Puncta 30 April 2025
Rabu Paskah II
Yohanes 3: 16-21
ORANG-ORANG hebat selalu muncul dari pengalaman penderitaan dan kegelapan. Mahatma Gandhi ditempa oleh penderitaan dan diskriminasi warna kulit di Afrika Selatan. Ketidakadilan dan penindasan adalah pengalaman gelap yang harus dihadapi.
Nelson Mandela juga mengalami penderitaan. Ia dipenjara dan disiksa karena politik Apartheid pemerintahan yang tidak adil dan diskriminatif.
Pengalaman gelap dan derita itu bagi Gandhi dan Mandela adalah bagian dari pencerahan hidup.
Mereka mampu mengarungi sisi gelap dan menemukan terang di dalam kasih untuk bangkit memperbaharui hidup bagi seluruh bangsanya. Gandhi dan Mandela menjadi Bapak Kemerdekaan bagi negaranya.
Perikop Injil hari ini adalah bagian akhir dari dialog Nikodemus dengan Yesus.
Nikodemus melintasi sisi gelap hidup rohaninya. Ia datang pada Yesus pada malam yang gelap, segelap hatinya yang dikungkung oleh hukum Taurat.
Ia datang kepada Yesus yang adalah Terang. Ia datang ke dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, karena perbuatan-perbuatan manusia adalah jahat.
Nikodemus menyadari dirinya berada dalam gelap, maka dia datang mencari Terang.
Sang Terang mengajarkan tentang kasih Allah yang tiada batas sampai Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya untuk menebus kita.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Nikodemus datang kepada Terang itu. Ia mendapat pencerahan baru dan memeluk Terang itu dalam hidupnya. Yesus adalah Kasih dan Terang itu sendiri. Ia menjadi murid Yesus dengan diam-diam.
Dia tunjukkan kasihnya kepada Yesus dengan memakamkan jenasah-Nya secara pantas dan terhormat.
Apakah kita sudah menemukan Terang sejati dalam hidup kita seperti Nikodemus?
Saya punya matahari kembar,
Satu di bawah yang lain di atas.
Tiada kasih yang lebih besar.
Kasih Allah yang tanpa batas.
Wonogiri, Yesus adalah Kasih Allah
Rm. A. Joko Purwanto, Pr