Renungan Harian
Rabu, 31 Agustus 2022
Bacaan I: 1Kor. 3: 1-9
Injil: Luk. 4: 38-44
SEBAGIAN besar dari kita masih ingat Peristiwa Tahun 1998, ketika Pemerintahan Presiden Soeharto jatuh. Kejatuhan Soeharto didahului demonstrasi besar-besaran yang memakan korban tidak sedikit dan menyedihkan.
Setelah demonstrasi besar hingga para demonstran khususnya para mahasiswa menduduki gedung parlemen, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dan menyerahkan pemerintahan kepada Wakil Presiden BJ Habibie.
Banyak analis politik mengatakan seandainya pada saat pemilihan presiden pada waktu itu, Presiden Soeharto tidak bersedia untuk dipilih kembali, maka peristiwa demonstrasi besar-besaran tidak akan terjadi dan Soeharto mundur dengan lebih terhormat.
Karena pada masa itu sudah banyak demonstrasi, meski sporadis dan berakibat ditangkapnya para demonstran, menuntut Soeharto mundur.
Banyak pengamat pada waktu itu menyebut salah satu tokoh yang mendorong Soeharto untuk tetap bersedia dicalonkan kembali menjadi presiden adalah Harmoko yang pada saat itu menjabat sebagai ketua MPR dan DPR.
Harmoko sebagai ketua MPR dan DPR mengatasnamakan rakyat Indonesia menyatakan bahwa rakyat Indonesia ingin agar Soeharto tetap menjadi presiden.
Pernyataan Harmoko ini tidak sesuai dengan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia dan ada kesan tidak memperhatikan arus bawah yang menginginkan agar Soeharto tidak lagi menjadi presiden.
Berdasarkan pernyataan para pengamat pada masa itu, nampak bahwa Harmoko sebagai Pimpinan MPR dan DPR menjerumuskan Soeharto pada situasi yang kemudian menjadikan beliau harus mundur dengan tidak terhormat.
Situasi di mana seseorang sedang dalam kekuasaan dan menikmati kekuasaan sering kali lebih mudah terjerumus untuk selalu mempertahankan kekuasaan.
Sementara orang-orang di sekitar yang selalu mendapatkan berkat dari kekuasaan juga ingin selalu berusaha untuk mendapatkan dan menikmati berkat itu.
Sehingga entah disadari atau tidak hal itu justru menjerumuskan pada hal tidak baik.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, orang-orang yang menikmati berkat dari kehadiran Yesus ingin agar Yesus tetap tinggal di antara mereka; agar semua berkat dapat tetap mereka nikmati.
Namun, Yesus tetap pada perutusan yang harus diembannya tidak tergiur dengan bujukan dan harapan orang-orang di situ.
“Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Allah, sebab untuk itulah Aku diutus.”