TIDAK terasa bulan Desember akan tiba. Bulan di mana datang sukacita, karena akan lahir Imannuel yang akan menebus dunia. Suasana Natal juga mulai menghiasi sudut-sudut kota. Mulai dari berbagai pusat perbelanjaan hingga gereja-gereja mulai berbenah diri menyambut kedatangan Hari Natal.
Hiasan yang identik dengan Hari Natal tentu adalah pohon Natal. Pohon Natal merupakan pohon hias yang umumnya menggunakan pohon cemara.
Mengapa pohon cemara digunakan?
Sebelum masa Kekristenan, masyarakat Romawi merayakan perayaan Saturnalia, yaitu hari kelahiran Dewa Matahari yang juga bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Perayaan Saturnalia sejatinya hari peringatan di mana matahari yang telah lama “menghilang” di tengah musim dingin akhirnya muncul lagi sekitar tanggal 25 Desember.
Oleh karena itu, masyarakat Romawi kuno menyambut datangnya sang matahari dengan memasang dahan-dahan hijau sebagai petunjuk adanya kehidupan di musim dingin yang kelak dalam perkembangannya masyarakat Eropa mengganti dahan-dahanan menjadi pohon cemara.
Masyarakat Eropa yang semula pagan hingga menjadi Umat Kristiani itu tidak terlepas dari budaya lamanya. Kebiasaan pemasangan Pohon Natal yang umumnya menggunakan pohon cemara dimulai di Jerman sekitar abad ke-16.
Makna pemasangan pohon cemara yang awalnya untuk memperingati kelahiran Dewa Matahari berganti menjadi salah satu simbol Perayaan Natal di mana Yesus lahir untuk menebus umat manusia. Namun terdapat pertentangan dari berbagai pihak di mana aliran-aliran Gereja tertentu menolak tradisi Pohon Natal, karena mereka menganggap kegiatan pemasangan Pohon Natal sebagai bentuk penyembahan berhala.
Bahkan pemerintah Jerman memutuskan mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai Pohon Natal sebagai bentuk reaksi terhadap penolakan di kalangan aliran-aliran Gereja tertentu. Tetapi hal ini mulai berubah sejak muncul gambar Ratu Victoria dari Inggris dengan Pangeran Albert dari Jerman beserta anak-anak mereka dengan latar belakang Pohon Natal.
Gambar ini dipublikasikan oleh salah satu surat kabar terkemuka di Britania Raya. Gambar Ratu Victoria ini memutuskan stigma negatif atas Pohon Natal berkat kepopuleran sang ratu masa itu sehingga penggunaan pohon cemara sebagai pohon Natal mulai hidup kembali.
Penggunaan Pohon Natal mulai merembet ke dunia baru yaitu di Pennsylvania, Amerika Serikat yang dibawa oleh imigran asal Jerman. Hal ini membuat pemasangan Pohon Natal semakin marak di Amerika Serikat hingga menular keberbagai belahan dunia. Walaupun Gereja tidak mewajibkan pemasangan Pohon Natal, karena itu hanya bagian dari perwujudan simbol untuk menyemarakkan Natal.
Pohon cemara sendiri melambangkan hidup kekal, karena pada musim dingin berbagai tumbuhan menjadi layu dan rontok dedaunannya karena kurang nutrisi, namun pohon cemara tetap hidup dan berwarna hijau seperti pada musim-musim lainnya. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan serta iman saudara sekalian, Tuhan memberkati.
PS: Diolah dari berbagai sumber oleh penulis.