Home BERITA “Mr. Holmes”, Luka Batin Sang Detektif

“Mr. Holmes”, Luka Batin Sang Detektif

0

HOLMES, lengkapnya Sherlock Holmes, tentu merupakan nama yang tak asing lagi, walau belum tentu novel-novel yang berkisah tentangnya dibaca semua orang. Tetapi sebagai karakter detektif yang bukan cuma hebat tapi luar biasa hebat, sosoknya dimunculkan dalam banyak bentuk: film, cerita, atau pun sekedar penggalan figur yang dipotretkan sebagai seorang detektif jenius.

Nah, film anyar bertitel Mr. Holmes bukan fokus pada keahlian sang detektif seperti pada film-film lain –walau itu juga tetap muncul– tetapi lebih pada sisi kemanusiaan seorang Sherlock Holmes di usia tuanya: 93 tahun.

Diceritakan bagaimana Holmes telah pindah selama 35 tahun meninggalkan London, hidup menyepi di desa terpencil, berternak lebah sebagai obsesi baru. Tidak pernah lagi dia mau menangani kasus; bahkan surat-surat biasanya juga tidak mau dia buka – supaya tidak perlu dibalas, begitu alasannya.

Mengapa detektif kesohor yang suka keramaian dan tidak menampik publikasi ini lalu mengucilkan diri di desa tersebut? Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang berani mengusiknya.

Menarik diri dari keramaian
Inti cerita film ini berkisar pada hal tersebut: alasan di balik pelarian Holmes dari dunia ramai. Ketika ingatannya mulai terganggu karena usia lanjut dan mungkin juga penyakit sejenis alzheimer, Holmes ingin menuliskan kasus terakhirnya -kasus yang rupanya penyebab dia mundur– secara tepat.

holmes3
Menyendiri di pedesaan, meninggalkan keramaian London.

Kasus tersebut sebenarnya sudah ditulis oleh sahabatnya, dr. Watson, yang biasa bertindak sebagai asisten dan penulis kisah-kisah penyelidikannya. Watson telah meninggal beberapa tahun lampau. Holmes yang tetap membujang sampai masa tuanya merasa dia harus menyelesaikan hal tersebut sebelum dia pun meninggal.

Film ini berkisah kilas balik beberapa kali. Ketika ingatan Holmes kembali, maka dimunculkan sosok Holmes yang lebih muda dengan kasus terakhir tersebut. Kesulitan Holmes tua untuk mengingat membuat flashback itu terjadi singkat-singkat dan bolak balik di sepanjang film. Tidak mengganggu, malah itu bagus untuk menyadarkan kaum muda akan problema yang sangat mungkin dihadapi orang tua di sekelilingnya.

Kasus lama tersebut meninggalkan luka batin yang begitu menebarkan rasa bersalah pada diri Holmes sampai dia merasa tidak berguna karena tidak mampu membantu seorang wanita muda, walaupun dia tahu bahwa ibu muda tersebut menderita.

Kasus yang awalnya seperti plot pembunuhan seorang suami ternyata mampu disibak Holmes yang hebat sebagai kepedihan seorang ibu yang kehilangan dua anak yang belum sempat dilahirkan ke dunia.

Kasus lama dan terakhir yang membuatnya frustrasi, ketika tidak berhasil menolong ibu muda yang kehilangan dua anaknya sebelum kelahiran.

Proses mengingat Holmes sangat terbantu dengan relasinya dengan Roger, anak pembantu rumah tangganya yang sangat mengidolakan Holmes. Ketulusan dan rasa ingin tahu Roger membuat Holmes mendapatkan nyala semangat untuk menyelesaikan versi riil kisah terakhirnya, bukan versi novel yang dibuat Watson. Kisah yang terpendam dalam pikirannya dan memang sengaja disingkirkannya akhirnya satu per satu terjalin seperti potongan puzzle yang klik.

Film drama ini -bukan film aksi– bisa ditonton dengan tenang. Dinikmati kehebatan aktor-aktornya terutama pemeran Roger dan sang tokoh sentral, Holmes, yang diperankan Sir Ian McKellen. Ia terkenal sebagai Gandalf, sang penyihir dalam trilogi The Hobbit dan The Lord of the Rings, serta si Magneto dalam serial X-Men.

Persahabatannya dengan Rogers, anak lelaki pembantu rumah tangga Mr. Holmes yang cerdik dan serba ingin tahu.

Penyembuhan luka batin
Relasi manusia yang beda usia hampir satu abad rupanya menjadi jalinan persahabatan yang memberi semangat hidup bagi Holmes.

Penyesalan mendalam Holmes karena merasa gagal menolong Ann membuatnya terpuruk dan menarik diri. Ketika merasa dia mendekati ujung hidupnya, kesadaran untuk jujur mengungkapkan kisah sebenarnya ternyata terhalang oleh ingatannya yang jauh memudar. Rasa frustasi yang melanda tertolong oleh kehangatan Roger yang polos.

Kasih sayang pada orang tua menjadi nilai berharga yang bisa dipetik dari film hasil kolaborasi Inggris dan Amerika ini.

Tontonlah dengan sabar dan nikmatilah ketenangan dengan musik indah yang disajikan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version