Selasa. Minggu Paskah II, Hari Biasa (P)
- Kis. 4:32-37
- Mzm. 93:1ab.1c-2.5
- Yoh. 3:7-15
Lectio
7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” 9 Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”
10 Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal surgawi?
13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Meditatio-Exegese
Nikodemus
Nikodemus bersahabat dan berdialog dengan Yesus ketika ia masih menjadi salah seorang anggota Sanhedrin, Dewan Pengadilan Agama Yahudi. Dewan ini biasanya juga dimintai nasihat oleh raja untuk hal yang terkait dengan agama, termasuk nubuat tentang Mesias (bdk. Mat. 2:4).
Nikodemus menjadi anggota faksi Farisi dan memiliki pengaruh luas. Namun, ia tertarik pada Yesus dan menemui-Nya secara diam-diam (Yoh. 3:1-2) . Yesus memanggilnya dengan sebutan guru Israel (Yoh. 3:10).
Perjumpaan dengan Yesus rupanya berkesan dan ia membela ketika Yesus akan dihukum tanpa diadili (Yoh. 7:50-51). Bersama Yusuf dari Arimatea ia memakamkan Yesus (Yoh. 19:38-42).
Nikodemus pasti telah mendengar kabar tentang apa yang dilakukan Yesus di Galilia hingga Yerusalem. Terkejut dan heran, ia ingin berjumpa dengan Yesus untuk memahami apa yang dilakukan-Nya secara lebih dalam. Namun saat ia berjumpa dengan-Nya, yang dibawanya adalah cara pikir lama.
Nikodemus rupanya mewakili sebagian jemaat yang dibina Santo Yohanes, karena mereka memahami pembaharuan yang diwartakan Yesus dengan pengalaman masa lalu mereka. Santo Yohanes berusaha mendobrak pola pikir lama, agar: aku dilahirkan kembali.
Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal
Yesus berbicara tentang “kelahiran baru dalam Roh”. Ungkapan Yunani πνευμα, pneuma, bermakna angin dan roh, nafas hidup. Orang dapat merasakan angin, tetapi tidak mampu memegangnya (Pkh. 8:8).
Ia bebas bertiup ke mana ia mau, dan mampu menghidupkan manusia. Angin mampu mengarahkan perahu nelayan pada tujuan akhir perjalanan. Sedangkan, bila manusia tidak lagi menghirup roh atau nafas hidup, yang ditiupkan Allah (Kej. 2:7), ia mati.
Inilah tugas yang harus dilakukan Nikodemus dan setiap murid menemukan arah hidup dan selalu menghirup nafas hidup, yaitu sabda Allah
Arah dan nafas hidup dapat diterima sepenuhnya melalui Sakramen Baptis. Orang harus dilahirkan baru dalam Roh (Yoh. 3:7-8). Yesus memenuhi nubuat Yohanes Pemandi bahwa Ia datang untuk menetapkan pembaptisan dengan Roh Kudus (bdk. Mat. 3:11; Yoh. 1:33).
Gereja mengajarkan, “Pembaptisan adalah Sakramen yang pertama dan terpenting demi pengampunan dosa: ia mempersatukan kita dengan Kristus yang telah dan bangkit dan memberi kepada kita Roh Kudus.” (Katekismus Gereja Katolik, 985).
Arah hidup baru dan hidup berlandaskan sabda Allah selalu berpijak pada kesaksian iman, bukan dari mukjizat. Kesaksian itu justru ditolak para guru atau pemuka agama saat itu, bahkan, hingga sekarang. Alasan penolakan selalu atas alasan yang sangat duniawi.
Bagi anggota jemaat yang dibina Santo Yohanes dan para pewarta Injil lain, isi kesaksian selalu sama: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu… Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis. 2:23-24.36).
Puncak penolakan terhadap Yesus adalah saat mereka, dengan pelbagai rekayasa licik dan pengkhianatan, mengejar-kejar, menangkap, mengadili dengan kesaksian palsu, menyalibkan dan membunuhNya.
Tetapi, melalui analogi kisah tedung tembaga karya Musa di tiang (Bil. 21:8-9), Yesus menjelaskan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya menjadi sumber keselamatan bagi siapa saja yang berpaling dan percaya kepada-Nya.
Penjahat disebelah kanan-Nya diajak serta ke Firdaus setelah ia meminta Yesus mengingat-Nya (Luk. 23:43). Maka, siapapun juga yang mau menerima Yesus Kristus, seperti diajarkan para rasul dan pengganti mereka, memperoleh anugerah yang layak.
Sabda-Nya (Yoh. 3:15), “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”, ut omnis, qui credit, in ipso habeat vitam aeternam.
Setelah mengimani Yesus, Roh Kudus akan menuntun hidup dengan sapta karunia. Anugerah itu mencakup roh: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, kesalehan, pengenalan akan Tuhan, dan takut akan Tuhan (bdk. Yes. 11).
Orang yang mengimani Yesus diangkat menjadi anak-anak Allah dan dibebaskan dari dosa. Dan untuk tetap hidup terarah pada-Nya, Bapa dan Putera mengutus Roh Kudus untuk membimbing dalam peziarah menuju kembali kepada-Nya.
Karena ciri khas Roh dan angin adalah merdeka, bebas, tidak bisa diperintah, tiap orang Kristiani harus bertindak seperti nelayan yang mengarahkan perahu. Masing-masing harus menemukan arah ke mana Roh itu membimbing, mengarahkan perahu hidup sesuai dengan arah itu. Masing-masing hidup sesuai dengan sapta karunia.
Katekese
Bukan karena akal budi, tetapi karena iman. Santo Yohanes Chrysostomus, 349-407 :
“Pasti Tuhan memiliki alasan saat Ia tidak bersabda, “Kamu tidak mengerti”, tetapi, “Kamu tidak percaya”. Ketika seseorang sedang tegesa-gesa dan tidak siap memahami hal yang seharusnya mungkin dipahami dengan akal sehat, ia mungkin disalahkan karena dianggap bodoh.
Ketika ia tidak memahami hal yang tak mungkin ditangkap oleh akal budi tetapi hanya oleh iman, tuduhannya bukan lagi tentang kebodohan, tetapi ketidak-percayaan.” (Homily on St. John, 27, 1)
Oratio-Missio
Datanglah, ya Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi dan semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.
Datanglah, ya Roh Pengertian, turunlah atas diri kami. Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus Sang Putera, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.
Datanglah, ya Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini, semoga kami selalu melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.
Datanglah, ya Roh Keperkasaan, kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini, agar tabah menghadapi segala kesulitan dan derita. Semoga kami Kaukuatkan dengan memegang tangan-Mu yang senantiasa menuntun kami.
Datanglah, ya Roh Pengenalan akan Allah. Ajarlah kami mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya sementara saja. Bimbinglah kami, agar tidak terbuai oleh kemegahan dunia. Bimbinglah kami, agar dapat menggunakan hal-hal duniawi untuk kemuliaanMu.
Datanglah, ya Roh Kesalehan, bimbinglah kami untuk terus berbakti kepada-Mu. Ajarkalh kami menjadi orang yang tahu berterima kasih atas segala kebaikan-Mu dan berani menjadi teladan kesalehan bagi orang-orang dies disekitar kami.
Datanglah, ya Roh Takut akan Allah, ajarkanlah kami untuk takut dan tunduk kepadaMu, dimanapun kami berada; tegakkanlah kami agar selalu berusaha melakukan hal0hal yang berkenan kepadaMu. Amin. (Puji Syukur, 93)
- Apa yang perlu kulakukan agar senantiasa dituntun Roh Kudus?
Et sicut Moses exaltavit serpentem in deserto, ita exaltari oportet filium hominis, ut omnis, qui credit, in ipso non pereat sed habeat vitam aeternam – Ioannem 3:14-15