Home BERITA Puncta 19.08.19 Mat 19:16-22: Jalan Menuju Bahagia

Puncta 19.08.19 Mat 19:16-22: Jalan Menuju Bahagia

0
Ilustrasi: Kekayaan. (Ist)

PERTANYAAN orang muda itu boleh dikatakan sebagai pertanyaan semua orang di zaman super modern ini. Pertanyaan itu menyiratkan sebuah kekhawatiran akan hidup di masa depan.

Dunia modern yang serba dipenuhi dengan berbagai macam kebutuhan ini justru membuat orang tidak merasa terpenuhi. Seperti orang muda yang sudah kaya itu tetap masih bertanya: “Apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” di balik pertanyaan itu ada sebuah konsep pemikiran dan pola hidup.

Pertanyaan orang muda itu juga menjelaskan sebuah pola hidup. “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh”.

Budaya orang kaya adalah membayar untuk memperoleh. Yang dipikirkan adalah untung-rugi, hasil, atau achievement oriented. Segala sesuatu bisa diperoleh dengan kekayaan.

Uang itu mahakuasa. Segala sesuatu bisa dibeli dengan uang. Bahkan harga diri seseorang pun bisa ditukar dengan uang.

Orang zaman sekarang merasa khawatir akan hidupnya maka berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya. Orang muda itu semakin khawatir semakin menumpuk harta kekayaan. Seolah-olah dia ingin menjawab segala kekhawatirannya itu dengan semakin mengumpulkan sebanyak-banyaknya.

Namun semakin kaya semakin kurang juga.

Terbukti dia masih bertanya kepada Yesus: “Semuanya itu telah kuturuti, apalagi yang masih kurang?”

Ada pepatah yang mengatakan “Isi dunia ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan satu orang yang tidak tahu terimakasih”.

Mengapa orang muda itu masih kurang puas?

Harta kekayaan ternyata bukan jawaban yang memuaskan. Ia ingin memperoleh hidup yang kekal. Hidup kekal itu bukan hasil usaha kita. Hidup kekal adalah anugerah yang hanya bisa dimohon.

Analog dengan permintaan dua orang murid Yesus yang ingin duduk di sebelah kanan dan kiriNya, Yesus berkata: “Hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya”.

Untuk memperoleh hidup kekal yang semata-mata adalah anugerah, Yesus menawarkan kepada orang muda itu sebuah jalan alternatif.

Yang pertama, Yesus mengubah mindset orang muda kaya itu. Pola pikir membayar untuk memperoleh diubah menjadi “masuk ke dalam hidup”.

Paham tentang apa yang baik, oleh Yesus diubah menjadi “hanya satu yang baik”. Yang baik itu bukan apa atau “benda”, tetapi adalah siapa, pribadi, persona.

Persona berasal dari kata latin “per” yang berarti melalui, lewat dan sonus yang berarti suara atau gema.

Persona berarti Allah yang menggemakan suaraNya melalui… Yang baik bukan apa yang dikerjakan tetapi hubungan antarpribadi. Saya dengan sesama dan saya dengan Allah.

Yang kedua, Yesus menantang orang muda itu berani mengambil risiko. “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku”

Kita pun diajak untuk meninggalkan hidup yang serba rutin, mandeg, biasa-biasa, zona aman. Kita ditantang berani ke tempat yang dalam, gelap penuh risiko.

Dari comfort zone masuk ke risk zone.

Ternyata orang muda itu tidak berani masuk ke risk zone. “Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih sebab banyak hartanya”.

Ternyata orang muda ini tidak menangkap masalahnya sendiri. Ia khawatir dengan kehidupannya, maka ia mencari hidup kekal. Tetapi dia tidak berani mengambil tuntutannya yakni menjual semua, melepaskan miliknya.

Orang muda itu menjadi budak harta. Harta lebih menguasainya daripada dia yang menguasainya. Ia dikendalikan oleh harta duniawi.

Orang kaya adalah orang yang bisa menguasai harta kekayaannya. Ia bebas memberi dan melepaskan serta berbagi. Janda miskin yang memberi dua peser di Bait Allah dipuji oleh Yesus karena dia berani berbagi dengan kekayaannya itu.

Maka judul perikop di dalam Kitab Suci itu kalau mau sesuai dengan pesannya seharusnya menjadi “Orang muda yang miskin” bukan “orang muda yang kaya” karena dia diperbudak oleh kekayaannya. Apakah kita juga

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version