Home BERITA Lentera Keluarga – Bukan Kematian Tetapi Perobatan

Lentera Keluarga – Bukan Kematian Tetapi Perobatan

0

Tahun C-1. Jumat Prapaska I
Jumat, 15 Maret 2019.
Bacaan: Yeh 18:21-28; Mzm 130:1-2.3-4ab.4c-6.7-8; Mat 5:20-26.

RENUNGAN: 

KEBAIKAN dan kemurahan Tuhan diungkapkan dengan indah oleh nabi Yehezkiel “Adakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? Demikian firman Tuhan Allah. Bukankah kepada pertobatannya Aku berkenan, supaya ia hidup?

Selain itu Yehezkiel juga mengingatkan bahwa kehidupan abadi itu tidak ditentukan dengan penjumlahan dari kebaikan dikurangi kejahatan, tetapi dengan akhir dari keputusan kita untuk memilih dan mencintai Allah.

Lebih mudah mengatakan “pergi atau pisah dan aku tidak mau hidup lagi denganmu” ketika pasangan kita melakukan kesalahan fatal dalam perkawinan daripada membantu dia untuk pulih dan membangun kembali kasih dan kesetiaan perkawinan. Sikap menghukum, membiarkan atau menyingkirkan muncul karna kita fokus pada pengalamn luka di hati kita. Benar, pengalaman kesalahan yang fatak itu menyakitkan dan kita perlu dipulihkan secara pribadi, tetapi perkawinan tidak dapat dipulihkan hanya dengan memulihkan diri sendiri, tetapi dengan pemulihan relasi; membiarkan pasangan kita yang melukai membantu kita untuk pulih.

Pengampunan yang kita berikan juga bukan hitung-hitungan berapa kali aku atau kamu melakukan kesalahan, tetapi menyangkut membangun relasi yang telah retak tanpa berhitung-hitung untung dan rugi. Pengampunan itu membuat kesalahan masa lalu menjadi tidak berarti di masa sekarang karena relasi kita sekarang sudah membaik dan sehat.

Semoga masa prapaska ini, kebaikan dan kemurahan Allah juga menjadi daya dorong kita untuk mengampuni dan mengasihi orang orang terdekat dengan kita.

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana kasih dan kemurahan Allah  terhadap orang berdosa ditekankan oleh Yehezkiel.

Refleksi:

Apakah dalam perkawinan, aku mengampuni dan memulihkan bukan hanya diriku sendiri tetapi juga perkawinanku?

Doa:

Ya Bapa, semoga hatiku dipenuhi oleh kasih dan kerahimanMu supaya aku mampu mengampuni dan memulihkan hidup dan perkawinanku. Amin.

Perutusan:

Jadilah the wounded healer dalam relasi perkawinan anda.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version