Home BERITA Pengampu Rumah Tangga Biara, Penghayat Spiritualitas Santo Yusuf

Pengampu Rumah Tangga Biara, Penghayat Spiritualitas Santo Yusuf

0
Ilustrasi: Suster yang berkarya di bagian rumah tangga dengan pekerjaan setiap hari memasak. (Sr. Fransiska FSGM)

BENAR-benar memang tidak akan pernah dikenal orang. Juga tidak akan pernah bisa ngetop dan populer.

Tapi pernahkah kita melihat lebih jauh, dari mana datangnya makanan dan minuman yang kita konsumi setiap hari?

Barangkali di antara kita, bila perut lapar, maka tak perlu repot-repot memasak. Tinggal datang saja ke ruang makan. Di sana makanan sudah tersedia. Siap disantap.

Begitu pula pakaian yang kita pakai setiap hari. Siapa yang telah mencucikan dan menyetrikanya untuk kita, kaum religius yang berkarya di luar rumah?

Kita hanya melakukan perjalanan kecil menuju was atau ke ruang cuci. Mengambil pakaian yang sudah bersih dan rapi. Tinggal membawanya ke kamar pribadi kita. Dan siap kita gunakan lagi pakaian itu.

Tetapi, siapa yang telah melakukan itu semua? 

Suster dan karyawan bekerja di bagian rumah tangga dengan membersihkan halaman dan biara. (Sr. Fransiska FSGM)

Tugas mulia di balik layar

Mereka itu yang mendapat tugas pengutusan di balik layar. Mereka selalu ada di sekitar kita. Siap melayani.

Memang mereka tak sepopuler dengan orang yang bekerja di depan. Di sekolah, rumah sakit, kantor, misalnya.

Apakah mereka ada di hati kita? Mereka sering tidak kita lihat. Tidak kita perhatikan. Bahkan saking sibuknya, satu hari itu kita tak punya waktu untuk menyapanya.

Batu-batu kecil

Tahun ini adalah Tahun Santo Yusuf. Kesempatan besar bagi kita untuk meneladan sikap keutamaannya. Salah satunya, kita diajak untuk memperhatikan orang-orang kecil atau mereka yang bekerja di balik layar.

Santo Yusuf dengan sikap kebapaannya, memiliki hati untuk orang-orang kecil. Tak heran, Santo Yusuf dijadikan santo pelindung bagi para buruh dan orang kecil.

Kerja rumah tangga di bagian pemeliharaan binatang rumahan di biara. (Sr. Fransiska FSGM)

Pastilah Santo Yusuf juga melindungi dan mendoakan mereka.

Ibarat Gereja, mereka yang bekerja di belakang layar, juga dipakai oleh Kristus untuk membangun rumah rohani. Mereka seumpama batu-batu kecil.

Tidak kelihatan. Namun, tak bisa kita abaikan perannya untuk kehidupan seluruh bangunan. Karena pekerjaan-pekerjaannya sering dianggap rendah seperti pelayanan di dapur, was cucian, kebun, atau rumah tangga lainnya.

Bagi saya, mereka memiliki spiritualitas yang kuat. Seperti hati janda miskin yang memberi dari kekurangannya. Pastilah dengan sekuat tenaga, mereka berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.

Waktu dan pikiran tercurah habis agar orang yang dilayani mengalami sukacita dan gembira. Pelayanan di balik layar ini menunjang pekerjaan-pekerjaan besar tugas perutusan orang yang dilayani.  

Saksi bisu

Para religius yang bekerja di sektor ini sesungguhnya memberi kesaksian bisu mengenai berbagai keutamaan rohani. Kerendahan hati. Kesederhanaan. Ketekunan. Kesetiaan.

Kerja keras. Kebesaran dan kemurahan hati. Dan tak ketinggalan, doa.

Ini yang menjadi kekuatan khusus dan penghiburan besar bagi mereka.  Mereka dikuatkan oleh Kristus yang telah dijadikan alat-Nya menjadi pewarta cintakasih.

Kritik. Adalah ‘makanan’  mereka hampir setiap hari. Dari yang halus sampai yang pedas. Kurang ini, kurang itulah.

Syukur-syukur dikerjakan bersama bila ada kekurangan.

Namun, itu bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk memberikan diri. Pengalaman-pengalaman itu justru bisa merubah seratus delapan puluh derajat. Awalnya dirasa sakit dan pahit. Tetapi bisa berubah menjadi masukan yang berharga.

Membangun diri. Kreatif. Inovatif. Mencari dan menemukan solusi. Malah menjadi penyemangat untuk menjalankan hari-hari dengan ritme yang tampaknya begitu-begitu saja.

Buahnya pun mereka dapatkan. Kemenangan rohani menjadi pondasi iman yang kuat.

Tanpa mereka yang setia bekerja menuntaskan tugas memasak di dapur, maka para suster di biara tidak bisa makan-minum setiap hari. (Sr. Fransiska FSGM)

Nafas yang berbeda

Kontras dengan perkembangan dunia yang mengejar kedudukan, harta, dan popularitas. Para religius yang bekerja di belakang layar ini memberi nafas yang berbeda.

Nafas yang menyegarkan di tengah kesesakan dunia.  

Mereka ini meneladan Yesus, ‘hamba Allah” yang lembut dan rendah hati. Juga seperti Santa Theresia Lisieux, dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan tersembunyi yang menyelamatkan.

Banyak mutiara berharga pelayanan di balik layar ini. Tak seorang pun dapat mengambilnya dari mereka. Karena itu sudah menjadi harta milik mereka.

Satu hal yang selalu mereka genggam, miliki cinta yang besar dalam melakukan hal-hal kecil. “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version