Home BERITA Percik Firman : Berprasangka Buruk

Percik Firman : Berprasangka Buruk

0

Senin, 24 Agustus 2020

Pesta Santo Bartolomeus, Rasul

Bacaan Injil: Yoh 1:45-51

“Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara” (Yoh 1:48)

Saudari/a ku ytk.,

TAK jarang kita menjumpai orang-orang yang mudah berprasangka buruk kepada orang lain dalam hidup sehari-hari. Mereka kadang cenderung menyebarkan informasi yang tidak benar atau hoaks. 

Beberapa hari ini sedang viral film pendek asal Yogyakarta yang berjudul “Tilik” (Menengok) di media sosial. Sejak diunggah di Youtube Senin (17/8/2020) film “Tilik” sampai Minggu malam (23/8) telah ditonton lebih dari 9,3 juta kali oleh pengguna YouTube.

Film ini mengangkat fenomena atau kecenderungan orang yang suka bergosip dan menganggap internet sebagai sumber informasi yang paling akurat. Benang merah dari film ini membahas sebuah informasi di mana sekarang banyak banget isu hoaks di mana-mana. Era digital modernisasi sekarang ini sangat digandrungi masyarakat Indonesia. 

Karakter Bu Tejo dianggap mewakili karakter oknum ibu-ibu yang senang bergosip. Dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menengok (tilik) bu Lurah dengan naik truk, Bu Tejo bersama dengan rombongan ibu-ibu yang lain membicarakan soal Dian, seorang kembang desa. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari internet dan sejumlah kabar burung, Bu Tejo juga menyebut Dian sebagai wanita tidak benar. Karena paras wajahnya yang cantik, tidak sedikit lelaki yang mendekatinya hingga datang melamarnya. Oleh sebab itu, warga desa bergunjing dan berprasangka buruk tentang status lajang Dian. 

Dalam bacaan Injil pada pesta Santo Bartolomeus Rasul hari ini, Tuhan Yesus memberikan contoh bagaimana menghadapi Natanael yang mudah berprasangka buruk. Natanael dikenal sebagai orang kritis, pinter dalam hukum Taurat, dan mudah berprasangka buruk pada orang lain. Bahkan baru bertemu Yesus saja, ia sudah berkomentar (nyacat) keburukan asal-usul Yesus, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Atas sikap Natanael itu, Yesus tidak terpancing untuk marah, tersinggung, dan membalas komentar negatif Natanael itu. Lantas apa yang dilakukan Yesus?

Pertama, Yesus justru memuji ketulusan hati Natanael dengan mengatakan “Inilah orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan dalam dirinya.” 

Kedua, Yesus mengangkat kebaikan Natanael dan menghargai ketekunannya mempelajari-merenungkan hukum Taurat. Yesus menegaskan, “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” 

Menurut para ahli, ungkapan “di bawah pohon ara” berarti bahwa Yesus melihat Natanael sedang bersungguh-sungguh mempelajari kitab Taurat. Menyadari bahwa dia dipuji dan dikenal Yesus begitu mendalam, hati Natanael tersentuh. Natanael percaya dan mengaku bahwa Yesus adalah Mesias.

Natanael  (Natanael bar-Tolomai: Natanael  ‘anak Tolomeus’) disebut juga Bartolomeus. Dia berasal dari Kana di daerah Galilea seperti kebanyakan murid Yesus yang lainnya. Ketika diajak oleh temannya, Filipus, untuk menemui Yesus dari Nazaret, Natanael awalnya bersikap skeptik (meragukan, tidak percaya, dan mencibir). 

Dalam perjalanan waktu, ia menjadi murid Yesus yang luar biasa. Dalam tulisan Sejarah Gereja (Ecclesiastical History), Eusebius dari Kaisarea menulis bahwa setelah Kenaikan Yesus, Bartolomeus pergi sebagai misionaris ke India, di mana ia meninggalkan sebuah salinan Injil Matius. 

Tradisi lain mencatat bahwa ia sebagai misionaris ke Ethiopia, Mesopotamia, Parthia, dan Lycaonia. Dia bersama rasul Yudas anak Yakobus, dikenal  sebagai pembawa Kekristenan ke Armenia pada abad pertama masehi.  Maka, kedua rasul ini diangkat sebagai santo pelindung bagi Gereja Apostolik Armenia.

Bartolomeus mati sebagai martir di Albanopolis, Armenia. Menurut tradisi, ia dikuliti hidup-hidup dan disalib dengan kepala di bawah. Pada abad ke-4 jenasah Bartolomeus dipindahkan ke sebuah gereja di Roma, di sebuah pulau di tengah-tengah sungai Tiber.

Dari perjalanan hidup Santo Bartolomeus atau Natanael, kiranya benarlah ungkapan ini ”Allah tidak mengasihi kita karena kita berharga, tetapi kita berharga karena Allah mengasihi kita.” Allah memandang kita sebagai pribadi yang berharga. Tetapi manusia sering keliru dalam melihat dan menilai pribadi seseorang. 

Manusia cenderung melihat dari latar belakang kehidupan pribadi, tingkat pendidikan, kekayaan, keluarga, atau tempat tinggal (tempat asal). Marilah kita belajar dari Tuhan Yesus yang lebih memunculkan penilaian yang baik, positif, dan memuji orang lain daripada berprasangka buruk dan menghina.

Pertanyaan refleksinya, apakah hari-hari ini Anda sedang dikuasai prasangka buruk terhadap seseorang? Bersediakah Anda belajar dari Tuhan Yesus untuk lebih memunculkan penilaian dan sikap yang baik kepada orang lain?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version