TEGALJAYA, Bali (20/5).
Sejak awal Mei 2016 yang lalu, tujuh Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS) menjalani ongoing formation (pengolahan bina lanjut) dalam rangka mempersiapkan diri menyambut dan mensyukuri rahmat Tahbisan Imamat yang sebentar lagi memasuki HUT ke-20, tepatnya pada tanggal 8 Juli 2016 (mendatang).
Ketujuh imam tersebut adalah G. Awan Widyaka, A. Budi Purnomo, A. Budi Wihandono, YB. Rudi Hardono, Y. Sari Jatmiko, R. Sugihartanto dan FX. Suhanto. Tentu saja, semuanya adalah para Imam Diosesan (Rama Praja) KAS.
Sudah sejak tahun 2015 yang lalu, mulai dialami oleh angkatan tahbisan imamat Mgr. Pius Riana Prabdi (tahbisan imam angkatan 1995 dan sekarang Uskup Keuskupan Ketapang), KAS memberi kesempatan kepada para imamnya yang berulang tahun ke-20 Tahbisan Imamat untuk menjalani pengolahan bina lanjut.
Bina lanjut sebulan
Waktu yang diberikan adalah selama satu bulan. Hal baik itu masih diteruskan pada angkatan tahbisan 8 Juli 1996. Semoga berlaku pula untuk angkatan-angkatan selanjutnya.
Proses pengolahan ditetapkan selama satu bulan. Kami para rama harus meninggalkan tugas dan tempat karya masing-masing untuk mengadakan pengolahan penuh syukur atas rahmat Imamat.
Untuk angkatan kami ini, proses pengolahan dimulai pada tanggal 1 Mei yang lalu di tempat karya masing-masing sesuai dengan jadwal masing-masing, lalu dilanjutkan pada pekan pertama mengadakan pengolahan awal di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (2-6 Mei).
Pada kesempatan tersebut, kami didampingi oleh Rama Agustinus Suryo Nugroho Pr, Misionaris Kerahiman dari KAS. Pekan berikutnya, empat pendamping menyertai kami, yakni Rama M. Djoko Setya Prakosa Pr dan Romo Y. Suharyono Pr bertempat di Tahun Orientasi Rohani Sanjaya Jangli, Semarang, lalu dilanjutkan penyegaran tentang Hukum Gereja Katolik (Kitab Hukum Kanonik) bersama Rama Dr. R. Rubiyatmoko Pr dan Rama G. Kriswanta Pr bertempat di Rumah Retret Syantikara, Yogyakarta.
Selama satu pekan berlalu ini, Retret Imam kami ikuti dengan penuh syukur dan sukacita dalam karya Roh Kudus yang bekerja melalui pendampingan Rama Kusumawanta.
Sejak pertemuan pertama (Senin malam, 16/05) hingga pertemuan terakhir (20/05), kami semua diajak untuk mensyukuri rahmat imamat yang dianugerahkan kepada kami, kendati dengan segala kelemahan dan keterbatasan kami. Kami diajak untuk tetap teguh, tekun, bersemangat terus maju, menghayati hidup panggilan sebagai seorang imam diosesan di tengah arus zaman yang terus berubah ini.
Berpusat pada ekaristi
Sejak awal, Rama Kusumawanta mengajak kami untuk merayakan panggilan hidup sebagai imam bersumber dan berpuncak pada Ekaristi yang berbuah dalam kehidupan sehari-hari dalam karya-karya pelayanan bagi umat dan masyarakat. Dalam perayaan hidup imamat setiap hari itulah tak bisa dipungkiri akan selalu terjadi yang disebut dengan “tabrakan” dalam perjumpaan yang kadang-kadang tidak mengenakkan.
Dalam situasi itu, tak perlu orang saling menyalahkan, melainkan dengan segala kerendahan hati justru saling memaafkan untuk melangkah maju menuju kemuliaan kehadiran Kerajaan Allah dalam kehidupan bersama. Maka sikap terbaik bukanlah dengan marah-marah dalam tabrakan itu, melainkan ramah-ramah saling menjadi berkah dengan saling mengampuni.
“Bila aku yang salah, aku minta maaf. Bila kamu yang salah, tidak apa-apa, aku memaafkanmu!” Itulah kalimat yang harus kita wartakan dalam senyum penuh hormat dan cinta dan hidup harus terus dilanjutkan melalui penghayatan belas kasih kerahiman, kembali kepada komitmen dan kesetiaan untuk merayakan rahmat-Nya.
Memilih dengan segala keterbatasan
Landasannya adalah bahwa imamat itu suatu anugerah yang diberikan dan bersifat abadi tak terhapuskan. Allah memilih dan menahbiskan kita bukan karena kehebatan kita, namun melulu karena Ia menginginkan kita ambil bagian dalam karya penyelamatan-Nya.
Seorang imam adalah orang pilihan yang dikasihi Allah agar saling mengasi seperti Yesus Kristus telah mengasihi dan hadir sebagai pelayan dalam kehidupan kita. Dibutuhkan kebersamaan dalam kerjasama dan kolaborasi melalui dialog dan dalam kerendahan hati.
Kalau pun terjadi tabrakan dalam perjumpaan melalui peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan, baiklah diutamakan sikap saling memaafkan dan mengampuni agar kita dan siapa pun yang kita layani mengalami penyembuhan. Motivasi hidup justru dimurnikan dalam realitas perjumpaan.
Bukan demi diri dan popularitas diri
Pelayanan imamat yang berpusat dan berakar pada Kristus bukan untuk mencari diri sendiri dan popularitas, melainkan untuk semakin menghadirkan Kerajaan Allah dan memuliakan Allah. Imamat harus berdaya guna dalam kehidupan nyata bahkan dalam rangka kesejahteraan umat manusia dengan berbagai latar belakang dan bidang yang harus dikembangkan dalam rangka pelayanan.
Dibutuhkan kerelaan untuk terus-menerus berubah, bertobat, mengandalkan rahmat Imamat agar berbuah dalam kehidupan bersama dalam kerja sama dengan siapa saja dan di mana saja.
Itulah rangkuman Retret Imam yang kami alami bersama Rama Kusumuwanta Pr.
Retret masih dilanjutkan dengan pengendapan pribadi pada hari Sabtu (21/5) dan ditutup dengan Perayaan Ekaristi bersama di Paroki Gianyar, tempat Rama Kusumuwanta berkarya saat ini pada hari Minggu (22/05).
Selanjutnya, pada pekan terakhir dalam bulan Mei pengolahan penuh syukur atas rahmat imamat ini, akan diisi dengan rekreasi di Pulau Dewata sambil belajar kekayaan rohani yang terbentang di dalamnya.
Terima kasih Rama FX Sukendar Wignyosumarto Pr, Administrator Diosesan KAS, yang memberi kami kesempatan ongoing formation selama satu bulan ini. Terima kasih kepada pendamping.
Proficiat kepada teman-teman dan kita semua atas rahmat Imamat yang kita terima dalam diri kita sebagai bejana tanah liat yang rapuh ini, namun marilah kita saling meneguhkan dan menguatkan menuju Imamat Abadi yang tak terhapuskan, sacerdos in aeternum!
Proficiat Romo….salam buat Romo Wihong….BERKAH DALEM