ia selalu hidup berdamai dengan sesamanya. Nabi Hosea menggemakan kehendak Allah (Hos. 6:6), “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”, quia caritatem volo et non sacrificium, et scientiam Dei plus quam holocausta.

Sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70, jemaat Kristiani Yahudi masih berziarah dan mempersembahkan korban bakaran di altar. Mereka tetap mengingat sabda ini.

Sekitar tahun 80, saat Santo Matius menulis Injil, Bait Allah dan altar sudah tidak ada lagi. Komunitas dan perayaan yang diselenggarakan oleh komunitas iman menjadi Bait Allah dan Altar Allah.

Segeralah berdamai

Komunitas iman yang dibina Santo Matius kebanyakan berasal dari kaum Yahudi dan beberapa dari bangsa lain. Gesekan dan konflik sering terjadi dalam perjumpaan dan pergaulan di antara mereka.

Ada orang yang ingin menekankan pelaksanaan Hukum Taurat sebelum menjadi Kristen; tetapi ditentang. Tidak ada seorang pun yang mau mengalah dari yang lain. Mereka tidak mau berdialog.

Santo Matius mengingatkan jemaat akan situasi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.  Ia menghendaki penerimaan dan pemahaman. Allah tidak akan mengampuni dosa, apabila orang tidak mau mengampuni sesamanya.

Yesus bersabda, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat. 6:13-14). Maka segeralah berdamai dengan saudaramu!

Katekese

Apakah kamu malu untuk meminta ampun?  Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Betapa banyak orang sadar bahwa mereka telah berdosa terhadap saudara atau saudari mereka namun enggan berkata, “Mohon maaf. Dan ampunilah aku.” Mereka tidak malu untuk berbuat dosa; tetapi mereka malu untuk memohon ampun. Mereka tidak merasa malu atas tindakan mereka yang jahat; tetapi amarah mereka bergolak ketika tersinggung karena direndahkan.” (dikutip dari Sermon 211,4)

Oratio-Missio

  • Tuhan, ketika hatiku beku, cairkanlah, agar aku berbelas kasih, suka mengampuni dan selalu setia melakukan perintah-Mu. Amin.
  • Apa yang perlu kulakukan agar aku menjadi benar di hadapan Allah dan alam ciptaanNya?

Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum – Matthaeum 5:20

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version