Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani. Berkah Dalem.
Kisah diawali oleh pertanyaan orang-orang Farisi tentang perceraian. Tujuannya adalah untuk mencobai Tuhan. “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Mereka merujuk pada perintah Musa yang mengijinkan untuk menulis surat cerai.
Jawaban Tuhan sangat tegas dan jelas. Intinya, Allah sejak semula tak menghendaki perceraian tetapi karena ketegaran hati orang-orang Yahudi maka Musa (kala itu) mengijinkannya. Artinya bukan karena kehendak Musa tetapi karena desakan orang-orang Yahudi yang tegar tengkuk. Lalu bagaimana dengan Yesus?
Sahabat terkasih,
Dengan amat tegas Tuhan menyatakan bahwa hanya kematianlah yang dapat memisahkan bersatunya suami-isteri. Tuhan sedang mengajarkan nilai kesetiaan dalam hidup perkawinan atau keluarga. Kesetiaan itu berbanding lurus dengan pengorbanan, sebab tidak ada kesetiaan tanpa pengorbanan. Karenanya, kesetiaan pada dasarnya kehendak yang diarahkan kepada orang lain, dalam hal ini adalah pasangan hidupnya.
Selanjutnya Yesus mengajarkan bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa sakral yang menghadirkan Allah dalam hidup suami-isteri dan keluarga. Karenanya, nilai-nilai luhur perkawinan itu harus dihidupi oleh setiap pasangan. Nilai-nilai luhur perkawinan itu harus tetap dijaga, yakni kesatuan cinta yang tidak terputuskan oleh siapa pun dan apa pun kecuali maut. ”Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diputuskan oleh manusia”.
Sahabat terkasih,
Semoga Anda yang hidup dalam sakramen perkawinan diberi kekuatan agar dapat menjaganya dengan setia. Bagi yang sedang dalam pergulatan, semoga bersedia kembali kepada komitmen hati. Setia pada janji yang diucapkan di depan altar suci. Jika kita sungguh setia memelihara dan menghidupinya, niscaya Tuhan akan menyempurnakan dengan berkat-berkatnya. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Karunia hayati yang melimpah ruah,
berkat Allah bagi alam Indonesia.
Yang telah dipersatukan Allah,
janganlah diceraikan manusia.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Yos. 24:1-13;
Matius 19:3-12
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: ”Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus: ”Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?”
Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.”
Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Mat.19:3-12)