Home BERITA Lentera Keluarga – Jiwa Orang Benar

Lentera Keluarga – Jiwa Orang Benar

0

Tahun C-1. Pekan Biasa XXXII 
PW S. Yosafat, Uskup dan Martir
Selasa, 12  November 2019. 
Bacaan: Keb 2:23-3:9; Mzm 34:2-3.16-19; Luk 17:7-10.

Renungan:

KEBIJAKSANAAN mengatakan bahwa “jiwa orang benar ada di tangan Allah dan siksaan tiada menimpa mereka.” Keyakinan iman ini menegaskan keyakinan iman israel bahwa orang yang hidup benar pasti tidak akan menderita. Dan sebaliknya, jika ada orang menderita, maka ia dapat diyakini telah melakukan kesalahan terhadap Tuhan.” Namun kebijaksanaan memberikan hikmat baru pada kebijaksanaan israel lama ini. Kebijaksanaan mengatakan bahwa orang benar kadang hidupnya tidak selalu mudah; ia juga mengalami penderitaan dan juga kematian. Tetapi bagi orang benar semuanya kesulitan dan penderitaan itu adalah sebuah cara Allah memurnikan hidup.

Kadang dengan mudah kita mengira berkat Tuhan itu  pada hal-hal yang baik dan menyenangkan: hidup berkecukupan, kesehatan, keluarga yang baik, bisnis yang berhasil, termasuk meninggal tanpa penderitaan. Dan jika semua semuanya itu tidak kita temukan maka kita dengan mudah berpandangan bahwa Tuhan tidak memberkati kita dan memalingkan pandanganNya dari hidup kita. 

Orang benar dan orang tidak benar menjalani hidup di dunia ini secara sama. Mereka mengalami suka tetapi juga mengalami duka. Mengalami kemudahan dan kelancaran dalam hidup  tetapi juga mengalami tantangan dan kejatuhan. Tapi yang membedakan adalah bahwa orang benar dalam situasi apapun yang dijalaninya di dunia ini tetap hidup dalam kasih dan setia kepada Allah. Dan inilah yang berkenan kepada Allah, sehingga ia boleh menikmati hidup bersamaNya. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana Kebijaksanaan memperlihatkan bahwa orang benar juga menjalani hidup sama seperti yang lain, namun berbeda dalam kecintaan dan ketaatannya kepada Allah.

Refleksi:

Apakah aku mengukur berkat Tuhan dengan hidup nyaman? Apakah aku menjalani suka dan duka hidupku ini dengan kasih dan setia kepada Allah?

Doa: 

Ya Bapa, dalam perjalanan hidupku, dalam suka maupun duka, aku tetap hidup dengan benar di hadapanMu. 

Perutusan:

Jangan ukur berkat Tuhan dari sukses dan tidak suksesnya hidup anda. Tetapi setialah menjalani hidup dengan cinta dan ketaatan kepada Allah. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version