- Bentuk logo secara keseluruhan adalah lidah nyala api, sebagai ungkapan api kehidupan dan harapan yang tidak akan pernah padam melintasi zaman (Rm 5:5). Lidah api juga menjadi lambang Roh Kudus yang memenuhi para murid pada peristiwa Pentakosta dan selalu menyertai Gereja untuk berani mewartakan perdamaian dalam Yesus Kristus.
- Lidah nyala api itu memiliki empat warna: merah tanda kemartiran, kuning tanda iman, biru tanda harapan dan hijau tanda perdamaian. Keempat warna ini juga yang menjadi simbol profil dari para peziarah pengharapan di Tahun Yubileum ini yaitu: Luce, Sky, Fe, dan Xin.
- Dalam lidah nyala api ini terdapat tiga sosok pribadi beriman. Sosok pribadi di tengah dengan wajah yang lebih besar dibandingkan dengan dua pribadi di samping kanan dan kiri, adalah uskup, pemimpin Gereja, pemersatu jemaat, dengan mitra dan salib di tengahnya. Mitra simbol otoritas, pelayanan, spiritualitas dan tradisi yang melekat pada figur seorang Uskup. Sementara itu, dua sosok di kanan kiri uskup adalah Gambaran umat Allah yaitu awam, religius dan imam yang sejajar dan sederajat.
- Tiga sosok itu sebagai gambaran Gereja sebagai persekutuan yang berelasi dan berjalan bersama atau sebagai persekutuan yang sedang berziarah (bdk. Mat 18:20). Persekutuan Gereja menjadi saksi kesatuan seluruh dunia, sebagaimana motto Paus Leo XIV “In Illo Uno Unum” (Dalam Yang Esa, Kita adalah Satu).
- Salib di tengah mitra itu juga sebagai tanda bahwa harapan dalam peziarahan ini tidak pernah lepas dari salib dan bahkan salib sendiri menjadi tanda utama dari pengharapan. (bdk. Paus Fransiskus, Ubi et Orbi, 27 Maret 2020).
- Logo landscape digunakan untuk kop surat dan amplop, sedangkan logo potrait dapat gunakan untuk stempel, notebook, pulpen atau merchandise lainnya.
Baca juga: KWI gelar SAGKI V 3-7 November 2025 (1)












































