Home BERITA Lubang Jarum

Lubang Jarum

0
Iustrasi - Unta melewati lubang jarum (ist)

Puncta 10.10.21
Minggu Biasa XXVIII
Markus 10: 17-30

ZAMAN dulu kota-kota dibangun dengan dikelilingi benteng-benteng sebagai cara pengamanan diri dari serangan musuh. Gerbang utama ditutup pada sore hari.

Di dalam kota ada pintu-pintu kecil yang hanya bisa dimasuki satu orang atau seekor binatang. Ini juga sebuah taktik pengamanan dalam perang.

Pintu yang kecil dan sempit itu tingginya hanya satu meter. Pintu ini biasa disebut orang sebagai lubang jarum. Di atas lubang pintu itu ada lengkungan seperti jarum.

Untuk masuk di dalam kota, binatang beban seperti unta harus melepaskan semua bawaannya lebih dahulu. Jika tetap membawa beban, unta tidak dapat masuk.

Gambaran ini dipakai oleh Yesus untuk menanggapi seorang kaya yang bertanya bagaimana memperoleh hidup yang kekal.

Orang kaya ini adalah orang yang baik. Karena disebutkan bahwa ia setia melakukan aturan hukum Taurat.

Ketika Yesus menyebut bagian dari sepuluh perintah Allah, orang itu menjawab, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

Lalu Yesus menunjukkan satu jalan yang belum dilakukan, “Pergilah, juallah apa yang kau miliki, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan beroleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”

Orang itu kecewa dan pergi dengan sedih karena hartanya banyak.

Yesus mengingatkan betapa sukarnya orang yang berharta masuk ke dalam Kerajaan Allah. “Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum, daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Apakah itu mustahil? Tidak. Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Orang kaya bisa saja masuk ke Kerajaan Allah

Tetapi untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, orang harus berani melepaskan segala sesuatu dan mengikuti Yesus.

Harta itu bukan tujuan dari hidup kita. Tujuan yang sejatinya adalah bersatu dengan Allah. Jika harta itu menghalangi mencapai tujuan yang sesungguhnya, maka harus dengan rela dilepaskan.

Seperti unta yang dilepaskan dulu beban dan bawaannya, lalu bisa masuk ke kota. Baru kemudian barang-barang bawaan itu mengikutinya.

Begitu pula kita harus berani melepaskan segala kelekatan supaya bisa masuk ke dalam kehidupan kekal. Yang lain akan mengikutinya.

Yesus pernah berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Seperti kepada Petrus, Yesus memberi janji, barangsiapa karena Dia dan karena Injil melepaskan segala sesuatu, maka dia akan menerima kembali seratus kali lipat, dan akan menerima hidup yang kekal.

Tetapi sekali lagi syaratnya adalah berani melepaskan diri dari segala sesuatu yang membelenggu.

Beranikah kita?

Betapa luas dan kaya hasil bumi Kalimantan.
Belum lagi kita punya tambang emas di Papua.
Hidup itu bukan soal sukses mengumpulkan,
Tetapi seberapa rela kita mau berbagi demi sesama.

Cawas, melepaskan segalanya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version