Home BERITA Puncta 05.09.20: Noli Me Tangere, Jangan Sentuh Aku

Puncta 05.09.20: Noli Me Tangere, Jangan Sentuh Aku

0
Ilustrasi.


Lukas 6:1-5

NOVEL Jose Rizal ini sangat inspiratif bagi para pejuang keadilan. Karakter antagonis dimainkan oleh Pastor Damaso Verdolagas.

Ia bermusuhan dengan Don Rafael, ayah Don Chrisostomo Ibarra. Damaso seperti orang Farisi yang membebani orang dengan aturan-aturan agama yang berat. Ia berkuasa mengkafirkan orang.

Ia bertindak di atas segala hukum. Ia mempersulit orang dengan aturan-aturan yang dibuatnya sendiri. Ia menyingkirkan orang-orang yang tidak disukainya.

Pastor Damaso mempersulit Ibarra mendirikan sekolah. Ia menuduh Ibarra memberontak melawan pemerintah dan gereja.

Pastor Damaso bertindak dengan angkuh, kejam dan menindas. Ia tidak berusaha melayani umat tetapi lebih menindas dan menguasai. Ia beripikir bahwa umat itu bodoh, dungu dan miskin.

Dengan kuasa “kunci surga”, ia bisa menentukan orang masuk neraka, menjadi kafir dan dipersalahkan.

Yesus berhadapan dengan kaum Farisi yang mempersalahkan murid-murid Yesus. mereka memetik gandum dan memakannya pada Hari Sabat. Orang Farisi gusar karena murid-murid tidak menghormati Hukum Sabat.

Aturan harus dijalankan sampai sedetil-detilnya. Mereka merasa bersalah kalau melanggar adat istiadat nenek moyang. Mereka menuntut orang lain bertindak mengikuti cara hidup mereka. Kalau tidak, mereka dianggap kafir dan masuk neraka.

Seperti Pastor Damaso, kita sering merasa paling pinter dan sok kuasa. Umat dianggap tidak tahu apa-apa. Umat harus “manut” atau nurut pada romonya.

“Kalau mau ya begini, kalau gak mau ya terserah, sana cari romo sendiri saja.” Sering menghindari tugas dengan mengatakan, “Maaf saya sibuk banyak acara, tolong hubungi romo vikaris.”

Ketemu dengan romo vikaris dijawab, “Masalah ini wewenangnya pastor kepala, minta ijin dulu ke romo kepala. Kalau diijinkan baru saya urusnya.”

Birokrasinya lebih rumit dan sulit dibanding kantor pemerintahan, apalagi kalau didasari rasa like and dislike. Padahal umat melihat romonya asyik dengan hobinya, nonton film, makan-makan di resto yang mewah dengan ibu-ibu.

Kalau para pastor berpedoman pada sabda Yesus, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat,” tentu tidak akan mempersulit diri dengan berbagai aturan yang membelenggu.

Aturan itu bukan untuk berkuasa atau mempersulit, tetapi memudahkan orang menemukan solusi. Yesus mencarikan jalan bagi orang-orang Farisi itu, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar?”

Daud melanggar aturan demi para prajuritnya hidup. Jadi, Jangan merasa “sok suci.”

Kalau ada umat datang, jangan langsung ditembak dengan kalimat, “Kamu datang hanya bawa masalah kan?”

seperti operator telepon itu, “Selamat pagi, apa yang bisa saya bantu?”

Dengan berlaku demikian, setengah masalah sudah bisa diatasi.

Membeli topi untuk menutup kepala.
Topi olahraga gambarnya pemain bola Pele.
Tanpa jubah kalian hanya manusia biasa.
Jangan berlagak “kaya kere munggal bale”

Cawas, yakult…saya minum dua.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version