Menjamah Yesus dengan Iman yang Hidup

0
0 views
Sembuh karena menjamah jumbai-Nya by Fr. Alfonse.

Selasa, 28 Oktober 2025

Ef 2:19-22.
Mzm 19:2-3.4-5.
Luk 6:12-19

MENJADI seorang Katolik adalah sebuah anugerah besar sekaligus tanggung jawab yang luhur.

Kita tidak sekadar mewarisi sebuah tradisi, melainkan menerima iman yang hidup, yang telah bertumbuh dan berakar dalam sejarah panjang Gereja.

Iman ini bukan hasil dari pikiran manusia atau pengalaman pribadi semata, tetapi iman yang bersumber dari pewahyuan Allah sendiri, diteruskan melalui para rasul, dan dijaga oleh jemaat perdana hingga kini.

Iman Katolik bukan iman yang lahir kemarin sore. Ia telah melewati ujian zaman, penganiayaan, perpecahan, keraguan, bahkan kemajuan ilmu pengetahuan, namun tetap tegak, karena dasarnya bukan manusia, melainkan Kristus sendiri, Sang Batu Karang Gereja.

Pengalaman ini, saya dapat ketika saya melangkah melewati Porta Sancta, pintu suci pengampunan, hati saya dipenuhi oleh rasa haru yang sulit dijelaskan.

Dari luar, pintu itu mungkin tampak biasa, sekadar sebuah ambang dari kayu dan logam. Namun, ketika kaki ini menapakinya dengan kesadaran iman, saya menyadari: ini bukan sekadar pintu fisik, melainkan simbol perjalanan rohani menuju kasih Allah yang tak terbatas.

Saat saya melangkah melewatinya, saya merasa seperti meninggalkan sesuatu di belakang, beban dosa, luka masa lalu, dan ketakutan akan masa depan.

Saya melangkah keluar dengan hati yang baru, seolah Tuhan sendiri memeluk dan berbisik, “Aku mengampunimu. Mulailah lagi.”

Pintu pengampunan bukan hanya tentang melewati ruang, tetapi tentang membuka hati.

Dalam setiap langkah, saya diingatkan bahwa Allah selalu menunggu di sisi lain, bukan dengan amarah, melainkan dengan tangan terbuka. Ia tidak ingin menilai masa lalu saya, tetapi menuntun saya menuju masa depan yang dipenuhi rahmat.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.”

Kuasa Yesus tidak hanya menyembuhkan penyakit fisik, tetapi juga menyentuh bagian terdalam dari manusia, jiwa yang lemah, hati yang kering, iman yang nyaris padam.

Kuasa itu bukan sekadar energi yang mengalir secara ajaib, melainkan kasih Allah yang hidup dan aktif, yang menyentuh siapa pun yang datang dengan iman.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa kedekatan dengan Yesus menyembuhkan. Namun, tidak semua yang berada di dekat-Nya otomatis menerima kuasa itu, hanya mereka yang sungguh datang dengan hati terbuka dan iman yang hidup.

Dalam hidup sehari-hari, kita pun sering “berdesakan” di sekitar Yesus: kita ikut Misa, berdoa, atau melakukan kegiatan rohani. Tapi, apakah hati kita sungguh menjamah Dia dengan iman?

Mungkin kita masih membawa luka batin, rasa bersalah, atau keputusasaan yang belum kita serahkan sepenuhnya. Yesus tidak menolak siapa pun yang datang kepada-Nya.

Ia menunggu kita menyentuh-Nya, bukan hanya dengan tangan, tetapi dengan hati yang percaya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku hanya berada “di dekat” Yesus, atau sungguh telah menjamah-Nya dengan hati yang percaya dan terbuka?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here