“Oleh karena itu aku ingin agar di manapun kaum lelaki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa kemarahan dan perselisihan.” (Tim 2,8)
BEBERAPA waktu yang lalu, saya mendapat sebuah pertanyaan dari seorang umat, “Romo, kenapa kaum lelaki itu nampak malas berdoa, apalagi pergi ke gereja?” Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini dan juga tidak mempunyai data yang akurat tentang kebiasaan berdoa dari kaum laki-laki. Selidik punya selidik, pertanyaan tersebut rupanya muncul berdasar pengalaman penanya, bahwa laki-lakinya memang jarang sekali ke gereja atau pertemuan lingkungan. Di rumah pun laki-laki itu jarang sekali berdoa.
Berdoa memang merupakan hal penting bagi umat beriman, tidak hanya bagi kaum laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, anak-anak, remaja dan orang dewasa. Bahkan mereka yang sudah berusia lanjut pun masih membutuhkan doa. Sebetulnya permasalahan doa tidak hanya berkaitan dengan kaum laki-laki. Ada banyak umat beriman yang sering bertanya tentang doa: doa apa yang manjur dan lekas terkabul; apa doa yang cocok untuk persiapan ujian sekolah; tempat doa yang baik dimana, di dalam gereja, di kapel atau ruang adorasi; apa yang harus dilakukan, kalau ada doa novena yang tidak genap sembilan hari; kalau berdoa, sebaiknya berlutut, duduk atau berdiri; sikap tangan sebaiknya bagaimana, menyembah atau tengadah; kenapa doa kok rasanya kering dan sekedar kata-kata kosong. Dan masih ada sekian banyak persoalan lain yang berkaitan dengan kebiasaan berdoa. Tentu juga bukan maksud saya untuk menjelaskan berbagai macam persoalan tersebut satu per satu dalam sharing ini.
Pengalaman doa setiap orang berbeda-beda. Yang utama dalam doa tentu bukan tata caranya, rumusan doanya, tempat doanya, gerak-gerik tangan atau pakaian yang dipakai, bukan jumlah lilin yang dinyalakan atau buku doa yang harus dipakai, bukan jam-jam tertentu dalam satu hari. Doa bukanlah mantra yang diulang-ulang dan dihafalkan. Doa merupakan kesempatan bagi umat beriman untuk berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan.
Bagian penting dalam doa bukanlah hal-hal yang sifatnya lahiriah, gerak-gerik atau tata cara, tetapi yang penting aspek rohaninya dan kekudusannya. Prinsip kekudusan harus diwujudkan dalam perbuatan (tangan tengadah yang suci), dalam hati (tanpa kemarahan) dan di dalam pergaulan dengan sesama (tanpa perselisihan). Maka doa yang benar harus dilakukan dalam roh dan kebenaran. Dalam doa, orang berbakti kepada Allah dengan jujur dan benar serta dalam bimbingan Roh Kudus.
Bagaimanakah pengalaman dan kebiasaan berdoaku selama ini? Apa arti penting doa bagiku dan persoalan apa yang kualami dalam hal berdoa? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Makasih ya!