Home MULTIMEDIA VIDEO Sepenggal Kisah Para Pemuda Penjual Cobek Batu-Video

Sepenggal Kisah Para Pemuda Penjual Cobek Batu-Video

2
Linda/Putri

Inilah kisah anak-anak putus sekolah yang mau mandiri menghidupi dirinya sendiri dengan cobek batu sebagai modal hidup mereka.

Aris (17) dan Asep (17), dua remaja penjual cobek batu biasanya berkeliaran di wilayah Cinere, Depok, Jawa Barat. Keduanya berasal dari Bandung. Dengan modal nekat mereka memutuskan merantau ke Jakarta.

Aris putus sekolah saat ia berada dikelas 1 SMP. Ia mengaku sebagai pemalas dan sering membolos saat jam sekolah, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah.

Begitu juga Asep, yang mengaku dikeluarkan dari sekolah saat ia berada di kelas 2 SMA. Dari latar belakang itu, mereka merasa menyesal dan memutuskan untuk merantau ke Jakarta demi mencari uang sendiri sehingga bisa hidup bebas dan mandiri tanpa menyusahkan orangtua.

Hasil hutang
Cobek batu yang mereka jual ternyata hasil mengutang pada temannya yang memiliki usaha cobek batu di Padalarang (Bandung).

Mereka membawa cobek itu ke Jakarta dengan menumpang truk. Jika cobeknya sudah laku terjual mereka akan kembali ke Bandung untuk membayar hutang sekaligus menjenguk orang tuanya.

“Pernah satu hari sama sekali gak ada pembeli”,tutur Aris.

Jika mereka menemui keadaan tersebut biasanya mereka meminjam uang teman yang mendapatkan rezeki lebih baik,dan dikembalikan saat sudah memiliki uang.

Aris mengaku sudah empat tahun berjualan cobek batu bersama dengan teman-temannya, sedangkan Asep baru saja bergabung setelah dikeluarkan sekolah tahun lalu saat kelas 2 SMA.

Mereka biasa mulai berjualalan pada pukul 14.00 WIB dan baru istirahat pada 21.00 WIB malam hari, tanpa ada cahaya penerangan jalan mereka tetap berdagang pada malam hari.

Usai jualan, Aris, Asep dan teman-temannya biasanya tidur di jalanan karena keterbatasan biaya untuk mengontrak rumah. Untung, sekarang mereka sudah mempunyai sebuah kontrakan hasil patungan, meski harus ditempati ramai-ramai hingga tidur mesti berhimpitan.

Ditangkap satpol pp
Tentu sangat tidak mulus kerja seperti ini. Selain tidak mudah mendapat uang, urusan dengan polisi pamong praja pun tak bisa dihindari.

“Pernah suatu hari tu ditangkap sama satpol PP,terus cobeknya tu gak dibalikin” ujar Aris.

Kejadian serupa kerap dialami. Karena itu, mereka kerap berpindah. Sekarang ini, lebih banyak berkeliaran di daerah Cinere, Depok karena relatif aman dari kejaran Satpol PP dan penduduk setempat tidak keberatan dengan keberadaan mereka.

Meski kerap rugi dan tidak menghasilkan uang banyak, mereka tetap jalani semua ini. “Saya mah lebih memilih jualan cobek yang menguras tenaga,dibanding saya harus mengemis dan gak mau usaha, blangsak namanya.” ujar Aris.

Untuk mendapatkan uang, mereka lebih memilih berusaha dengan sekuat tenaga dengan cara halal tanpa harus merugikan oranglain dengan hasil yang tidak halal.

Walaupun mereka hidup dengan pas-pasan tetapi solidaritas di antara kawan dan sesama sangat besar karena Aris, Asep serta teman-temannya sama-sama merasakan kerasnya hidup.

Saat mereka bersama-sama, keceriaan terpancar di wajah anak-anak muda generasi penerus bangsa ini. Kita tidak tahu berapa banyak anak yang menjadi seperti ini. Bagaimana nasib bangsa ini bila sebagian besar rakyatnya yang muda-muda begini.

Penulis : Theodora Arnes Putri , Herlinda Ratna Ningrum, Mahasiswi Universitas Budi Luhur, Jakarta

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version