Minggu Biasa Ke-23
Minggu, 6 September 2020
Yeh 33:7-9; Rm 13:8-10; Mat 18:15-20
BEBERAPA hari lalu, muncul di jagad maya FB, seseorang memposting masalah rumah tangga, hubungan suami isteri. Ada banyak orang memberikan komentar, meminta supaya masalah pribadi suami istri diselesaikan secara pribadi.
Bulan lalu, di jagad maya, baik di YouTube, maupun FB diviralkan perkelahian beberapa remaja puteri di sebuah lokasi tepi pantai. Setelah ditangani pihak polisi, mereka harus juga meminta maaf secara publik dengan ditayangkan melalui FB.
Sering kita temukan ada yang mengumbar masalah pribadi dengan orang lain di laman FB.
Bacaan suci hari ini mengajak kita untuk tidak “memviralkan” kesalahan sesama, tapi bisa dibicarakan secara rahasia di bawah empat mata.
Mengapa demikian?
Karena semua orang mesti dianggap sebagai saudara. Saudara yang baik, orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang siap dan berani menegur saudaranya yang bersalah dengan penuh kasih. Persaudaraan kasih mesti juga diperlihatkan di kalangan umat Kristiani, dengan ikut memperbaiki relasi yang rusak di antara saudara seiman.
Bulan September dikenal sebagai Bulan Kitab Suci Nasional. Tahun ini kita merefleksikan bersama tema: “Mewartakan Kabar Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas”.
Kemajuan zaman, khususnya di bidang komunikasi, membawa dampak juga pada kehidupan iman dan identitas diri. Ada kecenderungan kita terjebak dan tenggelam dalam arus kemajuan ini. Identitas diri dan hidup iman tergerus, apalagi jika tidak punya kemampuan pribadi untuk menyaring segala hal yang masuk melalui media sosial ini.
Beri contoh, perkawinan campur, bahkan ada kecenderungan orang pindah agama atau Gereja. Aplikasi terbaru “avatar” bisa mengubah identitas wajah seseorang menjadi seperti gambar kartun.
Mari kita berjuang meviralkan kebaikan dan kasih. Bukannya kejahatan, permusuhan dan kebencian.
