Home BERITA Pengalaman “Salah Asuh” Bisa Sebabkan Munculnya Perilaku Star Syndrome (2)

Pengalaman “Salah Asuh” Bisa Sebabkan Munculnya Perilaku Star Syndrome (2)

0
Ilustrasi: Anak manja karena salah asuh. (SteemKR)

SALAH satu pemicu munculnya emosi dan perilaku star syndrome ini adalah adanya pengalaman “salah asuh” dalam hidup kesehariannya.

Orang yang seharusnya harus rela melewati proses panjang untuk bisa meraih posisi pada umumnya, namun cara pikir ini dianggap tidak diterapkan kepadanya. Karena berbagai macam alasan, ia bisa mendapatkan perlakuan istimewa.

Perjuangan hidup orang di sekitarnya akhirnya idak mampu ia pahami. Lantaran yang ia terima selama ini terjadi serba istimewa. Ia jadi punya pengalaman berbeda dengan orang-orang di sekitarnya.

Lantaran perjalanan hidupnya dipenuhi selalu dijalani dengan perjuangan semu. Yakni, perjuangan agar dirinya mendapatkan pengakuan oleh “dunia luas”; justru dengan mengabaikan orang-orang di sekitarnya.

Maka ketika ia masuk di dunia medsos, kekuatan daya tariknya agar banyak orang mulai tergoda untuk segera mengaguminya, tapi yang terjadi justru berbanding terbalik di dalam dunia nyata. Tampaknya ingin memancarkan keasyikan dan kegembiraan di dalam dunia maya, namun di dalam kesehariannya sikap acuh tak acuh itu justru malah membuat orang di sekitarnya tidak nyaman.

Ilustrasi: Hidup semu, karena jungkir balik. (Ist)

Bisa terjadi demikian, karena ia punya “gaya” hidup dan perilaku “istimewa”. Karena tutur kata dan sikap-sikapnya selalu cenderung menyakiti orang lain. Ia menjadi mudah tergoda untuk mudah marah. Merasa harus dihormati dan dituruti keinginannya.

Orang “jenis” ini akan merasa nyaman, hanya kalau ada-bersama dengan orang-orang yang memiliki gaya hidup tinggi. Paling tidak, seleranya harus selevel dengannya. Ada pepatah: “Burung yang sama bertengger di dalam ranting yang sama.”

Komunitas Star Syndrome dalam Kitab Suci

Kisah di dalam Kitab Suci yang menggambarkan kelompok star syndrome tampak dalam komunitas Herodes. Bisa diacu pada kisah Yohanes Pembabtis. Ia akhirnya harus mengalami kematian mengenaskan; sampai kepalanya harus dipenggal.

Itu terjadi karena hidup Herodes yang sudah terbiasa dengan gaya hidup penuh kesombongan dan harus paling  hebat. Bisikan kebenaran itu telah mengusik hatinya. Padahal, kebenaran itu telah diserukan oleh Yohanes Pembabtis. Namun, nyatanya seruan kebaikan itu malah telah diabaikan. Demi menjaga harga diri. Sayangnya, peristiwa mengenaskan itu melibatkan seorang gadis belia, anak Herodias.

Daya tarik gadis belia disalah gunakan oleh orang dewasa, ibunya sendiri yang seharusnya mengasuhnya menjadi pribadi yang baik. Bisa dipastikan, anak gadis Herodias ketika dewasa akan berperilaku seperti Herodes dan Herodias karena salah asuh.

Keluarga Herodes–Herodias telah menjadi Komunitas Star Syndrome.

Di dalam dunia saat ini, mungkin orang yang cerdas, ahli dalam dunia digital, memiliki status mapan akan sangat mudah mendapatkan kedudukan  tertentu. Kehadirannya kelihatan begitu istimewa dan  sempurna.

Namun menjadi murid Yesus, kedudukan, keahlian dan status bukan tujuan utama.

“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mk 10:43-45) (Berlanjut)

Baca juga: Gejala dan Perilaku Star Syndrome, Momok Menakutkan di Panggung Medsos (1)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version